Sabtu, 31 Desember 2011

Menjernihkan Cahaya Qalbu

Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’araa’ [26] : 87-89) 


Abdul Hamid Al-Balali dalam kitab “Manhajut- Taabi’in fi Tarbiyatin-Nufus” menulis: “Ketika Allah menciptakan jiwa manusia, bersamanya juga diciptakan kekuatan persiapan untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Dia juga manjadikan manusia mampu menggunakan anggota tubuh yang dikarunikan-Nya. Manusia diberi kebebasan memilih arah jalan yang dikehendakinya. Seperti terungkap dalam melalui firman Allah: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” (QS Asy-Syams [91] : 7-8).
Kebebasan manusia dalam memilih jalannya ini diikuti dengan konsekuensi balasan, baik pahala kenikmatan maupun siksaan pada hari perhitungan kelak, yakni pada hari kiamat. Seperti dalam lanjutan firman Allah di atas: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams [91] : 9- 10)
Orang-orang yang menang dan beruntung adalah mereka yang memahami tujuan dari penciptaan, yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah. Dan mereka adalah orang-orang yang jiwanya tunduk setelah sombong, lunak setelah ketakutan, dan tenang setelah terguncang. Tetapi mereka yang jiwanya terguncang, mereka yang terhinakan karena kesombongan, akan terlepas dari kendali kesadaran, sehingga kerap meninggalkan aturan.
Ketahuilah kesombongan, dusta, munafik, keserakahan dan perangai rendah lainnya sesungguhnya adalah racun dan formula yang sangat ampuh memadamkan cahaya qalbu. Dan kita saksikan, semua itu telah membelenggu kehidupan hari-hari yang kita jalani, sehingga tak sadar melemparkan kita kedalam kubangan kotoran yang menjijikan. Bahkan timbulnya perasaan sepi dalam keramaian, kehampaan dalam kemewahan dan berbagai bencana yang Allah timpakan semuanya itu adalah akibat karena runtuhnya kesadaraan jiwa tentang hakikat tujuan kehidupan.
Masa di mana kita hidup hari ini, berbagai fitnah berdatangan, aroma kemaksiatan bagaikan jamur di musim hujan, kejahatan dan kezaliman sudah menjadi kebiasaan, sehingga memadamkan lilin kesucian yang memancar dari qalbu kita. Kita sibuk mempercantik lahiriah tetapi mengabaikan kecantikan bathiniyah. Kita kejar ketertinggalan urusan duniawi tetapi membiarkan urusan ukhrawi. Kita tidak menyadari bahwa kebaikan qalbu sesungguhnya adalah kebaikan anggota tubuh kita, sebab hati bagaikan raja yang mengeluarkan seluruh perintah dan larangan bagi rakyatnya, yaitu anggota tubuh kita. Bahkan hati atau qalbu merupakan tempat perhatian Allah. Seperti diungkapkan oleh Rasulullah dalam hadistnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan melihat pada bentuk-bentuk kamu dan harta-harta kamu, melainkan Dia akan melihat pada hati-hati kalian dan perbuatan kalian. (HR Iman Ahmad)
Sahabat, jika qalbu kita tak lagi merasa takut melakukan kesalahan tetapi justru bangga mengerjakan kemaksiatan, jika hati kita sudah tidak merasa malu mengerjakan kemunkaran atau tak merasa takut akan murka Allah, sungguh itu pertanda hati kita telah mati. Sebab bagi hati yang mati tak ada lagi kekhawatiran saat melakukan kemaksiatan, karena hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali dirinya. Kebodohan adalah supirnya, kelalaian adalah kendaraan baginya.
Bahkan seluruh pikirannya dicurahkan hanya untuk menggapai target-target duniawi. Hawa nafsu telah menjadikan mata bathinnya buta pada kebenaran, dan telinga menjadi tuli ketika mendengar seruan.
Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui segala apapun yang terjadi pada diri kami. Segala apapun yang Engkau berikan pasti itulah yang terbaik menurut kehendak-Mu. Berikan kami kekuatan untuk bersabar atas segala ketetapan-Mu. Doronglah jiwa kami untuk selalu bersyukur atas segala pemberian-Mu. Ya Allah, Engkaulah pemilik lautan kemuliaan yang maha luas. Engkaulah yang membolak-balikkan hati setiap hamba. Teguhkanlah pendirian kami pada agama-Mu. Ajarilah kami ilmu-Mu yang maha luas, jagalah kami dengan penjagaan-Mu yang kuat. Kepada Engkau kami bertawakkal. Di depan pintu ampunan-Mu kami berdiri, di dalam kekuasaan rahmat-Mu kami berdikari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar