Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs. Ali-Imran [3];26
Berpikir positif adalah selalu berbaik sangka kepada Allah yang menentukan hidup kita. Bertindak arif adalah selalu bermuhasabah (intropeksi) terhadap apapun terjadi sebelum kita memutuskan A dan B tentang berbagai persolan kehidupan. Orang yang selalu berpikir positif selalu melihat adanya kesempatan kearah perbaikan, bahwa hidup akan datang perubahan.
Optimis adalah sikap hidupnya, semangat adalah gaya kesehariannya. Optimis berarti melakukan perubahan dengan bijak dan pertimbangan yang matang, mengubah hal-hal buruk menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik. Orang yang optimis menjalani hidup, tertanam dalam jiwanya keyakinan yang sempurna tentang segala yang di tentukan Allah.
Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu maka
tidak ada seorangpun yang mampu menahannya. Rasulullah pernah memberi nasehat
kepada Ibnu Abbas ketika itu ia masih kecil: “Ketahuilah, sekiranya seluruh
manusia sepakat hendak mencelakaimu,mereka tidak akan pernah bisa mencelakaimu,
kecuali memang telah di tuliskan Allah dalam suratan takdirmu. Begitupun
sebaliknya, andai seluruh manusia sepakat menolongmu mereka tidak akan pernah
mampu membantumu,kecuali memang telah di tuliskan Allah dalam suratan
takdirmu.” (hr. Tarmidzi).
Perubahan, selain memerlukan sifat positif dan
optimisme yang tinggi. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah kesabaran, tidak
ada kunci yang mampu membuka perubahan selain kesabaran itu sendiri. Tetapi
menjadikan diri sabar memang tidaklah mudah, karena orang yang sabar pada hari
ini ibarat memegang bara api.
Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya:
“sesudah kalian, akan ada hari-hari di mana kesabaran di uji. Orang yang mampu
bersabar tidak ubahnya dengan seseorang yang memegang bara api. Barang siapa
yang beramal kala itu, maka akan di ganjar dengan balasan lima puluh orang. “.
Apakah ganjaran lima puluh orang mereka atau lima puluh orang kami, ya
Rasulullah. Tanya seorang sahabat. “Bahkan, ganjaran lima puluh orang kalian”.
Jawab Rasulullah.
Masih ingatkah kita akan kisah Musa as yang
memegang kepercayaan kepada Allah swt sewaktu dirinya dihadapkan oleh hamparan
laut dengan gelombangnya yang sangat dahsyat. Sementara firaun dan bala tentaranya
terus mendekati hendak membunuhnya dan pengikutnya. “ kita akan tertangkap!
Ujar seorang pengikutnya pasrah. Namun, Nabi Musa berkata: Musa menjawab:
“Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia
akan memberi petunjuk kepadaku”.Qs. Asy-Syu’ara [26]:62
Subhaanallah, dengan mantap Nabi Musa as
berjalan di tengah lautan. Ia sangat yakin Allah pasti akan menyelamatkan
dirinya dan pengikutnya dari kejaran firaun dan pasukannya. Lain-lagi dengan
kisah Nabi Nuh AS, Allah mengabarinya bahwa tidak akan ada lagi kaumnya yang
beriman, kecuali memang mereka yang telah beriman Allah memerintahkan membuat
perahu: “ Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman
di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah
kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Qs. Hud [11 ]:37
Nabi Nuh diperintahkan membuat bahtera ( perahu)
di gunung pasir yang tandus. Karena keyakinannya akan datang perubahan yang
lebih lebih, iapun mengikuti apa yang Allah perintahkan. Kenapa Allah
menyuruhnya membuat membuat bahtera. Hal itu untuk membuktikan keimanannya yang
kuat kepada Allah.
Sahabat.
Jika kisah Nabi Nuh ini di analogikan dengan keadaan kita sekarang, Andalah
yang menjadi bahternya. Gurun pasir Nuh tidak ada bedanya dengan kondisi saat
ini. Karena yakin, akhirnya Nuh dan pengikutnya bertahun-tahun membuat kapal
walaupun menemukan begitu banyak kesulitan. Tetapi lagi-lagi, ternyata
kehidupan bukan persolan sulit dan mudahnya, persoalannya adalah yakin atau
tidak kita akan adanya perubahan itu. Jika kita memiliki keyakinan, maka jangan
biarkan “diam” kita. Bangunlah keyakinan dengan kemahakuasaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar