Gangguan mental kadang tidak terdiagnosis termasuk pada
anak-anak. Untuk itu peneliti mengeluarkan daftar 11 tanda agar orangtua
lebih mudah mengenali masalah mental pada anak.
Beberapa tanda seperti perasaan sedih selama 2 minggu atau lebih bisa
menunjukkan gejala depresi, ketakutan yang intens atau kekhawatiran
dalam melakukan kegiatan sehari-hari bisa jadi merupakan gangguan
kecemasan.
Tapi kadang hal ini tidak disadari, terutama pada anak-anak yang belum dapat menjelaskan apa yang dirasakannya.
Karenanya daftar ini dimaksudkan untuk membantu orangtua atau masyarakat
agar lebih mudah mengenali masalah mental pada anak sehingga bisa
menerima penanganan dan pengobatan yang tepat.
Studi sebelumnya menunjukkan 3 dari 4 anak memiliki masalah kesehatan
mental termasuk gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD),
gangguan makan dan gangguan bipolar yang tidak terdiagnosis sehingga
tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
"Banyak orangtua yang bingung apakah anaknya memiliki masalah, karenanya
daftar ini dibuat untuk mempermudah identifikasi sehingga pengobatan
lebih efektif," ujar Dr Peter S Jensen, profesor psikiatri di Mayo
Clinic, seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (1/11/2011).
Berikut ini 11 tanda peringatan anak memiliki masalah mental yang sudah diterbitkan dalam jurnal Pediatric yaitu:
-
Merasa sangat sedih atau menarik diri selama 2 minggu atau lebih
- Berusaha untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri, atau bahkan memiliki rencana untuk melakukannya
- Tiba-tiba merasa takut luar biasa tanpa alasan yang jelas, kadang disertai dengan detak jantung dan napas yang cepat
- Terlibat dalam beberapa kali perkelahian, menggunakan senjata atau berkeinginan untuk menyakiti orang lain
- Memiliki perilaku diluar kendali yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain
- Tidak mau makan, memuntahkan makanan atau menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan
- Ketakutan atau kekhawatiran yang intensif dan terus menerus dalam melakukan kegiatan sehari-hari
- Sangat sulit dalam berkonsentrasi atau menempatkan diri pada suatu
lingkungan sehingga bisa membahayakan diri atau menyebabkan kegagalan
sekolah
- Penggunaan obat atau alkohol yang berulang
- Perubahan suasana hati yang parah sehingga menyebabkan masalah dalam hubungan pertemanan atau keluarga
- Perubahan perilaku dan kepribadian yang drastis
Peneliti mengungkapkan jika orangtua melihat salah satu dari tanda-tanda
ini pada anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli
kesehatan mental untuk mengevaluasi kejiwaan.
Selain itu diharapkan dengan adanya panduan tanda-tanda ini bisa
membantu orangtua dalam membedakan antara perilaku yang normal dari masa
kanak-kanak dengan tanda dari masalah mental.
Banyak hal yang dapat dilakukan agar mental anak tidak terganggu, berikut beritanya :
Tips Mencegah Dan Mengobati Gangguan Mental
Gangguan mental yang belum sampai pada tahap " gila ", sering kali
dianggap bukan suatu penyakit. Apalagi kecemasan bahkan banyak dianggap
sebagai hal biasa yang dialami oleh hampir sebagian besar manusia dari
segala usia, dari segala lapisan masyarakat, dari segala tingkat sosial
kehidupan.
Padahal dalam pandangan agama penyakit yang menimpa manusia bisa berupa
penyakit jasmani ( seperti : jantung coroner, TBC, asma, flu batuk pilek
dan lain sebagainya ) dan juga penyakit rohani atau penyakit hati.(
seperti : ketakutan, kecemasan, keragu-raguan, merasa diri lemah,
ketergantungan pada oranglain, malasa dan lain sebagainya ). Penyakit
jasmani ada obatnya, sudah barang tentu penyakit rohani / kejiawaan juga
anda obatnya. Apa obat untuk penyakit kejiawaan, seperti gangguan
mental ?
Berdasarkan kajian dan hasil penelitian dari berbagai ahli agama,
peneliti dunia barat dan timur dapat diambil benang merah mengenai
bagaimana cara menangani, mencegah dan mengobati kecemasan dan gangguan
mental.
Menurut DR.'Aidh al Qarni dalam bukunya berjudul La Tahzan ( Jangan
Bersedih , Samson Rahman, 2004 ) , paling tidak ada ada tiga hal pokok
yang bisa ditempuh, yaitu :
pertama, selalu mengkaitkan hati kepada Tuhan ( dalam agama Islam
dikenal dengan istilah dzikir pada Alloh ) , menyembah-Nya, taat dan
berserah diri kepada Tuhan. Dan berteguh hati dalam beribadah
kepada-Nya.
Harus kita yakini bahwa. Manusia ( dan juga bumi serta isinya ) adalah
milik Tuhan, kita hanyalah “ menumpang “, diberi kepercayaan serta
falisitas oleh Tuhan
kedua, menutup berkas-berkas masa lalu dengan semua kegetirannya,
linangan air matanya, kesedihannya, kecemasannya, kegalauan hatinya,
keresahan hatinya, kepahitannya. Dan memulai sebuah kehidupan baru
dengan hari yang baru pula.
ketiga, membiarkan masa depan yang masih gaib dengan melarutkan diri di
dalamnya dan menjauhkan diri dari segala bentuk ramalan, prakiraan dan
ketidak jelasannya. Tapi hidup dalam lingkup hari ini saja Menjauhi
semua bentuk angan-angan yang terlalu jauh , sebab angan-angan yang
terlalu jauh akan membuat manusia terlena.
Macam-Macam Gangguan Mental
Pada suatu saat dalam kehidupannya, manusia tentu pernah mengalami suatu
kejadian yang begitu membekas dalam seluruh struktur kepribadiannya.
Peristiwa tersebut disebut peristiwa traumatis. Contohnya adalah
kematian orang yang dicintai, kegagalan dalam menempuh ujian, maupun
pengalaman yang tidak menyenangkan yang membuat takut.
Peristiwa-peristiwa traumatik seperti itu akan mempengaruhi kondisi
psikologis seseorang sehingga pola perilakunya berubah.
Salah satu cabang psikologi yang mempelajari gangguan-gangguan psikis,
emosional, dan perilaku yang menyimpang disebut Psikopatologi.
Abnormalitas adalah suatu perilaku yang bertentangan dengan suatu
keadaan yang normal. Adapun normalitas seseorang yang disepakati para
ahli adalah sebagai berikut :
-
Persepsi yang efisien terhadap kenyataan, artinya seseorang tidak
memandang sesuatu dengan membesar-besarkan atau mengecilkan sesuatu
- Mengenali diri sendiri
- Mampu mengendalikan perilakunya atas kehendaknya sendiri
- Memiliki harga diri dan diterima oleh lingkungannya
- Mampu memberi perhatian dan membina hubungan cinta kasih
- Produktif
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental. Faktor-faktor tersebut adalah :
-
Faktor fisiologis dan biologis, seperti terjadinya kerusakan pada otak
(brain damage), kegagalan perkembangan otak, ataupun cacat fisik
lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak. Faktor-faktor ini biasa
disebut dengan Samato genik
- Faktor psikologis, seperti rasa sepi, stress, kecemasan, dan sebagainya. Faktor ini biasa disebut dengan Psikogenik
- Faktor lingkungan, seperti peperangan, kerusuhan rasial, kelaparan,
kehidupan di penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif, dan
sebagainya
Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat
menggunakan kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut
DSM-III, jenis-jenis gangguan mental adalah sebagai berikut :
-
Disorders first evident in infancy, childhood, or adolescence atau
penyimpangan/kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-kanak dan
remaja. Termasuk di dalamnya adalah : retardasi mental, hiperaktif,
kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti
anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal
- Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua
penyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat
pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan
kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke
dalam tubuh seperti penggunaan alkohol yang kelewat batas
- Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua
peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat
kimia, seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika,
alkohol, nikotin, dan sebagainya
- Schizophrenic disorders, atau kelompok penyimpangan/kekacauan
kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan realitas atau
kenyataan
- Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang
berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai terus-menerus,
perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya
- Affective disorders, atau depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis
- Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya
- Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya
penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan
yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan
adanya penyakit atau gangguan medis lainnya
- Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya
fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia dan
kasus kepribadian ganda (multiple personality)
- Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua penyimpangan
identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten,
ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan
seks dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat).
Homoseksualitas termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati
keadaannya sebagai seorang homoseks
- Conditions not attributable to a mental disorder, atau kondisi-kondisi
yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti
masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan
keluarnya (seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak,
atau kekerasan terhadap anak-anak
- Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial
Gangguan Mental karena kecemasan
Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam
kehidupannya sehari-hari ia selalu merasakan tegangan psikologis yang
cukup tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang
selalu cemas, kadang-kadang akan terserang rasa panik, yaitu suatu
periode ketakutan yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan
terjadi. Keadaan ini akan diikuti oleh gejala-gejala gangguan fisik
seperti jantung berdegub kencang, nafas tersenggal-senggal, keringat
dingin, gemetar yang hebat, bahkan kadang-kadang sampai pingsan.
Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak tahu faktor-faktor yang
menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Kecemasan ini sering
disebut free-floating, karena tidak jelas faktor yang menyebabkannya.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab gangguan ini lebih bersifat
internal daripada eksternal.
Phobia adalah gangguan kecemasan yang lebih spesifik, yang timbul bila
menghadapi rangsangan tertentu saja, seperti jenis serangga tertentu,
tempat yang tinggi, tempat yang tertutup, dan sebagainya. Salah satu
penyebab dari phobia adalah serangan rasa panik atau
pengalaman-pengalaman yang menakutkan di masa lampau.
Bila individu cenderung selalu terdorong memikirkan sesuatu yang
sebenarnya tidak ingin ia pikirkan dan melakukan tindakan-tindakan yang
sebenarnya tidak ingin dia lakukan, maka ia mengalami gangguan
obsesif-kompulsif. Walau penyebab gangguan kecemasan ini sulit untuk
diketahui, tetapi reaksi mereka menunjukkan bahwa individu-individu
tersebut mempunyai perasaan tidak mampu dalam menghadapi situasi-situasi
yang mereka pandang mengancam.
Gangguan Mental Karena afektif
Gangguan-gangguan afektif adalah gangguan-gangguan terhadap suasana hati
(mood). Bila mengalami gangguan ini, orang akan menunjukkan reaksi
seperti amat tertekan batinnya (depresif) dan kadang-kadang menunjukkan
reaksi riang gembira yang agak berlebihan (manic). Bila seseorang sedang
mengalami gangguan manic yang agak ringan, yang disebut hipomania,
orang tersebut akan kelihatan energik, entusiastik, dan penuh
kepercayaan diri. Ia mengerjakan banyak tugas dan membicarakan banyak
ide besar tanpa memperhitungkan segi praktis atau kelayakannya. Bila
gangguan sudah cukup berat, ia akan bernyanyi-nyanyi, berteriak-teriak,
memukul-mukul tembok, dan terus sangat aktif selama beberapa jam. Mereka
mudah marah kalau diganggu dan tindakannya dapat bersifat merusak.
Menurut DSM-III, gejala perilaku menyimpang yang biasanya disebut
manic-depressive, diberi nama gangguan bipolar (a bipolar disorder),
karena suasana hati berpindah-pindah dari kutub yang satu ke kutub yang
lain dalam suatu kontinum.
Schizophrenia
Ciri umum gangguan ini adalah :
- Gangguan-gangguan pada pikiran dan perhatian penderita
- Gangguan-gangguan pada persepsi. Dunia ini seakan-akan nampak lain di mata penderita
- Gangguan-gangguan pada fungsi efek atau perasaan. Mereka sering terlihat depresif dan menarik diri dari lingkungan
- Menarik diri dari kenyataan. Penderita sering berkhayal sendiri dan tenggelam dalam dunia batinnya sendiri
- Mengalami delusi dan halusinasi. Penderita merasa yakin bahwa sesuatu
akan terjadi pada dirinya (delusi) dan kadang-kadang diikuti oleh
pengalaman-pengalaman individu (merasa melihat atau mendengar sesuatu)
yang tidak dialami oleh orang lain. Bila keyakinan yang timbul adalah
seolah-olah ada orang yang mengejar-ngejar dirinya (merasa mau dibunuh
misalnya), maka penderita mengalami delusi persekusi. Bila penderita
yakin bahwa ia mempunyai kekuatan atau kemampuan luar biasa, ia
mengalami delusi grandeur.
Gangguan Mental Karena kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola-pola perilaku yang bersifat
mal-adaptif atau merugikan si pelaku dalam hubungannya dengan orang
lain. Beberapa bagian dari gangguan kepribadian adalah :
-
Kepribadian narsistik, yaitu rasa kagum yang berlebihan terhadap diri
sendiri, merasa selalu berhasil dan superior, selalu mencari perhatian
dan pujian, dan tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
- Kepribadian tergantung, yaitu pasif luar biasa, tidak mampu mengambil
suatu keputusan, ada kecenderungan rendah diri, dan kebutuhan yang kuat
untuk selalu ditolong orang lain
- Kepribadian antisosial atau yang biasa disebut dengan Psikopat, yaitu
kecilnya rasa tanggung jawab, rendahnya nilai-nilai moral, dan dianggap
tidak memiliki suara hati, tidak mempunyai perhatian terhadap orang
lain, selalu memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa bersalah
walaupun perilakunya merugikan orang lain. Para ahli berpendapat bahwa
gangguan kepribadian ini disebabkan oleh pola asuhan yang salah ketika
masih kanak-kanak. Tetapi temuan baru di bidang biologis menunjukkan
bahwa kemungkinan individu-individu ini sejak lahir telah membawa cacat
yang disebut underreactive autonomic nervous system atau sistem syaraf
otonom yang kurang relatif.
Gangguan Mental karena obat-obatan berbahaya
Obat-obat berbahaya seperti narkotika, alkohol, ganja, dan pil-pil
psikotropika, bila tidak digunakan menurut petunjuk dokter, dapat
menimbulkan akibat-akibat yang sangat serius pada diri pemakai.
Ciri-ciri utama dari obat-obatan tersebut adalah mempengaruhi sistem
syaraf pusat, baik menekan maupun merangsang syaraf pusat, serta
mengembangkan toleransi tubuh. Penggunaan dalam takaran berlebihan dan
dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fisik serius
yang dapat menimbulkan kematian. Bila syaraf-syaraf otak rusak karena
penggunaan obat-obat berbahaya ini, maka akan timbul gejala-gejala
perilaku seperti pada psikosis. Gejala-gejala ini disebut psikosis obat
(drug psychosis).
Penyebab gangguan Mental
Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau
gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan
bagi penderita (dan keluarganya). Penyakit mental dapat mengenai setiap
orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.
Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai
penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh
gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena
kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan
merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak
mendapat pengobatan secara cepat dan tepat.
A. SKIZOFRENIA SEBAGI BENTUK GANGGUAN JIWA
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi
tahunan “The American Psychiatric Association/APA” di Miami, Florida,
Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia
cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk.
Berdasarkan data di AS:
1) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;
2) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel
skelosis, pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot
(muscular dystrophy);
3) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri);
4) Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.
B. FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa
seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor
tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain:
Faktor genetik;
Virus;
Auto antibody;
Malnutrisi.
Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut:
a. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara
kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
b. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin
juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.
Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma,
toksin dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal,
skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya
yang disebut epigenetik faktor.
Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;
b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
c) Komplikasi kandungan; dan
d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor
epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam
kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia
dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
C. PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWA
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat
dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab
gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa
artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari
unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak
terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya
dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur
dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,
kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan,
hubungan antar amanusia, dan sebagainya.
Data di bawah ini merupakan taksiran kasar jumlah penderita beberapa
jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di Indonesia dengan
penduduk 130 juta orang.
Psikosa fungsional 520.000
Sindroma otak organik akut 65.000
Sindroma otak organik menahun 130.000
Retradasi mental 2.600.000
Nerosa 6.500.000
Psikosomatik 6.500.000
Gangguan kepribadian 1.300.000
Ketergantungan obat 1.000
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somato genik),
dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus
dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya
seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan
badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan
atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang
melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia
mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit
pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang
anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan
sebagainya) kemudian menadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia
mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah.
Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:
A. Faktor-faktor somatik (somato genik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
e. Faktor-faktor pre dan peri – natal
B. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
a. Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau
abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus
(perasaan tak percaya dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Inteligensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat dan kreativitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
k. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
C. Faktor Sosial
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
f. Pengaruh rasial dan keagamaan
g. Nilai-nilai
1. Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental dengan
mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain)
terdapat trisoma (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan Kromosoma
No. 21.
Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar,
infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex
yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan
“terikat pada sex” (“sex linked”), artinya bahwa efek genetik itu hanya
terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka
terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua
kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan
melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu
kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka
terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkan pria dengan XYY lebih
cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam?
2. Faktor Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik seluruhnya,
termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya
bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endoktrin darurat
syaraf jenis darah Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku
individu secara baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang
atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun
terlalu pendek, paras muka yang cantrik ataupun jelek, sex wanita atau
pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu
hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali, dan
seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.
3. Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan
tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa
terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang
berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di
luar kemampuan anak. Singkatnya : kromosoma dan “genes” yang defektif
serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat
mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat
dengan jelas,tetapi gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar
ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau
psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terahdap
stres.
4. Perkembangan Psikologik yang salah
a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya;
b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau
c. disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi
yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.
Kita akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologik
yang tidak sehat
5. Deprivasi dini
Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah
dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang
abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat,
ternyata berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan protein dalam
makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun,
dapat mengakibatkan retardasi mental.
Eprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang
lemah” pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun
perkembangan yang berhenti. Untuk perkembangan psikologik rupanya ada
“masa-masa gawat”. Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang
berhubungan dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu
bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang
normal
6. Pola keluarga yang petagonik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranna yang penting dalam
pembentukan kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi
yang pato genik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan
penyesuaian diri.
Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak
memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua
berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi
bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan
mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.
Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial
secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak
bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat
adalah tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman
di kemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak
sering terdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya
penolakan, perlindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan
perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin
yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua
yang salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya yang
berantakan, tuntutan yang bertentangan.
D. FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI (PENCETUS) GANGGUAN JIWA
1. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjanya
Hanya memikirkan dirinya sendiri, hanya tidak menuntut saja, lekas
berekcil hati, tidak tahan kekecewaan. Ingin menarik perhatian kepada
dirinya sendiri. Kurang rasa bertanggung jawab. Cenderung menolak
peraturan dan minta dikecualikan.
2. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”
Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah. Bersikap pasif
dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi “anak emas” dan menerima
saja segala perintah.
3. Penolakan (anak tidak disukai)
Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tua dan mencari
bantuan kepada orang lain. Tidak mampu memberi dan menerima
kasih-sayang.
4. Menentukan normanorma etika dan moral yang terlalu tinggi
Menilai dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu keras dan
tinggi. Sering kaku dan keras dalam pergaulan. Cenderung menjadi
sempurna (“perfectionnism”) dengan cara yang berlebihan. Lekas merasa
bersalah, berdosa dan tidak berarti.
5. Disiplin yang terlalu keras Menilai dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu keras
Agar dapat meneruskan dan menyelesaikan sesuatu usaha dengan baik, diperlukannya sikap menghargai yang tinggi dari luar.
6. Disiplin yang tak teratur atau yang bertentangan
Sikap anak terhadap nilai dan normapun tak teratur. Kurang tetap dalam
menghadapi berbagai persoalan didorong kesana kemari antara berbagai
nilai yang bertentangan. Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak
selalu merupakan suatu interaksi (saling mempengaruhi), bukanlah hanya
pengaruh satu arah dari orangtua ke anak
7. Masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian,
sebagai masa “badai dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadapi dengan
pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan
sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan,
bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain,
sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang
membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status
sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang
lebih besar pula.
Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep
tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi “krisis identitas” (Erikson,
1950). Ia hasu memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang
berkepribadian lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah
pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak
dibekali dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami “difusi
identitas”, yaitu ia bingung tentang “apakah sebenarnya ia ini” dan
“buat apakah sebebarnya hidup ini”. Sindroma ini disebut juga “anomi”,
remaja itu merasa terombang ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa
tujuan tertentu. Banyak remaja sebenarnya tidak membernontak, akan
tetapi hanya sekedar sedang mencari arti dirinya sendiri serta pegangan
hidup yang berarti bagi mereka. Hal “badai dan stres” bagi kaum remaja
ini sebagian besar berakar pada struktur sosial suatu masyarakat. Ada
masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat- stiadatnya
sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan emosional yang berarti.
Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan
orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat
mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan
antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan mengakibatkan juga
kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan
kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan
norma-norma kelompok (seperti dalam “gang” atau perkumpulan-perkumpulan
rahasia para remaja). Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan
utama dalam hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan “penerapan”
tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan,
ke-orangtua-an, pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini
dalam bidang badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita
memerlukan persiapan bagi masalah. Masalah khas yang mungkin sekali akan
dihadapi dalam berbagai masa hidup kita.
8. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern,
di negara-negara dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan
perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal “ke-sementara-an”
(“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman”
(“diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang
berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar.
Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam masa depan, maka
dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).
Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah
kebudayaan asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh
kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan
“shock kebudayaan” (“culture shock”). Seperti seorang inidvidu, suatu
masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak
baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah
yang dahulu subur berubah menjadi tandus) ataupun oleh keadaan sosial
masyarakat itu sendiri (umpanya negara dengan pimpinan diktatorial,
diskriminasi rasial.religius yang hebat, ketidak-adilan sosial, dan
sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh
masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak baik
sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan
mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu
dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang
dihadapinya.
9. Genetika
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi
sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan
faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak hasil
adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang
tidak memiliki faktor herediter.
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak
dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %,
sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki
hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan
jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki
kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan
pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh
anggota keluarga klien yang mengalamigangguan jiwa.
10. Neurobiological
Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur otak sebagai berikut:
Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in
specific locations can cause or contribute to psychiatric disorders. For
example, a communication problem in one small part of the brain can
cause widespread dysfunction. It is also known that the following
network of nuclei that control cognitive, behavioral, and emotional
functioning ae particularly implicated in psychiatric disorders :
ü The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order thinking, such as abstract reasoning.
ü The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior, memory, and learning.
ü The basal ganglia, some of which coordinate movement
ü The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and behaviors such as eating, drinking, and sex.
ü The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and are involved with behavior and mood.
ü The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of complex movement, thinking, and emotional responses.
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas
terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien
mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya
terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus
frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen,
1991). Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan
gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala
sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernick’s
dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi
dalam proses berbicara (Word salad). Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada
klien dengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan gejala-gejala
Schizofrenia. Menurut hasil penelitian, neurotransmitter tertentu
seperti Norepinephrine pada klien gangguan jiwa memegang peranan dalam
proses learning, Memory reiforcement, Siklus tidur dan bangun,
kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme.
Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada
proses pergerakan yaitu GABA.(Gamma Amino Butiric Acid). Menurut
Singgih gangguan mental dan emosi juga bias disebabkan oleh perkembangan
jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang
dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau
disebut sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh
gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya
tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak
seperti Enchepahlitis Letargica gangguan kelenjar endokrin seperti
thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide)serta perubahanperubahan karena
degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.
11. Biokimiawi tubuh
Biochemistry. Several brain chemicals have been implicated in
schizophrenia, but research to date points most strongly the following :
ü AN excess of the neurotransmitter dopamine.
ü An imbalance between dopamine and other neurotransmitters, particularly serotonin.
ü Problems in the dopamine receptor systems several research strategies
support the role of dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that
increase levels of dopamine in the brain can produce psychosis. Drugs
that reduce dopamine function have antipsychotic effects as well. This
is seen in the antipsychotic drugs that reduce the number of
postsynaptic receptors that interact with dopamine.
Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of
maternal nutrition, infection, placental insufficiency, anoxia,
hemorrhage, and trauma before at birth as possible causes of
schizophrenia.
12. Neurobehavioral
Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya gejalagejala gangguan jiwa, misalnya:
ü Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses
pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir
abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik.
ü Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor
ü Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (Short time).
13. Stress
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus
menerus dengan koping yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala
psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan, pengangguran,
isolasi sosial, dan perasaan kehilangan. Menurut Singgih (1989:184),
beberapa penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai berikut :
a. Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa anak.
b. Ketidak sanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum.
c. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan
d. Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause
e. Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu
f. Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema
g. Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS
h. Trauma kepala dan vertebra
i. Kontaminasi zat toksik
j. Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.
14. Penyalah gunaan obat-obatan
Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi
strsessor melalui obat-obatan yang memiliki sipat adiksi (efek
ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan
persefsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik dsb.
15. Psikodinamik
Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak
terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan
frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang maladaptif
pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak
percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi dan
withdral. Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung
timbulnya gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek
yang saling mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial,
lingkungan (environmental). Tidak seperti pada penyakit jasmaniah,
sebabsebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi
penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri.
Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan
mengobatinya.
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic
b. Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik
c. Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.
Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu
diketahui dua istilah: sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor
yang menyebabkan seseorang menjadi rentan/peka terhadap suatu gangguan
jiwa (genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang
menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung
menyebabkan gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera
berat, perceraian dan lain-lain.
16. Sebab Biologik
Keturunan — Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang
tidak sehat.
Jasmaniah—beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang
berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk /
endoform cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/
ectoform cenderung menjadi skizofrenia
Teperamen—Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai
masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.
Penyakit dan cedera tubuh—Penyakit-penyakit tertentu misalnya
penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa
murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.
Irama sirkardian tubuh—Circadian Rhythms : The recognition that
human activities and behaviors such as sleeping, eating, body
temperature, menses, and mood are cyclical and tend to be correlated
with certain external environmental stimuli is not new. Recently,
biological research has hypothesized that these body rhythms are
governed by internal circadian pacemakers located in specific areas of
the brain and that they ae subject to change by specific external cues.
17. Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup
seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat
mendukung terjadinya gangguan jiwa.
a. Masa bayi —Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 th – 3 th.
, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah
sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu:
ü Cara mengasuh bayi—Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa
hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang
hangat, terbuka dan bersahabat. sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh
tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang
bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.
ü Cara memberi makan—Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan
memberi rasa aman dan dilindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku,
keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)—Pada usia ini
sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas.
Hal-hal yang penting pada saat ini adalah:
ü Hubungan orang tua – anak—Penolakan orang tua pada masa ini, yang
mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan
mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik
diri atau malah menentang dan memberontak.
ü Perlindungan yang berlebihan—Menunjukkan anak atau memaksakan
kehendak/ mengatur dalam segala hal, mengakibatkan kepribadian sianak
tidak berkembang secara wajar waktu dewasa, memiliki krpribadian yang
mantap, cenderung mementingkan diri sendiri dan akibatnya kurang
berhasil sebagai orang tua.
ü Perkawinan tak harmonis dan kehancuran rumah tangga—Anak tidak
mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan,
pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas
serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk
timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak
dikemudian hari.
ü Otoritas dan Disiplin— Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan
tingkat kematangan anak, diberikan dengan cara yang baik, tegas dan
konsisten, sehingga anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang
diluar kemampuan sianak, dipaksakan, dengan cara yang keras dan kaku,
menyebabkan anak akan melawan memberontak atau menuntut berlebihan.
Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan yang keras,
akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari mungkin
menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan
(perfeksionis).
ü Perkembangan seksual — Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi
jawaban secara jelas, terus terang, wajar dan objektif terhadap masalah
seksual pada anak akan mengembangkan sikap yang positif. Reaksi orang
tua yang menyebabkan anak menganggap sek adalah tabu, menjijikan,
memalukan dan sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual
dikemudian hari.
ü Agresi dan cara permusuhan— Merupakan hal yang wajar seorang anak akan
mengembangkan pola-pola yang berguna. Pengawasan yang berlebihan,
menyebabkan anak akan mengekang, sehingga timbul tingkah laku yang
mengganggu. Agresi dan permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan
sikap defens dan mau menag sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan
menyebabkan anak menjadi nakal dan terbiasa dengan perbuatan-perbuatan
yang mengganggu ketertiban.
ü Hubungan kakak-adik — Persaingan yang sehat antara adik – kakak
merupakan hal yang wajar dan menjadi dasar untuk tumbuh dan berkembang
secara baik. Persaingan yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih,
menghukun tanpa meneliti, prasangka, kompensasi berlebihan dan
sebagainya) akan merupakan dasar terbentuknya sifat –sifat yang
merugikan. orang tua harus besikap dan menjadi penengah bagi
anak-abaknya. Jangan menjadi pendorong timbulnya persaingan tidak sehat
ini.
ü Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan — Kematian, kecelakaan,
sakit berat, penceraian, perpindahan yang mendadak, kekecewaan yang
berlarut-larut dan sebagainya akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian, tapi juga tergantung pada keadaan sekitarnya (orang,
lingkungan atau suasana saat itu) apakah mendukung atau mendorong dan
juga tergantung pada pengalamannya dalam menghadapi masalah tersebut.
c. Masa Anak sekolah —Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan
intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan
pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Masalah-masalahn penting
yang timbul:
ü Perkembangan jasmani — Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat
menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan
sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya
melakukan komprensasi yang positif atau komprensasi negatif.
ü Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi — Sekolah adalah tempat
yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan
memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang
atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh sianak.
d. Masa Remaja — Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tandatanda sekunder
(ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan,
pada masa ini terjadi pergolakan pergolakan yang hebat. pada masa ini,
seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu fihak ia
merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain fihak
belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua
perbuatannya. Egosentrik bersifat menetang terhadap otoritas, senang
berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu
lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses
kematangan kepribadian di usia remaja.
e. Masa Dewasa muda—-Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan
aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri
dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa
ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya,
bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami
gangguan-gangguan jiwa. Masalahmasalah yang penting pada masa ini
adalah:
ü Hubungan dengan lawan jenis —Masa ini dimulai dari masa pacaran,
menikah dan menjadi orang tua beberapa faktor yang mungkin menyulitkan
suatu perkawinan :
ü Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan
ü Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidak sanggupan mempunyaai anak
ü Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru dalam tingkahlaku / berpikir)
ü Masalah-masalah keuangan
ü Gangguan-gangguan dari keluarga
ü Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan
Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri pemilihan
yang semata-mata dipaksa/ disuruh / kompensasi atau karena “kesempatan
dan kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan.
Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan
jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan
terlihat ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan
mudah tersinggung.
f. Masa dewasa tua — Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status
pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang
mungkin timbul:
ü Menurunnya keadaan jasmaniah
ü Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering kesepian
ü Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.
ü Penurunan fungsi seksual dan reproduksi,
Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti
rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung,
kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha
bunuh diri.
g. Masa Tua —Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa
ini. Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,
kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas
dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua
terhadap orang dilingkungannya.Perasaan terasing karena kehilangan
teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional
yang cukup hebat.
18. Sebab sosio kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab
langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna”
gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang
berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan
tersebut:
ü Cara-cara membesarkan anak — Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan
otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat.
Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam
dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
ü Sistem Nilai—Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan
yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering
menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang
diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat
sehari-hari.
Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain
menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern
yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa
yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau
melakukan yang merugikan masyarakat.
Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin
meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil
teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat
memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan
sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat,
mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah,
perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga
sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan
perkembangan kepribadian yang abnormal.
Perpindahan perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya,
perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup
mengganggu.
Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat
mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam
bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan tindakan akan yang merugikan
orang banyak.
E. PROSES PERJALANAN PENYAKIT
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai
dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:
1) Fase Prodomal
ü Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
ü Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan
dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2) Fase Aktif
ü Berlangsung kurang lebih 1 bulan
ü Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi,
disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku,
disertai kelainan neurokimiawi
3) Fase Residual
ü Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
F. TAHAPAN HALUSINASI DAN DELUSI YANG BIASA MENYERTAI GANGGUAN JIWA
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian
besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan
antara lain:
1. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,
klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi
sehingga merasa senang dan terhindar
dari ancaman.
2. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain
ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku
menarik diri (Withdrawl)
3. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terusmenerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien
susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang
klien merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku
suicide.
G. PSIKOPATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak)
pasien skizofrenia? Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa
perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf
otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin,
ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma
dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.
Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam
penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula
perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis.
Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian
depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar