“Dan peliharalah dirimu
dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan
kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap
apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitnya tidak dianiaya
(dirugikan)”. (Al Baqarah (2): 281)
Segala puji bagi Allah, yang membimbing kita untuk selalu memuji-Nya yang telah memuliakan kita dengan agama-Nya, yang menuntun kita untuk berada pada jalan yang di ridhai-Nya. Yang memberi rizki pada setiap mahluk yang diciptakan-Nya. Yang membolak-balikan setiap jiwa yang dikehendaki-Nya.
Perputaran waktu terasa begitu cepat, perjalanan
hidup sampai hari ini telah merubah banyak hal dari diri kita, masa kecil yang
lugu kini hanya tinggal kenangan, masa muda yang gagah kini hanya tersisa
guratan, masa lalu yang pongah kini hanya tinggal catatan. Sebuah perjalanan
yang setiap kita pasti melewatinya. Begitu juga hari, bulan bahkan sampai
pergantian tahun. Berubah dengan cepat sampai kita tak sadarkan diri, ternyata
saat ini kita bukan anakanak lagi, yang pernah dimanja ibu disayang bapak.
Mungkin kita sudah menjadi ibu dan ayah dari
anakanak kita, sudah menjadi nenek dan kakek dari cucucucu kita. Atau bahkan
mungkin sebagian kita sudah menjadi seorang pesakitan yang tak mampu berjalan
tegak. Hari-hari hanya ditemani kursi roda, waktu demi waktu tak ada derai
canda yang menyenangkan dada. Sungguh, itulah sebuah kenyataan yang suka atau
tidak harus kita terima sebagai konsekwensi dari perubahan gerak hidup.
Sahabat, pernahkah kita berpikir tentang satu
masa dimana kita tak mampu lagi bergerak cepat, karena rapuhnya tubuh dimakan
usia. Pernahkah kita berpikir tentang satu masa dimana kita tak lagi menikmati
keindahan, karena tatapan mata kita tak lagi sempurna.
Pernahkah kita berpikir tentang satu masa,
dimana kita tak mampu lagi merasakan indahnya kebersamaan, karena satu demi
satu orang-orang yang kita cintai kembali keharibaan Tuhan. Atau pernahkah kita
berpikir ketikatiba-tiba malaikat maut datang menjemput, dan saat itu kita
belum memiliki bekal untuk menghadap kepada Allah. Astaghfirullahal ‘adzim.
Sahabat yang budiman, satu hal yang pasti
terjadi pada kehidupan setiap mahluk adalah kematian. Sekuat apapunkita berlari
darinya, kita bersembunyi menghindarinya ia akan menemui kita. “Katakanlah,
sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya. Maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kamu akan dikembalikan kepada Allah.” (Qs. 62)
Itulah sebuah ayat yang memastikan tentang
sebuah kepastian tentang kematia. Sedikit sekali diantara kita yang
memikirkannya. Kalaupun ada mungkin hanya saat-saat ketika kita menyaksikan
kematian orang–orang terdekat kita. Setelah itu kita kembali terlena dengan
kesibukan dunia kita. Memang mati itu peristiwa biasa, tetapi yang luar biasa
adalah setelah kematian itu. Kalaulah tidak ada pertanggung jawaban tentang
akhir kehidupan kita, bolehlah kita melakukan apa saja yang kita mau. Kita
dapat memilih apa yang kita suka.
Tetapi kita bukan binatang, yang setelah
kematiannya, tidak ada lagi kelanjutan, tidak ada masa pertanggung jawaban,
tidak ada pertanyaan. Oleh karenanya binatang tidak memiliki beban dosa dari
perbuatan jahatnya. Karena setelah ia mati dari kehidupan dunianya,itu adalah
akhir dari kehidupannya.
Tetapi kita manusia, yang semua gerak kita akan
dimintai pertanggung jawabannya, oleh karenanya memelihara diri agar tidak
terjatuh pada lumpur dosa, agar tidak terlena dengan kehidupan yang pana adalah
kewajiban kita.
Renungkan firman Allah dalam surah 2:281 “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (2:281).
Renungkan firman Allah dalam surah 2:281 “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (2:281).
Semoga Allah menjadikan akhir kehidupan kita
husnul khatimah (berpengakhiran yang baik). Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, pembawa risalah kebenaran dan tauladan
terbaik untuk setiap ummat yang mengharapkan kebaikan.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar