Sabtu, 31 Desember 2011

Terapi Problematika Hati

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah padanya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS Ath-thuur [52] : 48-49)


Dalam dekapan masalah yang begitu berat menghimpit, terkadang hati kecil sering lirih berujar,”Ya Allah hanya untuk inikah Engkau menciptakan aku, entah berapa kali pintaku terucap diiringi linangan air mata yang kerap mengalir. Entah sudah berapa kali diri ini berharap akan datangnya perubahan dalam perbaikan, tetapi mengapa belum juga Engkau bukakan pintu kemudahan, sehingga aku dapat merasakan seperti yang dirasakan orang lain.
Apalah artinya aku hidup jika selalu didera kemalangan yang berkepanjangan.” Mungkin ungkapan itu terlontar karena kita belum membaca nasihat Rasulullah saw ketika kita ditimpa musibah. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dimana Rasulullah bersabda,”Janganlah seseorang dari kamu mengharapkan mati disebabkan oleh penderitaan yang menimpa dirinya, maka apabila keadaan memaksa, maka berdoalah: “Ya Allah lanjutkanlah hidupku ini selama hidup ini lebih baik bagiku. Dan segera matikan diriku ini apabila mati itu lebih baik bagiku.” (Mutafaqun ‘alaih).
Sahabat, jika kita merasa kemiskinan, kesulitan hidup, susahnya mencari nafkah, dan belum datangnya jodoh adalah musibah, maka sesungguhnya kekayaan, kemewahan, kebersamaan, bahkan kepopuleran adalah musibah bagi orang-orang yang tidak mampu menjaganya. Bahkan semua itu adalah pintu datangnya kehinaan bagi mereka yang tak mampu bersabar dalam kenikmatan.

Renungkanlah firman Allah di atas! Semoga Allah membukakan pintu hati kita agar mampu menemukan hikmah di balik setiap musibah yang datang. Ketahuilah, di balik setiap musibah yang menyakitkan jika kita bersabar dan bersyukur, tersimpan kebaikan yang begitu banyak.

Sesungguhnya jika saja kita mau membandingkan tentang musibah yang kita derita dengan pemberian Allah yang tak terhingga, pasti hati kita diselimuti pujian kepada-Nya, dan mulut kita tak henti-hentinya melantunkan syukur. Bahkan jika kita membuka mata batin kita untuk menatap ke-Maha Besar-an Allah, sungguh kita malu kepada Allah, karena hanya ketika musibah datang kita mengemis kasih-Nya. Berharap agar Dia merubah penderitaan kita menjadi kebahagiaan.
Tetapi ketika kebahagiaan itu telah kita raih, tidak jarang kita memperlihatkan ketidaksyukuran kita. Terkadang betapa kita telah menjadi manusia yang tak tahu membalas budi. Sahabat, kehidupan yang kita jalani adalah proses perjuangan yang tak pernah henti.
Ada saat dimana kebahagiaan begitu akrab menemani, tetapi di saat yang lain penderitaan begitu senang bersemayam di dalam hati. Sungguh dua keadaan ini memerlukan kekuatan agar kita tetap bertahan pada kebenaran. Jika kita tidak memiliki kekuatan maka bukan saja kehidupan akan terasa menyulitkan, tetapi hari demi hari akan selalu dihinggapi rasa ketakutan.
Bicara tentang kebahagiaan, siapa yang tidak mengharapkannya? Semua kita pasti selalu merindukan saat-saat seperti itu datang. Tetapi di mana kita temukan kebahagiaan? Di rumah yang mewahkah? Atau saat kita merasakan berkecukupan? Tetapi adakah manusia yang merasa cukup? Jangankan kita yang selalu berada dalam kekurangan setiap saat, orang-orang yang sudah bergelimang kemewahan pun ternyata masih merasa kekurangan dan terus mengejar dan mencarinya.

Apakah mereka bahagia dengan apa yang sudah dimilikinya? Ternyata tidak. Karena tidak sedikit di antara mereka justru selalu dihantui rasa ketakutan dan kekhawatiran. Bahkan ada yang sibuk mengumpulkan harta, sampai tak sempat menikmatinya. Benarlah apa yang diungkapkan oleh para bijak: “Bahwa kekayaan itu bukan milik orang yang mengumpulkannya, tetapi milik orang yang menikmatinya.” Itulah kenyataan yang kita saksikan.

Jika orang miskin khawatir dan takut menatap masa depan yang begitu memberatkan, sementara orang kaya khawatir dan takut, bahkan bingung ke mana harta mereka akan dihabiskan. Lantas, apa yang dapat kita katakan untuk mereka yang hidupnya tak pernah puas dengan keadaan. Ada apa sesungguhnya dengan makhluk yang bernama manusia ini? Diberi nikmat dia tak pandai bersyukur, diberi cobaan keyakinan hidupnya semakin kabur. Sungguh, kebanyakan kita memang tidak tahu berterima kasih kepada Dzat Yang Maha Memberi.
Janganlah bersedih dengan apa yang telah tiada. Janganlah gelisah dengan sesuatu yang belum ada. Jangan merasa terhina karena deraan kemiskinan. Jangan merasa sepi dalam kesendirian. Dan jangan merasa papa dalam ketiadaan. Sebab perasaan-perasaan seperti ini hanya akan menumpulkan mata batin kita tentang ke-Maha Besar-an Allah. Bersandarlah kepada-Nya. Adukan nasib diri dengan penuh ketawadhuan. Introspeksilah, mungkin penyebab semua ini sesungguhnya lahir dari kesalahan diri yang begitu banyak melanggar larangan.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar