Setiap di antara kita senantiasa memohon dan mengharap kepada Allah subhanahu wa ta'ala,
agar semua amalan yang kita lakukan dapat diterima di sisiNya dan semua
keinginan kita dapat terkabulkan, semua itu bukanlah khayalan belaka
tetapi akan dapat segera terwujud manakala masing-masing kita memahami
dan melaksanakan apa yang diinginkan olehNya. Bagaimana tidak dikatakan
demikian, sebab Dialah Allah yang telah menyatakan dalam firmanNya, "Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan akhirat kemudian ia berusaha dengan
sungguh-sungguh sedang ia mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang
usahanya akan dibalas." [QS. Al-Isro: 19]. Juga firmanNya, "Dan Rabbmu berfirman: Berdo'alah kalian kepadaku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." [QS. Al-Mu`min: 60].
Pembaca, Allah subhanahu wa ta'ala menghendaki agar kita
menggunakan fasilitas hidup yang telah diberikanNya dengan cara yang
baik, dan agar kita mengkonsumsi barang-barang yang dihalalkanNya saja.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, dari sahabat Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya
Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik, Allah telah
memerintahkan orang-orang yang beriman supaya mengkonsumsi makanan yang
baik seraya berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik yang telah kami berikan kepadamu," sebagaimana Dia telah memerintahkan para rosul agar mengkonsumsi makanan yang baik, Allah berfirman: "Hai rosul-rosul makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh."
Kemudian Rasulullah menyebutkan seseorang yang mengadakan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, ia mengangkat kedua tangannya ke arah langit sambil mengatakan: "Ya rabb, ya rabb, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya juga haram, bahkan diberi dari yang haram-haram, maka (beliau berkata:) mana mungkin akan dikabulkan keinginannya." [HR. Muslim bab Qubulus Shadaqah minal Kasbit-Thayyib no. 1015]
Mengkonsumsi dan menggunakan barang-barang yang baik dan halal adalah
penyebab dikabulnya keinginan-keinginan kita dan diangkatnya
amalan-amalan kita, sebab Allah ta'ala selamanya tidak akan menyatukan
yang baik dan yang jelek, walaupun kebanyakan manusia lebih cenderung
kepada yang jelek-jelek. Allah berfirman, "Katakanlah, tidak sama yang jelek dan yang baik itu, walaupun banyaknya yang jelek itu menarik hatimu." [QS. Al-Ma`idah: 100]. Allah juga berfirman, "KepadaNyalah naik perkataan-perkataan yang baik." [QS. Faathir: 10].
Allah hanya akan menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa saja, sebagaimana dalam firmanNya, "Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa." [QS. Al-Ma`idah: 27]
Imam Ahmad ditanya tentang makna yang bertaqwa di sini, beliau menjawab,
"Mereka adalah orang yang menjaga segala perkara, sehingga tidak masuk
ke dalam perkara yang tidak halal." [Jami' Al-'Ulum wal Hikam: 134]
Abu Abdillah An-Nabaaji rahimahullah berkata, "Ada lima perkara
yang dapat menyempurnakan amal yaitu, beriman dengan ma'rifat kepada
Allah, mengetahui kebenaran, ikhlas karena Allah, beramal di atas
sunnah, dan mengkonsumsi yang halal. Bila engkau mengenal Allah namun tidak tahu kebenaran maka tidak
bermanfaat, bila engkau mengenal Allah dan tahu yang haq namun tidak
ikhlas karena Allah maka tidak bermanfaat, bila engkau mengenal Allah,
tahu yang haq, ikhlas karena Allah namun tidak di atas sunnah maka tidak
bermanfaat, bila telah sempurna keempat-empatnya ada pada dirimu namun
engkau tidak mengkonsumsi makanan dari yang halal maka tidak akan
bermanfaat." [Jami' Al-'Ulum wal Hikam: 134]
Pembaca, Allah hanya akan menerima amalan yang bersih dari syirik,
bid'ah, khurafat dan riya serta muatan-muatan haram. Allah berfirman, "Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu:
Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalanmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." [QS. Az-Zumar: 65].
"Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Rabbnya." [QS. Al-Kahfi: 110]
Dalam Shahih Muslim, dari sahabat Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Allah
tidak akan menerima shalat seseorang yang tidak dalam keadaan suci, dan
tidak akan menerima shadaqah dari harta yang haram." [HR. Muslim bab Wujubut Thaharoh lis Sholat no. 224]
Mengkonsumsi barang yang halal dan baik adalah haq Allah yang wajib kita
penuhi, meski terkadang menjadi remeh perkaranya bagi sebagian orang,
tidaklah ini terjadi melainkan karena hawa nafsunya yang lebih dominan
diikuti, padahal Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menjadikan
apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji
mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya." [QS. Al-Kahfi: 7].
Meninggalkan barang yang halal dan baik lalu mengkonsumsi barang yang
haram dan jelek adalah berarti menikmati kelezatan sesaat dan
tergesa-gesa meraih kesenangan dan bagiannya di dunia, padahal Allah
telah berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Huud: 15-16].
Allah juga berfirman, "Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami
kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya
neraka jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir." [QS. Al-Israa: 18]
Kebanyakan manusia itu menuntut haq-haq dan kepentingan-kepentingannya,
tapi sangat sedikit di antaranya yang selalu ingat akan kewajiban, meski
demikian semua manusia dapat merasakan kebaikan-kebaikan Allah subhanahu wa ta'ala, sungguh sangat besar karunia-karuniaNya dan amat buruk perlakuan manusia terhadapNya.
Sejenak bila kita menengok kegiatan yang berjalan dalam kehidupan kita
sehari-hari, tentulah kita dapat menemukan kenyataan bahwa watak gemar meminta namun ogah bila dipinta melekat kuat dalam diri kita atau selain kita, tergesa-gesa meraih hasil namun enggan berusaha
menjadi ciri khas kepribadian kita. Inilah terkadang yang menjadi
faktor lalainya kita dari haq dan kewajiban terhadap Pencipta.
Manusia sangat senang kalau meminta, tapi Allah akan murka bila kita tinggalkan meminta kepadaNya,
tetap pada batasan-batasanNya dan tidak keluar dari apa-apa yang
dihalalkanNya, menghantarkan kita meraih janjiNya baik di dunia maupun
di akhirat cepat ataupun lambat.
Bersabar untuk tidak menyentuh barang-barang haram adalah kemuliaan,
menjauh dari bujuk rayu syaithon adalah kejayaan dan mengingat Allah
adalah jalan keselamatan!!!
Dialah yang telah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah syaithan, maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah
karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar
itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS. An-Nuur: 21].
Sesungguhnya jika seseorang mendapatkan taufik untuk dapat sabar di atas
ketaatan kepada Allah dan menjauhi perkara-perkara yang diharamkanNya,
maka itu adalah karunia yang paling besar terhadapnya, sebab Rasulullah
telah bersabda, "Siapa yang melihara dirinya (dari perkara yang
haram), maka Allah akan memeliharanya, dan siapa yang mencukupkan
dirinya (dari apa yang ada di tangan orang lain) maka Allah akan
mencukupkannya, dan siapa yang menyabarkan dirinya, maka Allah akan
menyabarkannya, serta tiada pemberian Allah untuk seseorang yang lebih
baik dan lebih luas daripada sabar." [HR. Bukhori no. 1469, Muslim no. 1053 bab At-Ta'affuf wa Shabr, dari sahabat Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu]
Bersabar bersama apa yang dihalalkan Allah dan tidak melampaui
batasan-batasannya, memang butuh usaha yang luar biasa namun kendatipun
sulit dan butuh perjuangan, hal itu tidaklah sia-sia bagi seorang mukmin
manakala ia melihat janji yang telah disiapkan Allah. "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [QS. As-Syuura: 43].
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Katakanlah: Hai
hamba-hambaku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu
adalah luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas." [QS. Az-Zumar: 10].
Beraneka ragam makanan, minuman dan hal-hal haram lainnya yang
bertebaran di tengah-tengah kita, biarpun mudah didapat, banyak peminat
dan sangat memikat jangan sampai memalingkan hati kita padanya,
sebaliknya meski barang yang halal itu kecil nilainya, sedikit
penggemarnya, harus kerja keras mencarinya, namun keberkahan ada
padanya. Allah ta'ala berfirman, "Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS. Al-Baqarah: 157].
Memang Allah subhanahu wa ta'ala telah menyiapkan segala
sesuatunya untuk kelangsungan hidup manusia, tetapi mereka hanya
diperkenankan mengkonsumsi yang halal dan baiknya saja. Allah berfirman,
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon,
karena sesungguhnya syaithon itu musuh yang nyata bagimu." [QS. Al-Baqarah: 168]. "Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepadaNya." [QS. Al-Maa`idah: 88].
Adapun yang haram dan jelek, maka Allah jadikan keberadaannya sebagai
ujian bagi manusia, terlebih di saat mereka ditimpa kesulitan dan
kemelaratan, sehingga dengan itu tampaklah orang-orang yang baik
amalannya dan kokoh kesabarannya. Allah berfirman, "Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar." [QS. Al-Baqarah: 155]. "Dan
sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu dan agar Kami
menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." [QS. Muhammad: 31]
Tidaklah Allah haramkan sesuatu melainkan kemudharatannya sangat besar baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Allah berfirman, "Sesungguhnya
syaithon itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)." [QS. Al-Maa`idah: 91]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dunia itu
manis dan indah, siapa yang mendapatkan harta di dalamnya dari yang
halal lalu menginfaqkannya maka Allah akan membalasnya dan mewarisinya
surga. Dan siapa yang mendapatkan harta di dalamnya dari yang haram lalu
menginfaqkannya, maka Allah akan memasukannya ke negeri kehinaan.
Betapa banyak orang yang larut mengikuti keinginan dirinya dari perkara
yang haram, (Allah) siapkan untuknya neraka." [HR. Al-Baihaqi
dalam Syu'abil Iman no. 5139 dari Ibnu Umar, dishahihkan Al-Albany dalam
As-Shohihah no.1592, melalui nukilan dari Al-Kabaair oleh Imam
Adz-Dzahabi dengan takhrij Ismail Ar-Rosyidiy hal. 129]
Akhirnya kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri-diri kita dan
amalan-amalan kita, dan semoga kita termasuk orang-orang yang
mendengarkan perkataan dan mengikuti yang baiknya. Allah berfirman, "Dan
ta'atlah kamu kepada Allah dan ta'atlah kamu kepada RosulNya dan
berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban Rosul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang." [QS. Al-Maaidah: 92].
Wal 'ilmu indallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar