Senin, 26 Desember 2011

QS Huud - ayat 1-123

  1. (Alif laam raa) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya; inilah (suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi) hal ini tampak pada susunan ayat-ayatnya yang memukau dan keindahan makna-maknanya (serta dijelaskan secara rinci) yang kandungannya menjelaskan tentang hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat (yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Waspada) yaitu Allah.
  2. (agar) supaya (kalian tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku, Muhammad, adalah pemberi peringatan kepada kalian dari-Nya) yaitu dengan azab jika kalian berbuat kekafiran (dan pembawa berita gembira) dengan pahala jika kalian beriman.
  3. (Dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Rabb kalian) dari kemusyrikan (dan bertobatlah kalian) kembalilah kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan (niscaya Dia akan memberi kenikmatan kepada kalian) di dunia (dengan kenikmatan yang baik) dengan kehidupan yang baik dan rezeki yang banyak (sampai pada waktu yang telah ditentukan) yaitu mati (dan Dia akan memberi) kelak di akhirat (kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan) di dalam beramal (keutamaannya) yakni balasannya (Dan jika kalian berpaling) lafal tawallau pada asalnya adalah tatawallau kemudian salah satu dari dua huruf ta dibuang sehingga jadilah tawallau, artinya berpaling (maka sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa siksa di hari kiamat) yaitu hari akhir.
  4. (Kepada Allahlah kembali kalian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) antara lain ialah memberi pahala dan menentukan azab.
  5. Ayat ini seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a. diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa malu untuk membuang air besar atau merasa malu berjimak karena kemaluan mereka terlihat dari atas langit. Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan perihal orang-orang munafik (Ingatlah sesungguhnya orang-orang munafik itu memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya) daripada Allah (Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain) menutupi dirinya dengan kain (Allah mengetahui) Maha Tinggi Allah (apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan) sehingga sembunyi mereka tidak ada gunanya lagi (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati) artinya Dia mengetahui semua apa yang ada di dalam hati.
  6. (Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah (suatu binatang melata pun di bumi) yaitu hewan yang melata di atas bumi (melainkan Allahlah yang memberi rezekinya) Dialah yang menanggung rezekinya sebagai karunia daripada-Nya (dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu) tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi (dan tempat penyimpanannya) sesudah mati atau di dalam rahim. (Semuanya) yang telah disebutkan itu (tertulis dalam kitab yang nyata) kitab yang jelas, yaitu Lohmahfuz.
  7. (Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang permulaannya adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah Arasy-Nya) sebelum diciptakan langit dan bumi (di atas air) yaitu berada di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum berta’alluq kepada lafal khalaqa artinya, Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya yaitu berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian untuk menguji kalian (siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya) artinya yang lebih taat kepada Allah (dan jika kamu berkata) hai Muhammad, kepada penduduk Mekah (“Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati,” niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, “Tiada lain) tidak lain (ini) yakni Alquran yang menceritakan adanya hari berbangkit seperti yang telah engkau katakan itu (hanyalah sihir yang nyata”) sihir yang jelas. Menurut qiraat dibaca saahirun bukannya sihrun; sedangkan yang diisyaratkan oleh musyar ilaih adalah Nabi Muhammad saw. bukannya Alquran.
  8. (Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai pada) datangnya (suatu waktu) beberapa waktu (yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata) yang dimaksud dari keterangan ini adalah cemoohan (“Apakah yang menghalanginya?”) apakah gerangan yang mencegah turunnya azab. Sebagai sanggahannya Allah berfirman: (Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan) tidak dapat ditahan lagi (dari mereka dan mereka diliputi) dikepung (oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya) yang dimaksud adalah mereka memperolok-olokkan azab itu sebelumnya.
  9. (Dan jika Kami rasakan kepada manusia) yang kafir (suatu rahmat dari Kami) yaitu berupa kekayaan dan kesehatan (kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya pastilah dia menjadi putus asa) merasa putus asa dari rahmat Allah (lagi tidak berterima kasih) sangat mengingkari-Nya.
  10. (Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana) kemiskinan dan kesengsaraan (yang menimpanya,niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan-keburukan itu) yaitu bencana-bencana tersebut (dariku.”) akan tetapi ia tidak mempunyai perasaan bahwa kebahagiaan itu bakal lenyap darinya dan pula ia tidak mensyukurinya (Sesungguhnya dia sangat gembira) meluap (lagi bangga) terhadap manusia atas apa yang diberikan kepadanya.
  11. (Kecuali) tetapi (orang-orang yang sabar) terhadap bencana (dan mengerjakan amal-amal saleh) sewaktu diberi kebahagiaan (mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar) yaitu surga.
  12. (Maka boleh jadi kamu) hai Muhammad (meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu) sehingga kamu tidak menyampaikannya kepada mereka karena mereka menganggap remeh terhadapnya (dan sempit karenanya dadamu) sewaktu engkau membacakannya kepada mereka, karena khawatir bahwa (mereka akan mengatakan, “Mengapa tidak) bagaimana tidak (diturunkan kepadanya perbendaharaan atau datang bersama-sama dengan dia satu malaikat?”) yang membenarkannya sesuai dengan apa yang kami minta. (Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan) tugasmu hanyalah menyampaikan bukannya mendatangkan apa yang mereka kehendaki. (Dan Allah Pemelihara segala sesuatu) yakni Dia hafal kesemuanya, maka Dia membalas mereka karenanya.
  13. (Bahkan) akan tetapi apakah (mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buatnya”) yakni Alquran itu (Katakanlah,”Kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surah-surah semisal dengannya) dalam masalah kefasihan bahasa dan ketinggian paramasastranya (yang dibuat-buat) karena sesungguhnya kalian sama denganku adalah orang-orang Arab yang fasih dalam berbahasa. Allah swt. menantang mereka untuk pertama kalinya supaya mereka mendatangkan sepuluh surah,kemudian pada tantangan yang berikutnya cukup hanya dengan satu surah saja (dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup memanggilnya selain Allah) selain dari Allah (jika kalian memang orang-orang yang benar.”) di dalam tuduhan kalian yang menyatakan, bahwa Alquran itu hanyalah buat-buatan belaka.
  14. (Jika) bila (mereka yang kalian seru tidak menerima seruan/ajakan kalian) yaitu orang-orang yang kalian ajak untuk membantu kalian (maka ketahuilah) khithab atau pembicaraan ditujukan kepada orang-orang musyrik (sesungguhnya Alquran itu diturunkan) berdasarkan (ilmu Allah) dan bukannya buat-buatan yang dilakukan terhadap-Nya (dan bahwasanya) an di sini adalah bentuk takhfif daripada anna (tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kalian berserah diri kepada-Nya) sesudah adanya hujah-hujah yang pasti ini. Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalian masuk Islam.
  15. (Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya) seumpamanya ia tetap bersikeras dalam kemusyrikannya. Menurut suatu pendapat ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang berbuat ria atau pamer (niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaannya dengan sempurna) pembalasan dari amal baik yang telah dikerjakannya, seperti sedekah dan bersilaturahmi (di dunia) umpamanya Kami meluaskan lapangan rezeki mereka (dan mereka di dalamnya) yakni di dunia (tidak dirugikan) artinya tidak akan dikurangi sedikit pun balasannya.
  16. (Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah) dileburlah (apa yang telah mereka usahakan) itu (di akhirat nanti) sehingga mereka tidak mempunyai pahala lagi (dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.)
  17. (Apakah orang yang mempunyai bukti) penjelasan (dari Rabbnya) yaitu Nabi saw. atau orang-orang mukmin yang dimaksud dengan bukti adalah Alquran (dan diikuti pula) dipanuti (oleh saksi) baginya yang membenarkannya (dari-Nya) yaitu dari Allah, yang dimaksud adalah malaikat Jibril (dan sebelumnya) sebelum Alquran (telah ada kitab Musa) yaitu kitab Taurat yang menyaksikan kebenaran Alquran pula (yang menjadi pedoman dan rahmat?) menjadi kata keterangan dari Alquran. Apakah keadaannya sama dengan orang-orang yang tidak demikian keadaannya? Tentu saja tidak (mereka itu) yakni orang-orang yang mempunyai bukti (beriman kepadanya) kepada Alquran, maka bagi mereka surga. (Dan barang siapa di antara golongan yang bersekutu ingkar kepada Alquran) semua orang-orang kafir (maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya,karena itu janganlah kamu ragu-ragu) menaruh syak (kepadanya) kepada Alquran (Sesungguhnya Alquran itu benar-benar dari Rabbmu tetapi kebanyakan manusia) penduduk Mekah (tidak beriman).
  18. (Dan siapakah) tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?) dengan menisbatkan sekutu terhadap-Nya dan menganggapnya mempunyai anak. (Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka) kelak di hari kiamat di antara semua makhluk-Nya (dan para saksi akan berkata) lafal asyhaad adalah bentuk jamak dari lafal syahiid yang artinya saksi. Mereka adalah para malaikat; mereka memberikan kesaksian, bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, adapun orang-orang kafir mereka cap sebagai pendusta (“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, kutukan Allah dilimpahkan atas orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang musyrik.
  19. (Yaitu orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah) dari agama Islam (dan menghendaki supaya jalan itu) (bengkok) tidak lurus (Dan mereka terhadap hari kemudian adalah) lafal hum kedua mengukuhkan makna lafal hum pertama (orang-orang yang tidak percaya).
  20. (Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi) Allah (di bumi ini dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka selain Allah) selain-Nya (yang menolong mereka) maksudnya para penolong yang dapat mencegah azab Allah terhadap mereka. (Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka) karena mereka menyesatkan orang lain. (Mereka selalu tidak dapat mendengar) kebenaran (dan mereka selalu tidak melihat) kebenaran itu karena kebencian mereka yang sangat terhadap kebenaran itu sehingga digambarkan seolah-olah mereka tidak mampu untuk mendengar dan melihatnya.
  21. (Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri) karena mereka menjerumuskan dirinya ke dalam neraka yang abadi (dan lenyaplah) terhapuslah (dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan) terhadap Allah, yaitu tuduhan mereka yang menyekutukan Allah.
  22. (Pasti) sungguh (mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi).
  23. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri) merasa tenang dan aman, atau kembali (kepada Rabb mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya).
  24. (Perumpamaan) gambaran (kedua golongan itu) yakni orang-orang kafir dan orang-orang mukmin (seperti orang buta dan tuli) ini perumpamaan orang kafir (dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar) ini perumpamaan orang mukmin. (Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?) Tentu saja tidak. (Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran) lafal tadzakkaruuna asalnya tatadzakkaruuna, kemudian huruf ta asal diidgamkan kepada huruf dzal sehingga jadilah tadzakkaruuna, artinya sama dengan lafal tatta’izhuuna, yaitu mengambil pelajaran.
  25. (Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ia berkata, “Sesungguhnya aku) bahwa aku. Menurut suatu qiraat lafal innii dengan memperkirakan adanya makna al-qaul yang artinya, dia berkata (adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian) yakni jelas peringatannya.
  26. (Agar) supaya (kalian jangan menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kalian) jika kalian menyembah selain-Nya (akan ditimpa azab pada hari yang sangat menyakitkan.”) azab yang menyakitkan di dunia dan di akhirat.
  27. (Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya,) mereka adalah terdiri dari orang-orang terhormat kaumnya (“Kami tidak melihat kamu melainkan sebagai manusia biasa seperti kami) tidak ada kelebihan bagimu atas diri kami (dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami) yaitu orang-orang yang rendah di antara kami, seperti tukang tambal pakaian dan tukang sol sepatu (yang lekas percaya saja) dapat dibaca baadiya dan baadia yang artinya, mereka lekas percaya kepadamu tanpa berpikir lebih matang lagi. Lafal ini dinashabkan karena menjadi zharaf yang artinya, mereka terus percaya dengan begitu saja (dan kami tidak melihat kalian memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami) sehingga karena kelebihan itulah kalian berhak untuk diikuti daripada kami (bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang dusta”) dalam pengakuan risalah yang kalian bawa. Dalam hal ini mereka mengikut sertakan sebutan Nabi Nuh beserta kaum yang mengikutinya.
  28. (Berkata Nuh, “Hai kaumku! Bagaimana pikiranmu) coba katakan kepadaku (jika aku ada mempunyai bukti yang nyata ) penjelasan yang nyata (dari Rabbku dan diberi-Nya aku rahmat) kenabian (dari sisi-Nya tetapi rahmat itu disamarkan) disembunyikan (bagi kalian) dan menurut suatu qiraat dibaca fa`amiyat (apa akan kami paksakan kalian menerimanya) artinya apakah kami harus memaksakan kalian untuk menerimanya (padahal kalian tiada menyukainya?”) tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
  29. (Dan dia berkata, “Hai kaumku! Aku tiada meminta kepada kalian sebagai upah bagi seruanku) di dalam menyampaikan risalahku (harta benda) yang kalian berikan kepadaku sebagai imbalannya (tiada lain) (upahku) pahalaku (hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman) seperti apa yang kalian perintahkan supaya aku melakukannya. (Sesungguhnya mereka pasti akan bertemu dengan Rabbnya) melalui hari berbangkit kemudian Allah membalas mereka dan menghukum orang-orang yang menyakiti dan mengusir orang-orang yang beriman (tetapi aku memandang kalian suatu kaum yang tidak mengetahui.”) akibat dari perbuatan kalian yang demikian itu.
  30. (Dan dia berkata, “Hai kaumku! Siapakah yang akan menolongku) yang dapat membentengi diriku (dari Allah) dari azab-Nya (jika aku mengusir mereka) orang-orang yang beriman kepadaku, tentu saja tidak ada seorang penolong pun. (Maka tidakkah) mengapa tidak (kalian mengambil pelajaran) lafal tadzakkaruuna asalnya adalah tatadzakkaruuna, kemudian huruf ta asal diidgamkan kepada dzal sehingga jadilah tadzdzakkaruuna, artinya sama dengan tatta`izhuuna, yaitu mengambil pelajaran.
  31. (Dan aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa, ‘Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah dan tiada pula) aku (mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat.’) akan tetapi sesungguhnya aku adalah manusia biasa sama dengan kalian (dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina) dipandang remeh (oleh penglihatan kalian, “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka.” Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka) yang terpendam di dalam kalbu mereka (sesungguhnya aku kalau begitu) maksudnya jika aku mengatakan demikian (benar-benar termasuk orang-orang yang lalim).
  32. (Mereka berkata, “Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami) telah memusuhi kami (dan kamu memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami apa yang kamu ancamkan kepada kami) yaitu azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar”) di dalam ancaman yang kamu katakan itu.
  33. (Nuh menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepada kalian jika Dia menghendaki) supaya azab itu disegerakan terhadap kalian karena sesungguhnya urusan penurunan azab itu kembali kepada-Nya (dan kalian sekali-kali tidak dapat melepaskan diri) dari azab-Nya.
  34. (Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kalian sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian) artinya berkehendak untuk membuat kalian sesat. Jawab syarat tersirat dari makna yang terkandung didalam kalimat, ‘Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku.’ (Dia adalah Rabb kalian dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan”). Selanjutnya Allah swt. berfirman:
  35. (Bahkan) malahan (mereka mengatakan) yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah (“Dia cuma membuat-buatnya saja.”) artinya Muhammad hanya membuat-buat Alquran saja (Katakanlah, “Jika aku membuat-buatnya, maka hanya akulah yang memikul dosanya) azab sebagai akibat dari perbuatan itu (dan aku berlepas diri dari dosa yang kalian lakukan.”) yaitu dosa tuduhan kalian yang mencap diriku sebagai pembuat Alquran.
  36. (Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu kecuali orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati) merasa susah (tentang apa yang selalu mereka kerjakan) yaitu perbuatan syirik. Maka Nabi Nuh mendoakan kebinasaan bagi mereka yang tidak beriman, yaitu yang disitir oleh firman-Nya, ”Wahai Rabbku! Janganlah Engkau biarkan di atas muka bumi ini…” (Nuh 26) kemudian Allah mengabulkan doanya seraya berfirman:
  37. (Dan buatlah bahtera) perahu (dengan pengawasan Kami) dengan pengawasan dan pemeliharaan Kami (dan petunjuk wahyu Kami) yakni perintah Kami (dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu) orang-orang kafir itu, biarkanlah mereka binasa (sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan).
  38. (Dan mulailah Nuh membuat bahtera) dimaksud menceritakan keadaan masa lampau (Dan setiap kali lewat kepada Nuh segolongan) sebagian (dari kaumnya, mereka mengejeknya) mereka memperolok-olokkannya. (Berkatalah Nuh, “Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami) jika kami selamat dan kalian tenggelam nanti.
  39. (Kelak kalian akan mengetahui siapa) lafal man di sini maushul atau kata sambung, kedudukannya menjadi maf`ul atau objek dari lafal ta`lamuuna (yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa) akan dikenakan (kepadanya azab yang kekal.”)
  40. (Hingga) mengisahkan batas pembuatan bahtera (apabila perintah Kami datang) yang membinasakan mereka (dan dapur telah memancarkan air) yang dimaksud adalah dapur pemanggangan roti, hal itu merupakan pertanda bagi Nabi Nuh. (Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalam bahtera itu) ke dalam perahu itu (dari masing-masing binatang sepasang) yaitu jenis jantan dan betina dari semua jenis binatang (yaitu sejodoh) jantan dan betina. Lafal itsnain ini berkedudukan menjadi maf’ul atau objek. Dan disebutkan di dalam kisah Nabi Nuh, bahwasanya Allah swt. mengumpulkan kepada Nabi Nuh semua binatang buas dan semua jenis unggas atau burung. Kemudian Nabi Nuh a.s. memukulkan tangannya kepada setiap jenis binatang itu; maka tangan kanannya mengenai jenis jantan sedangkan tangan kirinya mengenai jenis betina, lalu ia memuatkannya ke dalam perahu (dan keluargamu) yaitu istri dan anak-anaknya (kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya) di antara keluargamu yang sudah dipastikan akan binasa, yaitu anaknya yang bernama Kan’an dan istrinya. Sedangkan Sam, Ham, dan Yafits dibawa oleh Nabi Nuh ke dalam bahtera berikut istri-istri mereka yang berjumlah tiga orang (dan muatkan pula orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman terhadap Nabi Nuh itu melainkan sedikit). Dikatakan, bahwa jumlah mereka yang beriman itu hanya ada enam orang lelaki dan istri-istri mereka. Menurut pendapat yang lain dikatakan, bahwa jumlah orang-orang yang termuat di dalam bahtera itu ada delapan puluh orang; separuh di antara mereka terdiri dari kaum laki-laki sedangkan separuh yang lainnya terdiri dari kaum wanita.
  41. (Dan ia berkata) yakni Nabi Nuh (“Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.”) artinya sewaktu berlayar dan sewaktu berlabuh. (Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) di mana Dia tidak membinasakan kami.
  42. (Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung) menggambarkan tentang tinggi dan besarnya gelombang. (Dan Nuh memanggil anaknya) yaitu Kan`an (sedangkan anaknya itu berada di tempat yang jauh) dari bahtera (“Hai anakku! Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”)
  43. (Anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memelihara diriku) yang dapat menyelamatkan diriku (dari air bah ini.” Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah) dari siksaan-Nya (selain) kecuali hanya (Zat Yang Maha Penyayang.”) yaitu Allah sendiri, hanya Dialah yang dapat menolong. Selanjutnya Allah berfirman mengisahkan kelanjutannya. (Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.)
  44. (Dan difirmankan, “Hai bumi! Telanlah airmu) yang bersumberkan darimu, maka langsung bumi menelan airnya akan tetapi yang turun dari langit masih tetap, sehingga jadilah sungai-sungai dan laut-laut (dan hai hujan berhentilah.”) hentikanlah air hujanmu, maka seketika itu juga hujan berhenti (dan surutlah) berkuranglah (air itu hingga selesailah perintah Allah) kaum Nabi Nuh telah selesai dibinasakan (dan bahtera itu berlabuh) bahtera Nabi Nuh berhenti (di atas bukit Al-Judi) nama sebuah bukit yang terletak di suatu pulau dekat dengan negeri Maushul (dan dikatakan, “Binasalah) hancurlah (orang-orang yang lalim.”) yaitu orang-orang yang kafir.
  45. (Dan Nuh berseru kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku! Sesungguhnya anakku) yaitu Kan’an (termasuk keluargaku) sedangkan Engkau telah menjanjikan kepadaku akan menyelamatkan mereka (dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar) janji yang tidak akan diingkari. (Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.”) paling mengetahui masalah kehakiman dan paling adil.
  46. (Dan berfirmanlah) Allah swt. (“Hai Nuh! Sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu) yang dijanjikan akan diselamatkan, atau dia bukan termasuk pemeluk agamamu (sesungguhnya) permintaanmu kepada-Ku yang memohon supaya dia diselamatkan (perbuatan yang tidak baik) karena sesungguhnya dia adalah orang kafir, dan tidak ada keselamatan bagi orang-orang kafir. Menurut qiraat lain dibaca `amila sedangkan lafal ghairu dibaca ghaira dan dhamir kembali kepada anaknya Nabi Nuh, artinya sesungguhnya dia telah mengerjakan perbuatan yang tidak baik (sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku) dapat dibaca tas-alanna dan tas-alan (sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya) yaitu memohon supaya anakmu diselamatkan. (Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”) yang menyebabkan kamu meminta kepada-Ku apa-apa yang kamu tidak ketahui hakikatnya.
  47. (Nuh berkata, “Ya Rabbku! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau) daripada perbuatan (memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku) atas apa yang aku telah terlanjur melakukannya (dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”)
  48. (Difirmankan, “Hai Nuh! Turunlah) turunlah dari bahtera (dengan selamat) dengan selamat atau dengan hormat (dari Kami dan penuh keberkahan) penuh kebaikan (atasmu dan atas umat-umat yang mukmin dan orang-orang yang bersamamu”) didalam bahtera, yang dimaksud adalah anak cucu dan keturunannya, yaitu orang-orang yang beriman (Dan ada pula umat-umat) dibaca rafa` yaitu umamun, makna yang dimaksud adalah umat-umat yang bersamamu (yang Kami beri kesenangan pada mereka) di dunia (kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami) di akhirat kelak; mereka adalah orang-orang kafir.
  49. (Itu adalah) ayat-ayat yang mengandung kisah Nabi Nuh (di antara berita-berita penting yang gaib) berita-berita yang belum engkau ketahui (yang Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak pula kaummu sebelum ini) sebelum diturunkannya Alquran ini. (Maka bersabarlah) di dalam menyampaikan risalah dan menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu, sebagaimana Nabi Nuh bersabar (sesungguhnya kesudahan yang baik) yang terpuji (adalah bagi orang-orang yang bertakwa).
  50. (Dan) Kami utuskan (kepada kaum Ad saudara mereka) dari kabilah mereka sendiri (Hud. Ia berkata, “Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Allah (sekali-kali tidak ada bagi kalian) huruf min di sini zaidah (Tuhan selain Dia, tiada lain) (kalian) yang dimaksud adalah penyembahan kalian terhadap berhala-berhala itu (hanyalah mengada-adakan saja) kalian berdusta terhadap Allah.
  51. (Hai kaumku! Aku tidak meminta kepada kalian atas hal ini) yakni menganjurkan mentauhidkan Allah (upah. Tiada lain) (upahku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku) yang telah menjadikan aku (Maka tidakkah kalian memikirkannya?”)
  52. (Dan dia berkata, “Hai kaumku! Mohonlah ampun kepada Rabb kalian) dari kemusyrikan (lalu bertobatlah kalian) kembalilah kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan (niscaya Dia menurunkan hujan) air hujan yang sebelumnya mereka kekeringan (kepada kalian dengan derasnya) sangat deras (dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada) bersama dengan (kekuatanmu) yaitu berupa harta benda dan anak-anak (dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa.”) yakni berbuat kemusyrikan.
  53. (Kaum Ad berkata, “Hai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata) yang menunjukkan kebenaran perkataanmu itu (dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu) hanya karena ucapanmu itu (dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu).
  54. (Tidaklah) tiadalah (kami mengatakan) perihal dirimu (melainkan, akan menimpamu) kamu akan tertimpa (penyakit gila karena sebagian sembahan kami”) karena sesembahan kami itu akan menyerapah kamu hingga menjadi orang gila, sebab kamu mencacinya, setelah itu kamu akan mengigau sendirian. (Hud menjawab, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah) atas diriku sendiri (dan saksikanlah olehmu sekalian, bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan) itu terhadap Allah.
  55. (Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya terhadapku) lancarkanlah tipu daya untuk membinasakan diriku (oleh kalian semuanya) oleh kalian dan berhala-berhala sesembahan kalian itu (dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku) janganlah kalian menangguh-nangguhkannya.
  56. (Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Rabbku dan Rabb kalian. Tidak ada) huruf min di sini adalah zaidah (suatu binatang) makhluk yang melata di bumi (melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya) artinya, Dialah yang menguasai dan yang memaksakannya, maka tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mudarat melainkan seizin-Nya. Dalam ayat ini disebutkan lafal an-naashiyah secara khusus, yang artinya ubun-ubun, karena seseorang yang dipegang ubun-ubunnya berarti sangat hina. Ini menggambarkan hinanya makhluk dibandingkan dengan Allah. (Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus) yaitu jalan kebenaran dan keadilan.
  57. (Jika kalian berpaling) asalnya ialah tatawallau, kemudian salah satu dari huruf ta dibuang sehingga jadilah tawallau, artinya berpaling (maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian apa/amanat yang aku diutus untuk menyampaikannya kepada kalian. Dan Rabbku akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dari kalian; dan kalian tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun) oleh sebab kemusyrikan kalian. (Sesungguhnya Rabbku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu”) yang mengawasinya.
  58. (Dan tatkala datang perintah Kami) azab Kami (Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat) yakni petunjuk (dari Kami; dan Kami selamatkan pula mereka dari azab yang berat) dari siksaan yang keras di akhirat.
  59. (Dan itulah kisah kaum Ad) ini mengisyaratkan kepada peninggalan-peninggalan mereka. Makna yang dimaksud ialah berjalanlah kalian di muka bumi ini dan lihatlah bekas-bekas peninggalan mereka. Kemudian Allah swt. menggambarkan keadaan mereka, untuk itu Dia berfirman: (Mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka dan mendurhakai rasul-rasul Allah) ungkapan di sini memakai bentuk jamak, dimaksud karena orang yang mendurhakai seorang rasul berarti sama saja dengan mendurhakai semua rasul. Karena pada apa yang didatangkan oleh para rasul itu hakikatnya bersumberkan dari asal yang sama, yaitu dari ajaran tauhid (dan mereka menuruti) artinya orang-orang yang rendah (perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang kebenaran) yakni selalu menentang perkara yang hak, yang dimaksud adalah para pemimpinnya.
  60. (Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini) dari manusia (dan begitu pula di hari kiamat) mereka akan dikutuk di hadapan makhluk semuanya. (Ingatlah sesungguhnya kaum Ad itu kafir) mereka ingkar (terhadap Rabb mereka. Ingatlah,sesungguhnya amat jauh) dari rahmat Allah (bagi kaum Ad yaitu kaumnya Hud).
  61. (Dan) Kami utus (kepada Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah (Saleh. Saleh berkata, “Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Dia (sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kalian) Dialah yang mulamula menciptakan kalian (dari bumi) yaitu dengan menciptakan bapak moyang kalian, Adam, dari tanah (dan menjadikan kalian pemakmurnya) Dia menjadikan kalian sebagai para penghuni bumi (karena itu mohonlah ampunan-Nya) dari kemusyrikan (kemudian bertobatlah) kembali kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan. (Sesungguhnya Rabbku amat dekat) kepada makhluk-Nya melalui pengetahuan-Nya (lagi memperkenankan.”) doa orang yang meminta kepada-Nya.
  62. (Kaum Tsamud berkata, “Hai Saleh! Sesungguhnya engkau adalah seorang di antara kami yang kami harapkan) kami mengharapkan semoga engkau menjadi penghulu dan pemimpin kami (sebelum ini) sebelum apa yang kamu lakukan itu (apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami) yaitu berhala-berhala (dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami) yaitu agama tauhid (lagi sangat gelisah.”) maksudnya yang diserukannya itu amat meresahkan.
  63. Saleh berkata, “Hai kaumku! Bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti) bukti yang jelas (dari Rabbku dan diberi-Nya aku rahmat daripada-Nya?) kenabian (Maka siapakah yang akan menolong aku) yang dapat memelihara diriku (dari Allah) maksudnya dari azab-Nya (jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kalian tidak menambah apa pun kepadaku) dengan perintah kalian yang menyuruhku untuk melakukan hal tersebut (selain daripada kerugian.”) penyesatan.
  64. (“Hai kaumku! Inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat yang menunjukkan kebenaran untuk kalian) lafal aayatan berkedudukan menjadi hal atau kata keterangan sedangkan yang menjadi amilnya adalah isim isyarah atau lafal haadzihii tadi (sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kalian mengganggunya dengan gangguan apa pun) seperti menyembelihnya (yang akan menyebabkan kalian ditimpa azab yang dekat.”) jika kalian menyembelihnya.
  65. (Maka mereka menyembelihnya) unta betina itu disembelih oleh seseorang yang kuat atas perintah mereka (maka ia berkata) Nabi Saleh (“Bersuka-rialah kalian) bersenang-senanglah kalian (di rumah kalian selama tiga hari) kemudian kalian akan binasa (itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”) janji yang tidak diingkari lagi.
  66. (Maka tatkala datang perintah Kami) yang memerintahkan supaya mereka dibinasakan (Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia) jumlah mereka ada empat ribu orang (dengan rahmat dari Kami dan) Kami selamatkan pula mereka (dari kehinaan di hari itu) kalau dibaca yaumi-idzin dianggap sebagai isim yang mu`rab dan kalau dibaca yaumaidzin dianggap sebagai isim yang mabni karena diidhafatkan kepada isim yang mabni pula; demikianlah menurut pendapat kebanyakan ahli nahwu. (Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa) Maha Menang.
  67. (Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang lalim itu lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka) dalam keadaan bersimpuh pada lutut mereka padahal mereka telah mati semuanya.
  68. (Seolah-olah) lafal ka-an adalah takhfif daripada ka-anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, kepanjangannya adalah kaannahum, artinya seolah-olah mereka (belum pernah berdiam) belum pernah tinggal (di tempat itu) di dalam rumah mereka. (Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud) lafal tsamuud dapat ditanwinkan sehingga menjadi tsamuudan dan dapat pula dibaca tanpa memakai tanwin sehingga menjadi tsamuuda. Makna yang dimaksud ialah kabilahnya.
  69. (Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membaca kabar gembira) yaitu akan diberi anak bernama Ishak dan menyusul Yakub anak Ishak sesudah itu. (mereka mengucapkan, “Selamat.”) lafal salaaman menjadi mashdar (Ibrahim menjawab, “Selamatlah.”) atas kalian (Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang) daging panggang anak sapi.
  70. (Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka) merasa heran dengan kelakuan mereka itu (dan mulai timbul) memendam rasa di dalam hati (rasa takut terhadap mereka) ketakutan. (Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah malaikat-malaikat yang diutus kepada kaum Luth.”) untuk membinasakan mereka.
  71. (Dan istrinya) yakni istri Nabi Ibrahim, yaitu Siti Sarah (berdiri) melayani mereka (lalu dia tersenyum) merasa gembira dengan akan dibinasakannya kaum Luth (maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan menyusul sesudah) (Ishak Yakub) yaitu anak Nabi Ishak yang sempat melihat Nabi Ibrahim.
  72. (Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan) lafal wailataa ini merupakan kalimat yang biasa diucapkan di kala seseorang melihat perkara yang besar. Huruf ya yang ada padanya merupakan pergantian dari huruf alif (apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua) aku berumur sembilan puluh sembilan tahun (dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula) Nabi Ibrahim pada saat itu berumur seratus atau seratus dua puluh tahun. Lafal syaikhan dinashabkan karena menjadi hal, sedangkan amilnya adalah isim isyarah yaitu lafal haadzaa tadi. (Sesungguhnya ini benarbenar suatu yang aneh”) kedua pasangan yang sama-sama telah tua dapat mempunyai anak.
  73. (Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang perintah Allah) yakni kekuasaan-Nya (itu adalah rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kalian) hai (ahlul bait) keluarga Nabi Ibrahim. (Sesungguhnya Allah Maha Terpuji) sangat terpuji (lagi Maha Pemurah”) Maha Pengasih.
  74. (Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim) perasaan takut telah lenyap dari hatinya (dan berita gembira telah datang kepadanya) yaitu memperoleh anak, mulailah (dia pun bersoal jawab dengan Kami) yakni dengan malaikat-malaikat utusan Kami (tentang) mengenai perihal (kaum Luth).
  75. (Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar penyantun) sangat sabar (lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah) banyak istighfarnya atau ia banyak mengucapkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uuna. Maka Nabi Ibrahim berkata kepada para malaikat itu, “Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang beriman?” Para malaikat menjawab, “Tidak.” Ia kembali bertanya, “Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat dua ratus orang yang beriman?” Para malaikat menjawab, “Tidak.” Ia bertanya lagi, “Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat empat puluh orang yang beriman.” Para malaikat menjawab, “Tidak.” Ia kembali bertanya,”Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat empat belas orang yang beriman?” Mereka menjawab, “Tidak.” Nabi Ibrahim kembali bertanya, “Bagaimana pendapat kalian jika di dalam sebuah kota terdapat hanya seorang yang beriman?” Mereka menjawab, “Tidak pula.” Maka Nabi Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya di dalam kota tersebut terdapat Nabi Luth.” Mereka menjawab, “Kami lebih mengetahui tentang orang-orang beriman yang terdapat di dalamnya
  76. Maka tatkala Nabi Ibrahim berkepanjangan di dalam bertanya jawab dengan mereka, lalu mereka mengatakan: (“Hai Ibrahim! Tinggalkanlah soal jawab ini) perbantahan ini (sesungguhnya telah datang ketetapan Rabbmu) untuk membinasakan mereka (dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.”)
  77. (Dan tatkala datang utusan-utusan Kami itu kepada Luth, dia merasa susah) merasa repot dengan kedatangan mereka itu (dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka) mereka datang dalam rupa yang tampan menyamar sebagai tamutamu. Hal inilah yang membuat Nabi Luth merasa takut terhadap kaumnya yang tentunya akan berlaku tidak senonoh terhadap tamu-tamunya ini (dan dia berkata, “Ini adalah hari yang amat berat.”) hari yang sangat keras.
  78. (Datanglah kepadanya kaumnya) ketika mereka mengetahui tentang tamu-tamunya itu (dengan bergegas-gegas) dengan segera (menuju kepadanya. Dan sejak dahulu) sebelum kedatangan para tetamu itu (mereka selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan keji) yaitu menyetubuhi anus laki-laki. (Ia pernah berkata,) yakni Nabi Luth (“Hai kaumku! Inilah putri-putriku) maka kawinilah mereka (mereka lebih suci bagi kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian membuat malu) mempermalukan diriku (terhadap tamuku ini) tamu-tamu ini. (Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal?”) yang memerintahkan kalian berbuat kebajikan dan melarang kalian melakukan perbuatan yang mungkar.
  79. (Mereka menjawab, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu itu) kami tidak membutuhkannya (dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sekiranya kami kehendaki.”) yaitu suka menyetubuhi anus laki-laki.
  80. (Luth berkata, “Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolak kalian) mempunyai kemampuan untuk menolak keinginan kalian (atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat”) yakni keluarga yang mau menolongku, tentu aku akan menghajar kalian atas kekurangajaran kalian itu. Maka tatkala para malaikat itu melihat hal tersebut, lalu mereka mengatakan:
  81. (Para utusan itu berkata, “Hai Luth! Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabbmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu) dengan berlaku jahat terhadap dirimu (sebab itu bawalah pergi keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir) pada bagian yang terakhir dari (malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal) supaya ia tidak melihat kengerian azab yang menimpa mereka (kecuali istrimu) dengan dibaca rafa`, yaitu imra-atuka, berkedudukan menjadi badal dari lafal ahadin. Menurut qiraat lain dibaca nashab, yaitu imra-ataka, berkedudukan menjadi istitsna dari lafal al-ahl. Artinya janganlah engkau membawa pergi dia. (Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa Nabi Luth tidak membawa istrinya pergi. Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa Nabi Luth membawanya pergi. Hanya saja ia menoleh ke belakang seraya mengatakan, ‘Aduh kaumku!’ Lalu ia ditimpa oleh batu besar sehingga matilah dia.” Nabi Luth bertanya kepada utusan tentang waktu pembinasaan kaumnya, maka para utusan itu berkata. (“Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh) Nabi Luth meminta, ‘Aku minta supaya lebih disegerakan lagi.’ Mereka menjawab (‘Bukankah subuh itu sudah dekat?’”)
  82. (Maka tatkala datang perintah Kami) untuk membinasakan mereka (Kami jadikan bagian atas) dari negeri kaum Luth (ke bawah) artinya malaikat Jibril mengangkat negeri mereka ke atas kemudian menjatuhkannya ke bumi dalam keadaan terbalik (dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar) yaitu lumpur yang panas membara (dengan bertubi-tubi) secara terus-menerus.
  83. (Yang diberi tanda) telah ditandai masing-masing tanah yang membara itu dengan nama orang yang dikenainya (oleh Rabbmu) menjadi zharaf bagi lafal mu`allamatan (dan hal itu) makna yang diisyaratkan di sini adalah azab yang berupa batu itu atau negeri mereka (dari orang-orang yang lalim) artinya penduduk Mekah (tidak jauh).
  84. (Dan) Kami utus (kepada penduduk Madyan saudara mereka Syuaib. Ia berkata, “Hai kaumku! Sembahlah Allah) tauhidkanlah Dia (sekali-kali tiada Tuhan bagi kalian selain Dia. Dan janganlah kalian kurangi takaran dan timbangan,sesungguhnya aku melihat kalian dalam keadaan yang baik) kalian hidup dalam keadaan yang menyenangkan sehingga kalian tidak perlu melakukan pengurangan takaran dan timbangan (dan sesungguhnya aku) (khawatir terhadap kalian) jika kalian tidak mau beriman (akan azab hari yang membinasakan”) hari yang meliputi kalian dengan kebinasaan. Lafal yaum disifati dengan lafal muhith mengandung pengertian majaz, karena terjadinya azab itu pada hari tersebut.
  85. (Dan Syuaib berkata, “Hai kaumku!) (Cukupkanlah takaran dan timbungan) sempurnakanlah keduanya (dengan adil) secara tetap (dan janganlah kalian merugikan manusia terhadap hak-hak mereka) janganlah kalian mengurangi hak-hak mereka sedikit pun (dan janganlah kalian membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan) dengan melakukan pembunuhan dan kejahatan lainnya. Lafal ta’tsau berasal dari fi’il madhi `atsiya, artinya mengadakan kerusakan. Sedangkan lafal mufsidiina berkedudukan menjadi hal atau keterangan yang mengukuhkan makna amilnya yaitu ta’tsau.
  86. (Sisa keuntungan dari Allah) yaitu rezeki yang masih tersisa bagi kalian sesudah kalian mencukupkan takaran dan timbangan (adalah lebih baik bagi kalian) daripada perbuatan mengurangi takaran dan timbangan (jika kalian orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kalian.”) aku bukanlah pengawas yang membalas kalian terhadap amal perbuatan kalian, akan tetapi sesungguhnya aku adalah orang yang diutus bagi kalian sebagai pembawa peringatan.
  87. (Mereka berkata) kepada Nabi Syuaib dengan nada mengejek (“Hai Syuaib! Apakah salatmu menyuruhmu) membebankan kepadamu (agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami) yaitu berhala-berhala (atau) melarang kami (mencegah kami melakukan apa yang kami kehendaki tentang harta kami) maksudnya hal ini tidak benar sama sekali, tidak ada seorang pun yang menyeru kepada kebaikan. (Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.”) mereka mengatakan demikian dengan nada mengejek dan mencemoohkan Nabi Syuaib.
  88. (Syuaib berkata, “Bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik) rezeki yang halal lalu apakah patut jika aku mencampurinya dengan barang yang haram hasil mengurangi takaran dan timbangan (Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian) melakukan (apa yang aku larang kalian daripadanya) kemudian aku mengerjakannya. (Aku tidak) aku tiada (bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan) bagi kalian supaya menegakkan keadilan (selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku) berkemampuan untuk melakukan hal tersebut dan perkara ketaatan lainnya (melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.”) mengembalikan semua perkara.
  89. (“Hai kaumku! Janganlah membuat kalian jahat) menyebabkan kalian melakukannya (adanya pertentangan dengan aku) pertentangan antara aku dan kalian. Lafal syiqaaqii menjadi fa’il atau subjek daripada fi’il yajrimannakum, dan lafal qaum yang terkandung di dalamnya berkedudukan menjadi maf’ul awwal atau objek pertama, sedangkan maf’ul yang kedua ialah (hingga kalian ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh) ditimpa azab yang sama (sedangkan kaum Luth tidaklah) artinya tempat tinggal kaum Luth atau waktu mereka dibinasakan (jauh dari kalian) maka ambillah hal itu sebagai pelajaran buat kalian.
  90. (Dan mohonlah ampun kepada Rabb kalian, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman (lagi Maha Pengasih.”) sangat mencintai orang-orang yang beriman.
  91. (Mereka berkata) dengan nada yang menunjukkan kurang perhatian mereka terhadap perkataan Nabi Syuaib (“Hai Syuaib! Kami tidak mengerti) kurang memahami (banyak tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami) maksudnya orang yang rendah (kalau tidaklah karena keluargamu) familimu (tentulah kami telah merajam kamu) dengan batu (sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”) bukan orang-orang tidak pantas untuk dihukum rajam; dan sesungguhnya hanya keluargamu sajalah orang-orang yang berwibawa itu.
  92. (Syuaib menjawab, “Hai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah) oleh sebab itu lalu kalian tidak mau membunuhku demi mereka dan kalian tidak mau membiarkan aku demi karena Allah (sedangkan kalian menjadikan Dia) yakni kalian menganggap Allah (sebagai sesuatu yang terbuang di belakang kalian) terasing di belakang kalian tanpa kalian hiraukan Dia. (Sesungguhnya Rabbku meliputi apa yang kalian kerjakan.”) Dia Maha Mengetahui kesemuanya; oleh karena itu kelak Dia akan membalas kalian.
  93. (Dan dia berkata, “Hai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuan kalian) sesuai dengan keadaan kalian (sesungguhnya aku pun berbuat pula) sesuai dengan kedudukanku. (Kelak kalian akan mengetahui siapa) lafal man di sini adalah maushul yang berkedudukan menjadi maf’ul dari lafal ta’lamuuna (yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah) akibat daripada perbuatan kalian itu (sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.”) ikut mengawasinya.
  94. (Dan tatkala datang perintah Kami) yang memerintahkan supaya mereka dibinasakan (Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia sebagai rahmat dari Kami, dan orang-orang yang lalim dibinasakan oleh suatu suara yang mengguntur) malaikat Jibril mengeluarkan suara yang mengguntur terhadap mereka (lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat tinggalnya) mereka mati dalam keadaan bersimpuh.
  95. (Seolah-olah) mereka; lafal ka-an adalah bentuk takhfif daripada lafal ka-anna (belum pernah tinggal di tempat tinggalnya itu, di tempat mereka bermukim. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa).
  96. (Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda kekuasaan Kami dan mukjizat yang nyata) bukti yang jelas dan gamblang.
  97. (Kepada Firaun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikuti perintah Firaun, padahal perintah Firaun sekali-kali bukanlah perintah yang benar) perintah yang lurus.
  98. (Ia berjalan di muka) berada paling depan (kaumnya di hari kiamat) sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagaimana mereka mengikutinya sewaktu hidup di dunia (lalu memasukkan mereka) menjerumuskan mereka (ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi.)
  99. (Dan mereka telah diikuti di dalam) dunia ini (oleh kutukan, dan begitu pula di hari kiamat) mereka dikutuk pula (seburukburuk pemberian) bantuan (adalah yang diberikan kepada mereka) kutukan yang diberikan kepada mereka.
  100. (Yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi; lafal dzaalika berkedudukan menjadi mubtada sedangkan khabarnya ialah (adalah sebagian berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu) hai Muhammad (di antaranya) di antara negeri-negeri itu (ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya) artinya penduduknya telah binasa tetapi bekas-bekasnya masih ada (dan) di antaranya ada pula (yang telah musnah) telah binasa berikut penduduknya, sehingga tidak ada bekasnya sama sekali. Perumpamaan mereka sama dengan tanaman yang dipanen dengan memakai sabit.
  101. (Dan Kami tidak menganiaya mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri) dengan melakukan perbuatan syirik (karena itu tiadalah bermanfaat) tidak ada gunanya (kepada diri mereka,sesembahan-sesembahan yang mereka seru) yang mereka sembah (selain Allah). Huruf min di sini zaidah atau tidak mengandung makna (sedikit pun, di waktu perintah Rabbmu datang) yaitu azab-Nya. (Dan sesembahan-sesembahan itu tidaklah menambah kepada mereka) penyembahan mereka terhadapnya itu tidak dapat memberikan kepada mereka (selain kerugian belaka) yaitu kebinasaan.
  102. (Dan begitulah) perumpamaan azab-Nya (azab Rabbmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri) yang dimaksud adalah penduduknya (yang berbuat lalim) dengan melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Jelasnya tidak ada sesuatu pun yang dapat memberi manfaat kepada mereka bila azab Allah diturunkan kepada mereka. (Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras) sehubungan dengan ayat ini Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis melalui Abu Musa Al-Asyari r.a. yang menceritakan bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda, “Sesungguhnya Allah selalu mencatat semua perbuatan orang yang aniaya sehingga apabila Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat luput daripada-Nya.” Kemudian Rasulullah saw. membacakan firman-Nya, “Dan begitulah azab Rabbmu..” (Q.S. Hud 102)
  103. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada kisah-kisah yang telah disebutkan tadi (benar-benar terdapat pelajaran) bahan pelajaran (bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari itu) yakni hari kiamat itu (adalah suatu hari yang dikumpulkan menghadap kepada-Nya) pada hari itu (semua manusia, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan) artinya hari itu disaksikan oleh semua makhluk.
  104. (Dan Kami tiadalah mengundur-undurkannya melainkan sampai waktu yang tertentu) waktu yang hanya diketahui oleh Allah.
  105. (Di kala datang hari itu) sudah tiba saatnya (tidak dapat berbicara) lafal takallama pada asalnya adalah tatakallama,kemudian salah satu huruf tanya dibuang sehingga jadilah ia takallama (seorang pun melainkan dengan izin-Nya) izin Allah swt. (maka di antara mereka) makhluk (ada yang celaka dan) yang lainnya (ada yang berbahagia) masing-masing telah dipastikan nasibnya di zaman azali.
  106. (Adapun orang-orang yang celaka) menurut pengetahuan Allah swt. (maka tempatnya di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan jeritan) suara yang sangat keras (dan rintihan) suara yang lemah.
  107. (Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi) artinya selama keberadaan langit dan bumi di alam dunia (kecuali) melainkan (jika Rabbmu menghendaki yang lain) yaitu perpanjangan waktu yang melebihi umur langit dan bumi. Makna yang dimaksud adalah tidak terbatas; mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Sesungguhnya Rabbmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.)
  108. (Adapun orang-orang yang berbahagia) dapat dibaca sa`iduu atau su`iduu (maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali) melainkan (jika Rabbmu menghendaki) penafsirannya seperti apa yang telah dikemukakan pada ayat terdahulu yang hal ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu (sebagai karunia yang tiada putus-putusnya) tidak pernah terputus, dan penakwilan yang terdahulu itulah penakwilan yang paling kuat karena ia terlepas dari pengertian yang dipaksakan. Akhirnya hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui akan maksud-Nya.
  109. (Maka janganlah kamu) hai Muhammad (berada dalam keraguan) menaruh syak (tentang apa yang disembah oleh mereka) yaitu berhala-berhala sesembahan mereka karena sesungguhnya Kami akan mengazab mereka sebagaimana Kami mengazab orang-orang sebelum mereka yang melakukan perbuatan yang sama. Ayat ini dimaksud sebagai penghibur hati Nabi saw. (Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah) artinya sama dengan penyembahan mereka (dahulu) dan sungguh dahulu Kami telah mengazab mereka. (Dan sesungguhnya Kami pasti akan menunaikan terhadap mereka) sama dengan apa yang telah Kami tunaikan kepada nenek moyang mereka (bagian mereka) pembalasan azab mereka (dengan tidak dikurangi sedikit pun) artinya secukup-cukupnya.
  110. (Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab kepada Musa) yaitu kitab Taurat (lalu diperselisihkan tentang Kitab itu) ada yang membenarkan dan ada yang mendustakan, sama halnya dengan nasib yang menimpa Alquran (Dan seandainya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Rabbmu) dengan ditangguhkannya penghisaban dan pembalasan terhadap semua makhluk hingga hari kiamat nanti (niscaya telah ditetapkan peradilan di antara mereka) di dunia tentang apa yang mereka perselisihkan mengenai masalah Kitab itu. (Dan sesungguhnya mereka) yaitu orang-orang yang mendustakannya (dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Alquran) mereka ragu terhadapnya.
  111. (Dan sesungguhnya) dapat dibaca wain dan wainna (kepada masing-masing) artinya kepada setiap makhluk (pasti) huruf maa adalah zaidah, sedangkan huruf lam adalah mauthiah atau pendahuluan bagi qasam atau sumpah, atau lam fariqah. Menurut qiraat yang lain lamaa dibaca tasydid sehingga menjadi lammaa yang maknanya sama dengan illaa sedangkan huruf in sebelumnya bermakna nafi (Rabbmu akan menyempurnakan dengan cukup amal perbuatan mereka) yakni pembalasannya. (Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan) Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan yang terlahirkan daripadanya.
  112. (Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar) yaitu mengamalkan perintah Rabbmu dan menyembah kepada-Nya (sebagaimana diperintahkan kepadamu dan) juga tetaplah pada jalan yang benar (orang yang telah bertobat) yaitu orang yang telah beriman (beserta kamu dan janganlah kalian melampuai batas) melanggar batasan-batasan Allah. (Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) oleh sebab itu Dia membalas kalian.
  113. (Dan janganlah kalian cenderung) condong hati (kepada orang-orang yang lalim) dengan menyukai mereka atau berbasa-basi terhadap mereka atau menyenangi perbuatan mereka (yang menyebabkan kalian disentuh) kalian terkena (api neraka dan sekali-kali kalian tiada mempunyai selain daripada Allah) selain-Nya (seorang penolong pun) yang dapat memelihara diri kalian dari azab-Nya. Huruf min di sini zaidah (kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan) sehingga kalian tidak dapat selamat dari azab-Nya.
  114. (Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang) yaitu di waktu pagi dan sore; yang dimaksud adalah salat subuh, zuhur dan asar (dan pada bagian permulaan) lafal zulafan adalah bentuk jamak dari kata tunggal zulfatan, artinya beberapa bagian (dari malam hari) yaitu salat isyak dan magrib. (Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu) seperti menjalankan salat lima waktu (menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk) yakni dosa-dosa yang kecil. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang sahabat yang mencium perempuan bukan muhrimnya. Kemudian sahabat itu menceritakannya kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. bersabda sampai dengan perkataannya berikut ini, “…hal ini berlaku bagi umatku seluruhnya.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. (Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat) sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
  115. (Dan bersabarlah) hai Muhammad, di dalam menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu; atau bersabarlah kamu di dalam menjalankan salat (karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan) bersabar di dalam menjalankan ketaatan.
  116. (Maka mengapa tidak ada) mengapa tidak (dari umat-umat) dari bangsa-bangsa terdahulu (sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan) orang-orang yang teguh dalam beragama dan memiliki keutamaan (yang melarang daripada mengerjakan kerusakan di muka bumi) makna yang dimaksud adalah meniadakan, artinya hal tersebut jelas tidak akan terjadi di kalangan mereka (kecuali) hanya (sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka) yang melakukan nahi mungkar sehingga selamatlah mereka. Huruf min di sini mengandung makna bayan atau penjelasan (dan orang-orang yang lalim hanya mementingkan) mereka tidak mau melakukan nahi mungkar dan selalu senang dengan perbuatan kerusakan (kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka) mereka hanya bersenang-senang saja (dan mereka adalah orang-orang yang berdosa).
  117. (Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara lalim) dengan sesuka-Nya terhadap negeri-negeri tersebut (sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan) orang-orang yang beriman.
  118. (Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu) pemeluk agama yang satu (tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat) dalam masalah agama.
  119. (Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan bagi mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya. (Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka) sebagian di antara mereka ada yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama. (Kalimat Rabbmu telah diputuskan) yaitu (sesungguhnya Aku akan memenuhi Jahanam dengan jin dan manusia semuanya.)
  120. (Dan setiap) lafal kullan ini dinashabkan dengan alamat naqsh sedangkan tanwinnya merupakan pergantian dari mudhaf ilaih, artinya semua kisah rasul-rasul yang diperlukan (Kami ceritakan kepadamu, yaitu kisah-kisah para rasul) lafal maa di sini menjadi badal daripada lafal kullan (yang dengannya Kami teguhkan) Kami tenangkan (hatimu) kalbumu (dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran) yang dimaksud adalah kisah-kisah para rasul ini atau ayat-ayat ini (serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman) orang-orang yang beriman disebutkan di sini secara khusus, mengingat hanya merekalah yang dapat memanfaatkan adanya kisah-kisah atau ayat-ayat ini untuk mempertebal keimanan mereka, berbeda dengan orang-orang kafir.
  121. (Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut kemampuan kalian) sesuai dengan keadaan dan kondisi kalian (sesungguhnya Kami pun berbuat pula.”) sesuai dengan keadaan Kami; ungkapan ini dimaksud sebagai ancaman buat orang-orang yang tidak beriman.
  122. (“Dan tunggulah) akibat perbuatan kalian (sesungguhnya kami pun menunggu pula.”) hal tersebut.
  123. (Dan kepunyaan Allahlah apa yang gaib di langit dan di bumi) artinya Allah mengetahui semua yang samar atau yang gaib di dalam keduanya (dan kepada-Nyalah dikembalikan) jika dibaca yarji’u artinya sama dengan lafal ya’uudu yaitu kembali. Jika dibaca yurja’u maka artinya sama dengan lafal yuraddu yaitu dikembalikan (urusan-urusan semuanya) oleh sebab itu Dia menghukum orang-orang yang durhaka terhadap-Nya (maka sembahlah Dia) artinya esakanlah Dia (dan bertawakallah kepada-Nya) artinya percayalah kepada-Nya karena sesungguhnya Dialah yang mencukupimu. (Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang mereka kerjakan) sesungguhnya Dia sengaja menangguhkan mereka hanya sampai pada saatnya nanti. Menurut suatu qiraat lafal ya’maluuna dibaca ta`maluuna, artinya yang kalian kerjakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar