Senin, 23 Januari 2012

10 Tahun Mendatang

Seandainya anda berpikir bahwa saya akan bertanya ‘anda mau dikenal sebagai siapa pada 10 tahun mendatang?’ di tulisan ini, maka anda salah. Pertanyaan itu bisa jadi belum pernah anda pikirkan, bisa jadi juga sudah terlalu sering anda renungkan.

Seandainya belum pernah anda pikirkan sama sekali sebelumnya, maka silakan berpikir dan imajinasikan sebaik mungkin. Pesan saya buat anda yang masuk kategori ini, buatlah goal-setting/tujuan yang masuk di akal. Jangan sampai membayangkan 10 tahun mendatang anda ingin menimang-nimang cucu sedangkan hari ini anda belum menikah (kecuali anda menikah dengan seseorang yang sudah punya anak J). Jangan pula membuat goal-setting akan jalan-jalan ke negara paman Sam dan bertemu dengan Elvis Presley idola anda, karena jelas Elvis sudah meninggal (dijamin anda akan cepat depresi alias kecewa karena tidak akan pernah kesampaian).

Tips buat anda yang sedang ingin membuat goal-setting untuk 10 tahun mendatang:
Apa pentingnya tujuan itu bagi anda?
Apa yang terjadi jika tujuan itu tercapai?
Apa yang akan terjadi bila tujuan tersebut tidak tercapai?
Apa yang tidak akan terjadi bila tujuan tersebut tercapai?
Apa yang tidak akan terjadi bila tujuan tersebut tidak tercapai?
 
Ini bukan aljabar, jadi jangan coba-coba anda anggap pertanyaan no. 2 = no. 5, pertanyaan no. 3 = no. 4. Jawablah 5 pertanyaan itu apa adanya, kalau perlu anda renungkan dulu bersamaan dengan penetapan tujuan di atas.

Seandainya anda sudah terlalu sering merenungkannya, maka saran saya – jangan hanya direnungkan. Pikirkan dan make it real! Jadikan ‘mind to muscle’, terjemahkan apa yang ada di pikiran anda menjadi gerak nyata. Usul saya : jangan biarkan diri anda sendiri yang ambil langkah menjauh dari keberhasilan anda sendiri. Atau saya balik kalimatnya: jangan biarkan keberhasilan meninggalkan anda karena anda tidak peduli, padahal dia sudah berada di sekitar anda.

Jika banyak paragraf di atas dimulai dengan kata ‘seandainya’ (yang juga sama dengan ‘jika’), seandainya anda perhatikan bahwa pertanyaan yang di atas adalah bukan pertanyaan sesungguhnya yang ingin saya tanyakan di tulisan ini, maka sekarang mari kita tidak lagi berandai-andai ria.  

Pertanyaan yang sebenarnya ingin saya tanyakan adalah :
‘ Pada 10 tahun mendatang, anda ingin mengenal anda di hari ini sebagai siapa?’
Atau dalam bahasa Inggris :
‘When you look back 10 years later, what will you want to see about you today?’
Suatu hari pada 10 tahun mendatang, ketika anda mengenang kembali masa-masa sekarang .. apa yang ingin anda kenang? Anda ingin melihat siapa diri anda saat ini? Silahkan berpikir dan memilih ….

Judul ini hanya sebuah istilah, sama sekali tidak berhubungan dengan kepanjangannya yaitu Attention Deficit Hyperactive Disorder atau yang sering disebut hiperaktif. 

Istilah ADHDers ini dipakai sebagai julukan, buat sekelompok orang-orang kreatif yang berkumpul bersama membahas tentang NLP dan Neuro-Semantics di salah satu bungalow kawasan Puncak (Jawa Barat) pertengahan Agustus 2005 lalu.

Lucunya, kami tidak hiperaktif ataupun banyak gerak. Semua duduk lesehan di atas tikar. Bukan berarti kami sama sekali tidak bergerak. Terkadang kami bergerak ganti posisi, lebih karena pegal atau kaki mulai kesemutan pada satu posisi yang sama. Ada juga yang memang suka menggerak-gerakkan kaki seperti sedang menjahit.

Disebut ADHDers, karena semuanya sangat kritis dan kreatif. Efeknya-pun positif, memperdalam pembahasan, walau kadang melenceng kanan kiri. Semuanya tidak bisa diam untuk bertanya dan diskusi. Pikiran kami yang super-aktif, berpikir ke sana ke mari tidak beraturan. Tentu saja lalu muncul kilatan-kilatan ide dan pertanyaan yang agak melenceng. Kadang dianalogikan dengan matematika, bangunan atau menjelaskan suatu konsep psikologis dengan gambar ala ‘mind-mapping’. Konsep pemikiran benar-benar dijadikan sehidup pemikiran itu sendiri.

Disebut ADHDers, karena kami semua berespons terhadap pikiran kami yang memang tidak bisa diam. Kami lupa bahwa ‘the map is not the territory’, ayat no.1 pada NS-LP. Pikiran yang abstrak dan tidak kelihatan dari luar diidentikkan seakan-akan eksternal dan nyata. Mengaku ADHDers karena seolah-olah terlihat pikirannya yang tidak bisa diam.

Pikiran kita tidak nyata, bahkan belum bisa diidentikkan dengan otak. Di dalam otak tidak ada bagian yang bernama pikiran, juga tidak bisa membahas tentang pikiran dengan istilah-istilah ilmiahnya bagian-bagian dalam otak. Pikiran adalah suatu konsep, dijadikan sedemikian rupa agar bisa dipelajari dan dikembangkan. Karena itu pikiran tidak terbatas, dan sama sekali tidak beraturan.  Yang membatasi adalah diri kita sendiri, yang sering disebut sebagai hambatan mental (mental-blocking) bila berakibat negatif, hasil belajar dari pengalaman-pengalaman yang terjadi semenjak dalam kandungan hingga hari ini dan ingin kita hindari. Yang mengatur atau membuat aturan adalah diri kita sendiri juga, hasil belajar dari norma-norma yang berlaku di sekeliling kita. Lalu dinamai sebagai sistem nilai (value-systems). 

Di sebuah kantor di pusat kota, seorang anak muda berpakaian rapi dan berdasi duduk termangu di balik meja, kesal dan kecewa. Banyak ide-ide yang bermunculan dan ingin dilontarkan ketika rapat tadi, ada kelemahan atas rencana yang dibahas di meja rapat di sana, ada solusi yang lebih baik daripada solusi yang dibahas tadi, tapi semuanya hanya dalam batas pemikirannya pribadi. Ditelan dan tidak dilontarkan – karena satu hal, dia tidak ingin melawan para seniornya yang rata-rata orangtua. Seakan-akan ada suara ibunya yang terus mengingatkan, tidak boleh melawan orangtua! Padahal ibunya tidak ada di sana, juga tidak ada senior yang melarangnya berbicara. Dia telah mengunci dirinya sendiri, dalam pikirannya sendiri. Dan kini sedang terpekur berpikir tentang kebodohan dari pikirannya tadi.

Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi perasaan, ucapan dan tingkah laku kita. Demikian juga para ADHDers yang saya ceritakan di awal tulisan ini. Pikiran yang aktif turut mengaktifkan perasaan yang senada, lalu diucapkan dalam bentuk pertanyaan dan diskusi. Karena itu muncullah istilah berpikir positif (positive-thinking). Kita perlu berpikir positif (positive-thinking) agar positif jadinya. Apa yang kita pikirkan akan menentukan siapa kita. Jika kita berpikir bahwa kita akan berhasil, kita akan merasa bersemangat. Secara langsung ini akan berpengaruh pada ucapan dan perilaku kita. Dengan optimis pula kita akan meraih keberhasilan.

Sebaliknya ketika kita merasa susah dan takut gagal, maka pikiran kita akan dipenuhi oleh apa yang akan terjadi bila gagal nanti. Timbullah rasa pesimis, lemas dan malas melakukan apapun. Inilah kegagalan yang sesungguhnya, menyerah sebelum berusaha.

Karena pikiran kita adalah tidak terbatas, maka kembangkanlah dengan bebas dan seluas-luasnya. Gunakanlah imajinasi seluas mungkin, bebas berpikir dan berkreasi.  Sama halnya saya memberi judul penulisan ini, ADHDers – walau bercampur aduk dengan singkatan dan bahasa asing, walau isinya tentang konsep pikiran kita, walau isinya sama sekali tidak berhubungan dengan judulnya. Karena saya ADHDers, yang bebas berpikir dan berkreasi – maka saya merasa tidak perlu terikat sama sekali.

Disebut ADHDers, dan dengan bangga mengaku ADHDers, karena orang dewasa. Bila orang dewasa tidak bisa diam dan banyak bertanya, itu kritis dan kreatif. Bila orang dewasa tidak bisa diam dan banyak bergerak, itu energik.

Apa yang terjadi bila seandainya sekelompok orang ini adalah anak-anak?
Bisa jadi kami akan masuk ke sekolah anak-anak berbakat. Atau malah sekolah khusus anak-anak luar biasa (baca:berkesulitan belajar)? 

ADHDers ataupun bukan, saya adalah seorang manusia, makhluk sosial. Sebagai makhluk yang hidup bersosial, tentu saja ada norma-norma yang perlu saya patuhi. Walaupun merasa bebas, saya tetap bertanggung-jawab. Norma paling utama dari Yang Maha Kuasa adalah cinta kasih. Norma utama dari masyarakat adalah hidup rukun damai. Karena itu, walau boleh bebas berpikir – semuanya tetap berada dalam satu irama cinta kasih. Ketika berimajinasi dan bebas berkreasi, masukkan juga imajinasi tentang hidup bermasyarakat, apakah akan merugikan orang lain atau tidak, menyakiti orang lain atau tidak, apalagi orang-orang tercinta – karena saya adalah anggota masyarakat.

Dalam NS-NLP banyak istilah. Bila anda bertemu istilah ‘Future-pace’, artinya ya imajinasi ke masa depan itu tadi, dengan keleluasaan untuk bebas berpikir dan berkreasi. Tapi jangan lupa melakukan ‘ecological-check’, istilah yang senantiasa mengingatkan anda sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat. Jangan takabur, dan jangan sampai merugikan masyarakat. Pertimbangkan kelayakan dan hubungan antara diri sendiri dengan orang banyak plus lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar