Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari
mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’araa’ [26] : 87-89)
Abdul Hamid Al-Balali dalam kitab “Manhajut-
Taabi’in fi Tarbiyatin-Nufus” menulis: “Ketika Allah menciptakan jiwa manusia,
bersamanya juga diciptakan kekuatan persiapan untuk melakukan kebaikan dan
keburukan. Dia juga manjadikan manusia mampu menggunakan anggota tubuh yang
dikarunikan-Nya. Manusia diberi kebebasan memilih arah jalan yang
dikehendakinya. Seperti terungkap dalam melalui firman Allah: “Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaan.” (QS Asy-Syams [91] : 7-8).
Kebebasan manusia dalam memilih jalannya ini
diikuti dengan konsekuensi balasan, baik pahala kenikmatan maupun siksaan pada
hari perhitungan kelak, yakni pada hari kiamat. Seperti dalam lanjutan firman
Allah di atas: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams [91] : 9- 10)
Orang-orang yang menang dan beruntung adalah
mereka yang memahami tujuan dari penciptaan, yaitu untuk beribadah hanya kepada
Allah. Dan mereka adalah orang-orang yang jiwanya tunduk setelah sombong, lunak
setelah ketakutan, dan tenang setelah terguncang. Tetapi mereka yang jiwanya
terguncang, mereka yang terhinakan karena kesombongan, akan terlepas dari
kendali kesadaran, sehingga kerap meninggalkan aturan.
Ketahuilah kesombongan, dusta, munafik,
keserakahan dan perangai rendah lainnya sesungguhnya adalah racun dan formula
yang sangat ampuh memadamkan cahaya qalbu. Dan kita saksikan, semua itu telah
membelenggu kehidupan hari-hari yang kita jalani, sehingga tak sadar
melemparkan kita kedalam kubangan kotoran yang menjijikan. Bahkan timbulnya
perasaan sepi dalam keramaian, kehampaan dalam kemewahan dan berbagai bencana
yang Allah timpakan semuanya itu adalah akibat karena runtuhnya kesadaraan jiwa
tentang hakikat tujuan kehidupan.
Masa di mana kita hidup hari ini, berbagai
fitnah berdatangan, aroma kemaksiatan bagaikan jamur di musim hujan, kejahatan
dan kezaliman sudah menjadi kebiasaan, sehingga memadamkan lilin kesucian yang
memancar dari qalbu kita. Kita sibuk mempercantik lahiriah tetapi mengabaikan
kecantikan bathiniyah. Kita kejar ketertinggalan urusan duniawi tetapi
membiarkan urusan ukhrawi. Kita tidak menyadari bahwa kebaikan qalbu
sesungguhnya adalah kebaikan anggota tubuh kita, sebab hati bagaikan raja yang
mengeluarkan seluruh perintah dan larangan bagi rakyatnya, yaitu anggota tubuh
kita. Bahkan hati atau qalbu merupakan tempat perhatian Allah. Seperti
diungkapkan oleh Rasulullah dalam hadistnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan
melihat pada bentuk-bentuk kamu dan harta-harta kamu, melainkan Dia akan
melihat pada hati-hati kalian dan perbuatan kalian. (HR Iman Ahmad)
Sahabat, jika qalbu kita tak lagi merasa takut
melakukan kesalahan tetapi justru bangga mengerjakan kemaksiatan, jika hati kita
sudah tidak merasa malu mengerjakan kemunkaran atau tak merasa takut akan murka
Allah, sungguh itu pertanda hati kita telah mati. Sebab bagi hati yang mati tak
ada lagi kekhawatiran saat melakukan kemaksiatan, karena hawa nafsu telah
menjadi pemimpin dan pengendali dirinya. Kebodohan adalah supirnya, kelalaian
adalah kendaraan baginya.
Bahkan seluruh pikirannya dicurahkan hanya untuk
menggapai target-target duniawi. Hawa nafsu telah menjadikan mata bathinnya
buta pada kebenaran, dan telinga menjadi tuli ketika mendengar seruan.
Ya
Allah, Engkau Maha Mengetahui segala apapun yang terjadi pada diri kami. Segala
apapun yang Engkau berikan pasti itulah yang terbaik menurut kehendak-Mu.
Berikan kami kekuatan untuk bersabar atas segala ketetapan-Mu. Doronglah jiwa
kami untuk selalu bersyukur atas segala pemberian-Mu. Ya Allah, Engkaulah
pemilik lautan kemuliaan yang maha luas. Engkaulah yang membolak-balikkan hati
setiap hamba. Teguhkanlah pendirian kami pada agama-Mu. Ajarilah kami ilmu-Mu
yang maha luas, jagalah kami dengan penjagaan-Mu yang kuat. Kepada Engkau kami
bertawakkal. Di depan pintu ampunan-Mu kami berdiri, di dalam kekuasaan
rahmat-Mu kami berdikari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar