Janganlah
mendefinisikan orang bodoh sebatas orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan
belaka. Namun, yang sebetulnya bodoh adalah orang yang tak mau menaati Allah
walaupun ia
termasuk pemikir besar atau salah satu cendekiawan ternama.
Allah berfirman, “Namun sebagian besar manusia tidak mengetahui. Mereka hanya
mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sementara terhadap akhirat
mereka lalai.” (Q.S. ar-Rum [30]: 6-7).
Allah mencela mereka karena pintar dalam urusan dunia tapi bodoh dalam urusan
agama. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kebodohan dan
pengetahuan yang hanya mencakup lahiriahnya kehidupan dunia. Ayat tersebut
sekaligus menegaskan bahwa kehidupan dunia mempunyai dua aspek: lahiriah dan
batiniah. Aspek lahiriah nya meliputi segala kenikmatan perhiasan dunia yang
diketahui oleh orang-orang bodoh. Adapun aspek batiniah nya adalah bahwa ia
merupakan jalan menembus ke alam akhirat. Bekal menuju ke sana berbentuk
ketaatan dan amal-amal saleh.
Engkau cukup bodoh jika Allah memperlakukanmu secara baik,
sayang, dan setia, sementara engkau memperlakukan-Nya dengan sikap menentang
dan acuh. Yang disebut tokoh bukanlah yang memimpin manusia dan berpidato di
tengah majelis atau forum, sedangkan dirinya dibiarkan tenggelam dalam kubangan
dosa. Namun, yang disebut tokoh adalah yang memperbaiki diri dan insaf dan
kelalaian untuk taat kepada Tuhan. Allah berfirman, “Mereka adalah para tokoh
yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan tidak (pula) oleh jual beli dan
mengingat Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada
hari saat hati dan penglihatan menjadi guncang. Allah akan membalas mereka
dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah menambah karuniaNya
untuk mereka. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa
batas.” (Q.S. an-Nur : 37-38).
Engkau sangat bodoh kalau senantiasa memperhatikan
kesalahan kecil orang lain sementara kesalahanmu yang besar kau lupakan.
Sungguh beruntung mereka yang disibukkan oleh aibnya sendiri hingga lupa
terhadap aib orang lain.
Engkau adalah seperti dua orang manusia yang membeli
sebidang tanah. Yang satu mengambil bagiannya. Lalu ia segera membersihkan
tanah tersebut dari duri dan rumput. Ia mulai menanam, menuai benih,
memelihara, dan menyiramkan air. Tak lama kemudian tanaman pun tumbuh, tanahnya
mulai menghijau, dan berbuah. Buahnya bisa dipetik dan dimanfaatkan. Itulah
contoh orang yang tumbuh besar dengan melakukan amal taat dan menjauhkan maksiat.
Kalbunya bersinar, kenikmatan taat terasa, dan ia pun menunggu ganjaran upah di
hari perhitungan nanti.
Adapun orang yang satunya lagi, ia membiarkan tanahnya
sehingga duri dan rumput yang merusak tumbuh di dalamnya. Akhirnya ia menjadi
tempat tinggal berbagai ulat dan ular. Ini adalah contoh orang bodoh yang
membiarkan dirinya didiami oleh hawa nafsu dan setan sehingga kalbunya menjadi
gelap dengan maksiat dan dosa. Ia tertawan oleh aneka kenikmatan dan kelezatan
syahwat. Yang tumbuh di kalbunya adalah kesenangan pada yang munkar. Anggota
tubuhnya juga berkembang dan suplai makanan haram. Allah berfirman, “Apakah
orang yang berjalan dengan wajah tersungkur lebih mendapat petunjuk? Ataukah
orang yang berjalan dengan tegak di jalan yang lurus?”(Q.S. al-Mulk : 22).
Orang yang bodoh adalah yang senantiasa memperhatikan
dunia dengan mengabaikan akhirat, serta rela terhadap kehidupan dunia dan
condong kepadanya. Ia sama seperti orang yang sedang didatangi singa yang siap
memangsa. Namun, tiba-tiba ada seekor kutu yang menggigitnya. Ia pun kaget dan
sibuk mencari kutu tersebut sehingga lupa terhadap singa tadi. Tentu saja sang
singa menyerang dan menyantapnya.
Orang yang lalai terhadap Allah, sibuk dengan hal yang
remeh-temeh. Sementara orang yang tidak Ialai pasti hanya akan sibuk dengan
Allah. Orang yang perhatiannya sibuk dengan dunia yang hina dan fana ini
sehingga melupakan akhirat yang agung dan kekal, berarti ia tertipu dan bodoh.
Lebih baik engkau kehilangan dunia tapi mendapat akhirat.
ini adalah yang terbaik bagimu. Sebaliknya, betapa buruknya jika engkau
kehilangan akhirat hanya untuk mendapat dunia. Betapa buruknya orang yang
mencari dunia dengan menampakkan sikap zuhud di hadapan manusia. Allah
berfirman, “Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan kemewahannya, niscaya
Kami berikan padanya balasan amal perbuatan nya di dunia sepenuhnya dan mereka
di dunia ini takkan dirugikan. Mereka adalah orang-orang yang takkan mendapat
jatah sama sekali di akhirat kecuali neraka.. Gugurlah semua amal perbuatan
mereka serta terhapuslah apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Hud :15-16).
Engkau terhitung bodoh kalau cemburu pada istrimu tapi tak
pernah cemburu pada imanmu sendiri. Engkau cemburu pada istrimu karena hawa
nafsu dan syahwat, sementara engkau tidak cemburu pada kalbumu karena Tuhan.
Kalau engkau menjaga apa yang menjadi hakmu, mengapa engkau tidak menjaga apa
yang menjadi hak Allah?
Engkau cukup bodoh kalau merasa iri dan dengki terhadap
karunia yang diberikan kepada penghuni dunia. Jika kalbumu diliputi oleh
kedengkian terhadap apa yang menjadi milik mereka berarti engkau lebih bodoh
dan mereka. Sebab, mereka sibuk dengan karunia yang diberikan kepada mereka,
sementara engkau sibuk dengan sesuatu yang tak diberikan kepadamu. Manakala
mata mulai kabur, engkau segera mengobatinya. Engkau keluarkan uang dalam
jumlah banyak dengan harapan bisa kembali melihat indahnya dunia.
Sementara, ketika mata batin (bashirah) kabur dan buram
selama empat puluh tahun, engkau tidak pernah mengobatinya dan tidak pernah
bersedih. Engkau tak pernah mencari dokter keimanan yang bisa melakukan terapi
atasnya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya mata tersebut tidak buta.
Tetapi, yang buta adalah kalbu yang terdapat di dalam dada.”(Q.S. al-liajj :
46).
Engkau sungguh bodoh, sebab kalau orang-orang menyimpan
makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, engkau menyimpan sesuatu yang
berbahaya, yaitu maksiat dan hukuman Allah di hari kiamat. Bagaimana pendapatmu
tentang orang yang membawa ular lalu ia dipelihara di rumahnya? Begitulah yang
kau lakukan.
Engkau sungguh bodoh kalau mengandalkan makhluk lalu
meninggalkan pintu Sang Khaliq, Allah Ta’ala. Engkau sungguh bodoh kalau tamak
terhadap apa yang ada ditangan orang dan mengharap kebaikan mereka, sementara
pada saat yang sama tidak tamak terhadap apa yang ada di sisi Allah, tidak
meminta kebaikan dari-Nya, serta tidak menggantungkan harapanpada-Nya. Engkau
telah melakukan berbagai maksiat dari seluruh sisi. Tidakkah engkau merasa
sedih dan menyesali diri? Tidakkah engkau merasa sakit akibat terjerumus pada
jurang kegagalan dan kesesatan?
Orang yang cerdas adalah yang mengetahui jalan menuju
Allah lalu ia meniti dan mengikuti jalan tersebut. Sementara orang yang bodoh
adalah yang tersesat dan jalan ketaatan lalu meniti jalan kesesatan. Ketika
berkomentar tentang orang-orang yang bodoh dan sesat, Allah berfirman, “Apabila
mereka melihat jalan petunjuk, mereka tidak meniti jalan tersebut. Tetapi,
apabila melihat jalan kesesatan, mereka melaluinya. Itu karena mereka
mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka lalai terhadapnya.” (Q.S. al-A’raf :
146).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar