Selama ini, saya lihat ada dua jenis wacana tentang salat istikharah
yang mendominasi umat.
Pertama, “cara praktis” meminta petunjuk Allah
melalui salat istikharah.
Kedua, cara salat istikharah “menurut sunnah
Nabi”. Namun, keduanya sama-sama mengandung kelemahan.
Pada jenis yang pertama, kesesuaian dengan
sunnah Nabi cenderung kurang diperhatikan. Contohnya, sebuah kitab
mengajarkan bahwa seusai mengucap doa istikharah, “kocoklah (undilah)
keenam lembaran kertas itu dengan tanganmu dan keluarkanlah satu per
satu. Jika secara berturut-turut yang keluar adalah tiga lembar kertas
yang bertulisan ‘lakukanlah’, maka lakukanlah urusan yang engkau ingin
lakukan. ….” Dampaknya, walaupun memperoleh isyarat yang jelas,
bisa-bisa kita terjerumus ke lembah bid’ah yang sesat dan menyesatkan.
Sedangkan pada jenis yang kedua, efektivitas (atau kepraktisan) salat
istikharah kita sendiri kurang disoroti. Segi-segi lahiriah sunnah Nabi
dalam bersalat istikharah diterangkan (khususnya tentang pengucapan doa
istikharah), tetapi aspek-aspek batiniah dan akliah pelaku salat
(misalnya: bagaimana menghidupkan hati dan mengaktifkan akal untuk
menghayati dan memahami doa istikharah) cenderung tidak disinggung sama
sekali. Akibatnya, bisa-bisa salat istikharah kita kurang efektif atau
bahkan sia-sia belaka.
Oleh karena itu, kita membutuhkan cara salat istikharah yang efektif
dan sekaligus sesuai dengan sunnah Nabi. Untuk contoh pembahasan rinci,
silakan baca buku Istikharah Cinta.
Untuk penjelasan sekarang, marilah kita simak ciri-ciri istikharah
yang sesuai dengan sunnah Nabi sebagaimana diungkapkan oleh Abu Umar
Abdullah Al Hammadi, Misteri Shalat Istikharah, Edisi Revisi (Solo: Pustaka Ar Rayyan, 2006), hlm. 27-97:
Istikharah = memohon agar dipalingkan perhatian kepada apa yang dipilih Allah Swt.
Boleh memohon pilihan kepada Allah Swt dalam urusan besar atau pun kecil. Namun, utamakanlah perkara yang lebih penting.
Ketika Zainab mendapat lamaran dari Rasulullah saw melalui Zaid,
Zainab menjawab, “Aku tidak akan melakukan apa pun sebelum aku
bermusyawarah dengan Tuhanku [dengan istikharah].” (HR Muslim)
Bagi yang berhalangan (misalnya lantaran haid), istikharahnya cukup dengan baca doa istikharah tanpa salat.
Salat istikharah adalah salat sunnah dua rekaat yang dapat dilakukan
secara tersendiri atau pun menyatu dengan salat sunnah lain (rawatib,
tahiyyatul masjid, dll.). Kalau menyatu, harus ada niat bahwa dengan
salat sunnah lain itu hendak dilakukan salat istikharah sekaligus.
Bebas memilih bacaan ayat Qur’an seusai Al-Fatihah. Tidak ada dalil
kuat yang mengkhususkan bacaan ayat Qur’an dalam salat istikharah. Yang
khusus hanyalah doa istikharah.
Teks doa istikharah:
Allaahumma, innii astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratik.
Wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiimi, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub.
Allaahumma, in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairul lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiih.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrul lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma radhdhinnii bih.
Allaahumma, innii astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratik.
Wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiimi, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub.
Allaahumma, in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairul lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiih.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrul lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma radhdhinnii bih.
Terjemah doa istikharah:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.
Dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, dan Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih buruk untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih buruk pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.
Doa istikharah itu boleh diucapkan secara hafalan atau pun dari
lembaran kertas. Doa itu dapat dibaca di dalam salat atau pun sesudah
salat.
Seusai istikharah, kerjakan pilihan sesuai kecenderungan hati
sanubari [atau akal sehat]. Tidak perlu menanti mimpi. Bila kurang
mantap, lakukan istikharah lagi.
Teks doa istikharah:
Allaahumma, innii astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratik.
Wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiimi, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub.
Allaahumma, in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairul lii fii diinii
wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma
baarik lii fiih.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrul lii fii diinii wa
ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu, waqdur
liyal khaira haitsu kaana, tsumma radhdhinnii bih.
Terjemah doa istikharah:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau
dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk
menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.
Dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena
sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak berkuasa, dan Engkau
Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara
yang gaib.
Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk
diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di
dunia dan akhirat], maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku,
kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih buruk untuk diriku,
agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih buruk pula] akibatnya [di dunia
dan akhirat], maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari
urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian
jadikanlah aku ridha menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar