“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu
tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan.” (QS Al-Baqarah [2] : 28)
Ketahuilah sahabat, bahwa kehidupan dunia ini
hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju negeri yang
pasti dan abadi. Rasulullah saw berpesan kepada kita: “Jadilah dirimu di dunia
ini seperti orang-orang asing atau seorang musafir!” (HR Ahmad, Bukhari,
At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Dr. Yusuf Qardhawi menasihati kita lewat bukunya
“Al-Waqtu fi Hayati Muslim” (Waktu dalam Kehidupan Muslim): “Sesungguhnya
berlalunya masa dan berputarnya siang dan malam bagi seorang muslim tidak boleh
dibiarkan tanpa mengambil pelajaran darinya. Paling tidak, ia memikirkan kalau
memang belum dapat mengambil pelajaran darinya. Sadarilah, bahwa setiap waktu
berjalan terjadi seribu satu macam kejadian, dari yang dapat kita indrai sampai
yang tidak dapat.
Sahabat, tidak dapat kita bantah bahwa manusia dengan fitrahnya senang akan kehidupan yang baik dan juga mengharapkan usia yang panjang. Bahkan kalau bisa, kita ingin hidup selama-lamanya. Namun tidak dapat kita sangkal bahwa menginginkan kehidupan yang kekal di dunia adalah kemustahilan, sebab dunia yang sifatnya temporer ini suatu saat akan hancur bersama dengan semua yang ada di dalamnya.
Manusia dibatasi dengan kematian sebagai akhir
suatu perjalanan atau batas kehidupan yang pasti terjadi dan tidak bisa
ditolaknya. Kematian adalah akhir dari perjalanan kehidupan dunia yang fana dan
pintu gerbang kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Rasulullah saw mengajarkan
kepada kita agar selalu menyadari tentang kesementaraan kehidupan dunia ini.
Dunia hanyalah tempat mengumpulkan bekal, agar kelak kita diterima Allah
sebagai tamu yang baik dan ditempatkan pada tempat yang baik pula. Umur dunia
sangat pendek, terlebih umur kita. Jangankan dibandingkan dengan lamanya waktu
di akhirat, dibandingkan dengan waktu di dalam kubur saja, tentu tidak ada
sekejapnya. Di sisi lain, kesementaraan hidup di dunia juga digambarkan oleh
Rasulullah saw dalam sabdanya: “Dunia (hanyalah berumur) tujuh harinya
hari-hari akhirat.” (HR Ad- Dailami).
Jika umur dunia semenjak diciptakan hingga
dihancurkan (kiamat) kelak hanya sebanding dengan tujuh harinya hari-hari
akhirat, maka akan tergambar oleh kita bahwa umur kita tidak ada satu detik pun
dari hari-hari akhirat. Jikalau kita mau menggunakan akal sehat dan berpikir
sejenak tentang hakikat hidup di dunia ini, niscaya selain waktunya sangat
sementara dan hanya satu kali terjadi, juga akan kita sadari bahwa kehidupan
kita yang sangat sementara dan satu kali itu menjadi faktor penentu
bahagia-sengsaranya kita dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya di akhirat
kelak. Akhirat adalah kehidupan pasca dunia yang panjang, dan panjangnya tak
terkirakan.
Ketahuilah, kematian bukanlah perjalanan akhir
bagi kehidupan sebenarnya, tetapi hanya merupakan tempat singgah (transit).
Kematian itu sebenarnya hanya merupakan perpindahan dari satu norma ke norma
yang lain. Kematian adalah suatu tanda bahwa kehidupan masa uji coba manusia
telah selesai. Ketika hidup di dunia manusia dihadapkan pada pilihan- pilihan
yang menjadi cobaan dan ujian baginya. Namun ketika kematian datang, selesailah
kesempatan untuk memilih. Pada fase baru ini manusia dipaksa untuk meyakinkan
dirinya bahwa ia mati. Pada saat inilah ia dapat melihat malaikat maut dan alam
Allah yang sebelumnya terhijab (tertutup).
Disebutkan dalam firman Allah: “Sesungguhnya
kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu
tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.”
(QS Qaaf [50] : 22).
Ketika berada di alam substansi (dzar) dulu,
kita pernah mengalami kematian. Setelah itu kita ke dunia menjadi makhluk
hidup, dan tidak lama kemudian kita akan mengalami kematian lagi. Selanjutnya
kita akan dibangkitkan, sebagaimana disebutkan dalam Al- Qur’an: “Mengapa kamu
kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di
kembalikan.” (QS Al-Baqarah [2] : 28)
Ketahuilah, pasca di dunia ini masih ada alam
kubur. Pasca alam kubur masih ada kiamat dan hari kebangkitan. Pasca
kebangkitan masih ada alam padang mahsyar (mauqif) dan penimbangan amal
(yaumulhisab). Pasca yaumul-hisab masih ada kehidupan yang tidak terkirakan
lamanya dan tidak mengenal batas akhir, yakni surga atau neraka. Pada saat itu
sejarah kemanusiaan sudah usai dan perjalanan telah berakhir dengan pasti. Yang
terbentang di hadapan manusia saat itu adalah era kehidupan surga atau neraka.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar