“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang
yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
(QS Al-Kahfi [18] : 103-104)
(QS Al-Kahfi [18] : 103-104)
Sahabat, manusia adalah makhluk yang merdeka
untuk menentukan pilihannya. Kemampuan memilih sesuatu secara sadar merupakan
ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. Hidup adalah
hasil kumpulan berbagai pilihan. Suka atau tidak suka, setiap kita harus
memilih sebuah keputusan. Kita tidak bisa menghindar dari pilihan-pilihan yang setiap
saat terhampar di hadapan kita, sehingga warna kehidupan yang kita alami sangat
ditentukan dari cara kita memilih dan memainkan peran sesuai dengan skenario
yang kita inginkan. Dengan pemikiran seperti ini, tampaklah bahwa segala
sesuatu yang menimpa diri kita merupakan konsekuensi dari pilihan yang kita
perbuat.
Allah telah menciptakan dan menghidupkan kita di
dunia lengkap dengan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya. Manusia yang
berakal sehat tidak akan memilih sesuatu yang dapat menyengsarakan dirinya,
baik di dunia maupun di akhirat. Sebagai hamba Allah yang beriman, pilihan bagi
kita adalah apa yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan dan sesuai kebenaran apa
yang Allah inginkan, bukan apa yang kita harapkan.
Termasuk di dalamnya ketika kita harus memilih
dua kepentingan, yaitu dunia atau akhirat. Tentu saja kita akan memilih
akhirat, karena yakin dengan sifat kekekalannya dan akan meninggalkan dunia,
karena yakin dengan sifat kesementaraannya. Kita sadar betul, apalah artinya
memilih dunia kalau kemudian akan meninggalkannya.
Sahabat, bahwa hidup yang kita jalani hari ini
bukanlah faktor kebetulan tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilakukan dengan
penuh tanggung jawab. Hidup bukanlah sekedar mencari karir, pangkat, dan
jabatan, melainkan rasa tanggung jawab terhadap masa depan. Hidup adalah
perjalanan kesadaran untuk memanfaatkan potensi diri, menggapai kebenaran
hakiki dalam menuju keridhaan Ilahi.
Begitulah seharusnya seorang muslim berpikir.
Dengan kesadaran seperti ini, kita akan terbebas dari ketamakan terhadap dunia,
kerakusan, kekikiran dan kesombongan. Akan terhias dalam pribadi kita
kemuliaanm kemurahan dan kewaspadaan. Bahkan kita akan merasakan, bahwa
kebahagiaan itu ternyata terletak dalam sikap qana’ah, yakni jiwa yang ridha dan
cukup puas dengan yang sedikit. Kita tidak lagi menjadi budak hawa nafsu, dan
pada akhirnya pilihan yang terbaik adalah selalu bersandar pada kekuasaan Allah
yang telah memberikan kita jalan. Sebab hidup berdasarkan keyakinan yang penuh
akan kekuasaan Allah dan selalu bersandar di teras kesadaran untuk mengakui
segala kebenaran yang datang dari-Nya akan menghadirkan ketenangan
(muthmainnah) qalbu.
Muthmainnah digambarkan oleh Ibnul-Qayyim Al-
Jauziah dengan kalimat yang begitu indah, yaitu dengan ungkapan: “Bila diri
telah berpindah dari keraguan kepada keyakinan, dari kebodohan kepada ilmu,
dari kealpaan kepada dzikir, dari khianat kepada tobat, dari riya’ kepada
ikhlas, dari dusta kepada kejujuran, dari kelemahan kepada semangat yang
membaja, dari ‘ujub kepada ketundukan, dan dari kesesatan kepada ketawadhuan,
ketika itulah jiwa (qalbu) kita berada dalam ketenangan (muthmainnah).
Sahabat, pada esensinya hidup ini adalah
kesempatan sekaligus merupakan ujian. Kesempatan dalam arti apapun yang kita
miliki dari mulai usia, harta benda, waktu muda, dan ilmu pengetahuan, semuanya
akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT.
Ketahuilah, laporan pertanggungjawaban diri di
hari perhitungan (yaumul-hisab) nanti dibuktikan secara valid, yaitu anggota badan
yang kelak akan dapat berbicara sebagai saksi atas segala apapun yang kita
perbuat. Marilah kita renungkan dengan dalam, bahwa Allah telah memenuhi dunia
ini dengan aneka ragam kebutuhan makhluk-Nya. Ia menciptakan semuanya sesuai
dengan kadar yang kita butuhkan.
Kemudian Allah mengizinkan kita sebagai
hamba-Nya mengambil dari dunia sekedar kebutuhan untuk membantu kita meniti
jalan menuju kepada-Nya. Allah mengingatkan kita juga agar jangan mengambil
melebihi takaran kebutuhan kita, karena memang dunia itu bukanlah tujuan utama,
tetapi hanyalah fasilitas untuk memudahkan kita menghadap kepada-Nya.
Ya
Allah, Engkau Yang Maha Rahman, pilihkan kami sesuatu yang membuat Engkau
memilih kami sebagai hamba yang bersyukur. Pilihkan jalan hidup kami yang membuat
Engkau memilih kami sebagai hamba yang bersabar. Jadikanlah setiap langkah dari
perjalanan hidup kami, langkah yang sesuai dengan langkah yang Engkau pilih.
Rabb, jangan Engkau ragukan diri kami untuk memilih apa yang Engkau tetapkan.
Hadirkan keteguhan dalam diri kami agar tetap istiqamah melakukan sesuatu yang
menjadi pilihan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar