Sabtu, 31 Desember 2011

Kita Hanyalah Musafir

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan.” (QS Al-Baqarah [2] : 28)

Ketahuilah sahabat, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju negeri yang pasti dan abadi. Rasulullah saw berpesan kepada kita: “Jadilah dirimu di dunia ini seperti orang-orang asing atau seorang musafir!” (HR Ahmad, Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).

Dr. Yusuf Qardhawi menasihati kita lewat bukunya “Al-Waqtu fi Hayati Muslim” (Waktu dalam Kehidupan Muslim): “Sesungguhnya berlalunya masa dan berputarnya siang dan malam bagi seorang muslim tidak boleh dibiarkan tanpa mengambil pelajaran darinya. Paling tidak, ia memikirkan kalau memang belum dapat mengambil pelajaran darinya. Sadarilah, bahwa setiap waktu berjalan terjadi seribu satu macam kejadian, dari yang dapat kita indrai sampai yang tidak dapat.

Sahabat, tidak dapat kita bantah bahwa manusia dengan fitrahnya senang akan kehidupan yang baik dan juga mengharapkan usia yang panjang. Bahkan kalau bisa, kita ingin hidup selama-lamanya. Namun tidak dapat kita sangkal bahwa menginginkan kehidupan yang kekal di dunia adalah kemustahilan, sebab dunia yang sifatnya temporer ini suatu saat akan hancur bersama dengan semua yang ada di dalamnya.

Manusia dibatasi dengan kematian sebagai akhir suatu perjalanan atau batas kehidupan yang pasti terjadi dan tidak bisa ditolaknya. Kematian adalah akhir dari perjalanan kehidupan dunia yang fana dan pintu gerbang kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar selalu menyadari tentang kesementaraan kehidupan dunia ini. Dunia hanyalah tempat mengumpulkan bekal, agar kelak kita diterima Allah sebagai tamu yang baik dan ditempatkan pada tempat yang baik pula. Umur dunia sangat pendek, terlebih umur kita. Jangankan dibandingkan dengan lamanya waktu di akhirat, dibandingkan dengan waktu di dalam kubur saja, tentu tidak ada sekejapnya. Di sisi lain, kesementaraan hidup di dunia juga digambarkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “Dunia (hanyalah berumur) tujuh harinya hari-hari akhirat.” (HR Ad- Dailami).

Jika umur dunia semenjak diciptakan hingga dihancurkan (kiamat) kelak hanya sebanding dengan tujuh harinya hari-hari akhirat, maka akan tergambar oleh kita bahwa umur kita tidak ada satu detik pun dari hari-hari akhirat. Jikalau kita mau menggunakan akal sehat dan berpikir sejenak tentang hakikat hidup di dunia ini, niscaya selain waktunya sangat sementara dan hanya satu kali terjadi, juga akan kita sadari bahwa kehidupan kita yang sangat sementara dan satu kali itu menjadi faktor penentu bahagia-sengsaranya kita dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya di akhirat kelak. Akhirat adalah kehidupan pasca dunia yang panjang, dan panjangnya tak terkirakan.
Ketahuilah, kematian bukanlah perjalanan akhir bagi kehidupan sebenarnya, tetapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Kematian itu sebenarnya hanya merupakan perpindahan dari satu norma ke norma yang lain. Kematian adalah suatu tanda bahwa kehidupan masa uji coba manusia telah selesai. Ketika hidup di dunia manusia dihadapkan pada pilihan- pilihan yang menjadi cobaan dan ujian baginya. Namun ketika kematian datang, selesailah kesempatan untuk memilih. Pada fase baru ini manusia dipaksa untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mati. Pada saat inilah ia dapat melihat malaikat maut dan alam Allah yang sebelumnya terhijab (tertutup).

Disebutkan dalam firman Allah: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (QS Qaaf [50] : 22).

Ketika berada di alam substansi (dzar) dulu, kita pernah mengalami kematian. Setelah itu kita ke dunia menjadi makhluk hidup, dan tidak lama kemudian kita akan mengalami kematian lagi. Selanjutnya kita akan dibangkitkan, sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur’an: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan.” (QS Al-Baqarah [2] : 28)

Ketahuilah, pasca di dunia ini masih ada alam kubur. Pasca alam kubur masih ada kiamat dan hari kebangkitan. Pasca kebangkitan masih ada alam padang mahsyar (mauqif) dan penimbangan amal (yaumulhisab). Pasca yaumul-hisab masih ada kehidupan yang tidak terkirakan lamanya dan tidak mengenal batas akhir, yakni surga atau neraka. Pada saat itu sejarah kemanusiaan sudah usai dan perjalanan telah berakhir dengan pasti. Yang terbentang di hadapan manusia saat itu adalah era kehidupan surga atau neraka.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar