Hidup di
dunia ini setiap orang harus memiliki satu keyakinan atau “belief”.
Apalagi kita hidup di era modern sekarang ini. Mudah sekali manusia terombang-ambing oleh berbagai situasi, keadaan, tekanan, keinginan, nafsu, ego dan lain sebagainya.
Apalagi kita hidup di era modern sekarang ini. Mudah sekali manusia terombang-ambing oleh berbagai situasi, keadaan, tekanan, keinginan, nafsu, ego dan lain sebagainya.
Banyak orang
rela setiap hari bangun pagi, berangkat ke tempat pekerjaan jam 06.00 pagi,
rela bermacet-macet di jalanan 1 sampai 2 jam, kemudian sibuk dengan berbagai
kegiatan pekerjaan hingga larut malam, apa sesungguhnya yang mereka perjuangkan
? Mungkin ketika ditanyakan kepada mereka, banyak yang tergagap dan tidak dapat
menyebutkan apa sesungguhnya yang diperjuangkannya.
Manusia
mudah terombang-ambing oleh berbagai keinginan yang dikuasi nafsu pribadinya.
Sudah memiliki motor, ingin memiliki mobil, sudah punya mobil ingin lebih mobil
lebih mewah lagi. Sudah punya satu usaha, ingin usahanya bisa menguasai semua
bisnis, punya rumah ingin apartemen, dan seterusnya. Kemudian hidupnya
dikendalikan oleh keinginannya. Begitu sibuknya mengejar keinginannya, hingga
seringkali mengabaikan nilai-nilai spiritual kebenaran dalam memperjuangkan
keinginannya. Inilah manusia yang tidak memiliki keyakinan atau belief yang
benar.
Ketika ia
tidak menemukan keinginannya, ketika menemukan masalah dan kesulitan dalam
hidupnya, kemudian mengeluh:
Hidup ini kok tidak adil ya,
hidup ini terasa berat ya,
hidup ini penuh dengan cobaan
Hidup ini kok tidak adil ya,
hidup ini terasa berat ya,
hidup ini penuh dengan cobaan
Mengapa
Tuhan memberikan kesulitan dan masalah pada kita ?
Marilah kita renungkan kembali, benarkah Tuhan yang memberikan masalah atau kita sebenarnya yang menciptakan masalah sendiri ?
Marilah kita renungkan kembali, benarkah Tuhan yang memberikan masalah atau kita sebenarnya yang menciptakan masalah sendiri ?
Banyak juga
orang yang terombang-ambing oleh berbagai tekanan-tekanan hidup. Bahkan
seringkali ia merelakan dirinya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
suara hatinya sendiri, seperti korupsi, menipu, menjilat, menggelapkan pajak,
dll. Semua dilakukannya demi memenuhi kewajibannya membayar kartu kredit,
membayar tagihan kredit mobil, tagihan kredit apartemen, atau membiaya hidup
istri simpanan, atau demi kemewahan hidup, dll.
Manusia
seperti ini ketika menemukan masalah dan kesulitan hidup, kemudian menganggap
seolah-olah hidup ini begitu susahnya, menganggap hidup ini menyakitkan, hidup
ini penuh dengan tekanan. Kemudian bertanya kepada Tuhan, mengapa Tuhan
memberikan hidup yang begitu susah pada kita? Renungkanlah kembali, benarkah
Tuhan memberikan kesusahan, atau kita sendiri yang mencari kesusahan ?
Pernahkah
kita bertanya kedalam hati siapa sesungguhnya kita ini ?
untuk apa kita hidup ?
Apa artinya hidup ini ?
Apa sesungguhnya yang kita diperjuangkan dalam hidup ini ?
Kemana tujuan akhir hidup kita ?
untuk apa kita hidup ?
Apa artinya hidup ini ?
Apa sesungguhnya yang kita diperjuangkan dalam hidup ini ?
Kemana tujuan akhir hidup kita ?
Itulah pentingnya kita memiliki satu keyakinan atau “beleif” dalam hidup ini. Dengan mengenal jawaban itu semua akan menuntuk kita menemukan siapa Tuhan kita sebenarnya. Hal ini akan menuntun kita memiliki Keyakinan atau belief bahwa kita ini “hamba” atau “abdi” Alah SWT.
Bahwa hidup
ini adalah kehendak Allah SWT.
Bahwa hidup ini hanya untuk Allah SWT.
Bahwa apa yang kita lakukan dalam hidup ini hanyalah untuk Allah Sang Pemberi Kehidupan.
Bahwa hidup ini akan kembali kepada Allah.
Bahwa hidup ini hanya untuk Allah SWT.
Bahwa apa yang kita lakukan dalam hidup ini hanyalah untuk Allah Sang Pemberi Kehidupan.
Bahwa hidup ini akan kembali kepada Allah.
Dengan demikian hidup ini sesungguhnya hanya untuk mengabdi kepada Allah, bukan mengabdi kepada keinginan, bukan mengabdi pada kekuasaan, bukan mengabdi kepada pekerjaan atau mengabdi kepada orang lain.
Keyakinan
seperti ini dapat membawa kita terhindar dari hidup yang diperbudak oleh uang,
jabatan, popularitas, kekuasaan, pekerjaan atau bahkan hidup mengabdi kepada
orang lain. Menghindarkan diri kita untuk ber’Illah” selain kepada Allah.
Keyakinan
hidup hanya untuk Allah, menjadikan hidup terasa damai, hati menjadi tenang,
karena setiap apa yang dilakukan berorientasi memiliki nilai Ibadah kepada
Allah. Hidup menjadi terasa lebih mudah, karena yakin akan kebesaran Allah.
Bekerja dari pagi hingga sore, tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai ibadah
kepada Allah, belajar sampai jenjang pendidikan paling tinggi tujuannya adalah
mengabdikan ilmu untuk bernilai ibadah kepada Allah. Melakukan bisnis dan usaha
selalu dilandasi nilai-nilai sesuai suara hati yang bertujuannya adalah
memberikan nilai ibadah kepada Allah.
Kalau sudah
demikian, maka akan muncul kesadaran bahwa hidup ini bukan hanya untuk diri
kita sendiri. Hidup ini sesungguhnya untuk orang-orang disekitar kita juga.
Hidup ini untuk orang-orang yang memerlukan bantuan kita juga. Hidup ini untuk
berbagi dan lebih banyak membantu orang lain. Berbagi apa saja yang dapat
dibagikan sesuai kemampuan.
Manusia yang menempatkan diri dalam kehidupan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi memikirkan kepentingan orang lain juga, mereka akan menjadi manusia yang penuh cinta kasih, manusia yang memiliki simpati. Ini sudah meningkat satu tingkatan lebih tinggi mengenai misi hidup, yakni hidup menjadi rahmat bagi alam semesta dan kehidupan dunia atau menjadi “rahmatan lilalamin”. Renungkanlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar