Rabu, 01 Februari 2012

11 Tanda Anak Alami Gangguan Mental

Gangguan mental kadang tidak terdiagnosis termasuk pada anak-anak. Untuk itu peneliti mengeluarkan daftar 11 tanda agar orangtua lebih mudah mengenali masalah mental pada anak.

Beberapa tanda seperti perasaan sedih selama 2 minggu atau lebih bisa menunjukkan gejala depresi, ketakutan yang intens atau kekhawatiran dalam melakukan kegiatan sehari-hari bisa jadi merupakan gangguan kecemasan.
Tapi kadang hal ini tidak disadari, terutama pada anak-anak yang belum dapat menjelaskan apa yang dirasakannya.

Karenanya daftar ini dimaksudkan untuk membantu orangtua atau masyarakat agar lebih mudah mengenali masalah mental pada anak sehingga bisa menerima penanganan dan pengobatan yang tepat.


Studi sebelumnya menunjukkan 3 dari 4 anak memiliki masalah kesehatan mental termasuk gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD), gangguan makan dan gangguan bipolar yang tidak terdiagnosis sehingga tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.


"Banyak orangtua yang bingung apakah anaknya memiliki masalah, karenanya daftar ini dibuat untuk mempermudah identifikasi sehingga pengobatan lebih efektif," ujar Dr Peter S Jensen, profesor psikiatri di Mayo Clinic, seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (1/11/2011).


Berikut ini 11 tanda peringatan anak memiliki masalah mental yang sudah diterbitkan dalam jurnal Pediatric yaitu:

  1. Merasa sangat sedih atau menarik diri selama 2 minggu atau lebih 
  2. Berusaha untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri, atau bahkan memiliki rencana untuk melakukannya  
  3. Tiba-tiba merasa takut luar biasa tanpa alasan yang jelas, kadang disertai dengan detak jantung dan napas yang cepat  
  4. Terlibat dalam beberapa kali perkelahian, menggunakan senjata atau berkeinginan untuk menyakiti orang lain  
  5. Memiliki perilaku diluar kendali yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain  
  6. Tidak mau makan, memuntahkan makanan atau menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan  
  7. Ketakutan atau kekhawatiran yang intensif dan terus menerus dalam melakukan kegiatan sehari-hari  
  8. Sangat sulit dalam berkonsentrasi atau menempatkan diri pada suatu lingkungan sehingga bisa membahayakan diri atau menyebabkan kegagalan sekolah  
  9. Penggunaan obat atau alkohol yang berulang  
  10. Perubahan suasana hati yang parah sehingga menyebabkan masalah dalam hubungan pertemanan atau keluarga  
  11. Perubahan perilaku dan kepribadian yang drastis


Peneliti mengungkapkan jika orangtua melihat salah satu dari tanda-tanda ini pada anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental untuk mengevaluasi kejiwaan.


Selain itu diharapkan dengan adanya panduan tanda-tanda ini bisa membantu orangtua dalam membedakan antara perilaku yang normal dari masa kanak-kanak dengan tanda dari masalah mental.


Banyak hal yang dapat dilakukan agar mental anak tidak terganggu, berikut beritanya :


Tips Mencegah Dan Mengobati Gangguan Mental

Gangguan mental yang belum sampai pada tahap " gila ", sering kali dianggap bukan suatu penyakit. Apalagi kecemasan bahkan banyak dianggap sebagai hal biasa yang dialami oleh hampir sebagian besar manusia dari segala usia, dari segala lapisan masyarakat, dari segala tingkat sosial kehidupan.

Padahal dalam pandangan agama penyakit yang menimpa manusia bisa berupa penyakit jasmani ( seperti : jantung coroner, TBC, asma, flu batuk pilek dan lain sebagainya ) dan juga penyakit rohani atau penyakit hati.( seperti : ketakutan, kecemasan, keragu-raguan, merasa diri lemah, ketergantungan pada oranglain, malasa dan lain sebagainya ). Penyakit jasmani ada obatnya, sudah barang tentu penyakit rohani / kejiawaan juga anda obatnya. Apa obat untuk penyakit kejiawaan, seperti gangguan mental ?

Berdasarkan kajian dan hasil penelitian dari berbagai ahli agama, peneliti dunia barat dan timur dapat diambil benang merah mengenai bagaimana cara menangani, mencegah dan mengobati kecemasan dan gangguan mental.

Menurut DR.'Aidh al Qarni dalam bukunya berjudul La Tahzan ( Jangan Bersedih , Samson Rahman, 2004 ) , paling tidak ada ada tiga hal pokok yang bisa ditempuh, yaitu :

pertama, selalu mengkaitkan hati kepada Tuhan ( dalam agama Islam dikenal dengan istilah dzikir pada Alloh ) , menyembah-Nya, taat dan berserah diri kepada Tuhan. Dan berteguh hati dalam beribadah kepada-Nya.

Harus kita yakini bahwa. Manusia ( dan juga bumi serta isinya ) adalah milik Tuhan, kita hanyalah “ menumpang “, diberi kepercayaan serta falisitas oleh Tuhan

kedua, menutup berkas-berkas masa lalu dengan semua kegetirannya, linangan air matanya, kesedihannya, kecemasannya, kegalauan hatinya, keresahan hatinya, kepahitannya. Dan memulai sebuah kehidupan baru dengan hari yang baru pula.


ketiga, membiarkan masa depan yang masih gaib dengan melarutkan diri di dalamnya dan menjauhkan diri dari segala bentuk ramalan, prakiraan dan ketidak jelasannya. Tapi hidup dalam lingkup hari ini saja Menjauhi semua bentuk angan-angan yang terlalu jauh , sebab angan-angan yang terlalu jauh akan membuat manusia terlena.


Macam-Macam Gangguan Mental
 

Pada suatu saat dalam kehidupannya, manusia tentu pernah mengalami suatu kejadian yang begitu membekas dalam seluruh struktur kepribadiannya. Peristiwa tersebut disebut peristiwa traumatis. Contohnya adalah kematian orang yang dicintai, kegagalan dalam menempuh ujian, maupun pengalaman yang tidak menyenangkan yang membuat takut. Peristiwa-peristiwa traumatik seperti itu akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang sehingga pola perilakunya berubah.

Salah satu cabang psikologi yang mempelajari gangguan-gangguan psikis, emosional, dan perilaku yang menyimpang disebut Psikopatologi.

Abnormalitas adalah suatu perilaku yang bertentangan dengan suatu keadaan yang normal. Adapun normalitas seseorang yang disepakati para ahli adalah sebagai berikut :

  • Persepsi yang efisien terhadap kenyataan, artinya seseorang tidak memandang sesuatu dengan membesar-besarkan atau mengecilkan sesuatu 
  • Mengenali diri sendiri
  • Mampu mengendalikan perilakunya atas kehendaknya sendiri
  • Memiliki harga diri dan diterima oleh lingkungannya
  • Mampu memberi perhatian dan membina hubungan cinta kasih
  • Produktif

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental. Faktor-faktor tersebut adalah :

  • Faktor fisiologis dan biologis, seperti terjadinya kerusakan pada otak (brain damage), kegagalan perkembangan otak, ataupun cacat fisik lainnya yang berpengaruh pada kegagalan otak. Faktor-faktor ini biasa disebut dengan Samato genik 
  • Faktor psikologis, seperti rasa sepi, stress, kecemasan, dan sebagainya. Faktor ini biasa disebut dengan Psikogenik
  • Faktor lingkungan, seperti peperangan, kerusuhan rasial, kelaparan, kehidupan di penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif, dan sebagainya


Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat menggunakan kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut DSM-III, jenis-jenis gangguan mental adalah sebagai berikut :

  • Disorders first evident in infancy, childhood, or adolescence atau penyimpangan/kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah : retardasi mental, hiperaktif, kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal 
  • Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua penyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke dalam tubuh seperti penggunaan alkohol yang kelewat batas
  • Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia, seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika, alkohol, nikotin, dan sebagainya
  • Schizophrenic disorders, atau kelompok penyimpangan/kekacauan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan realitas atau kenyataan
  • Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai terus-menerus, perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya
  • Affective disorders, atau depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis
  • Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya
  • Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan adanya penyakit atau gangguan medis lainnya
  • Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia dan kasus kepribadian ganda (multiple personality)
  • Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua penyimpangan identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten, ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan seks dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat). Homoseksualitas termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati keadaannya sebagai seorang homoseks
  • Conditions not attributable to a mental disorder, atau kondisi-kondisi yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan keluarnya (seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak, atau kekerasan terhadap anak-anak
  • Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial

Gangguan Mental karena kecemasan
Seseorang mengalami gangguan kecemasan bila setiap saat dalam kehidupannya sehari-hari ia selalu merasakan tegangan psikologis yang cukup tinggi, walaupun persoalan yang dihadapi cukup ringan. Orang yang selalu cemas, kadang-kadang akan terserang rasa panik, yaitu suatu periode ketakutan yang luar biasa seakan-akan malapetaka besar akan terjadi. Keadaan ini akan diikuti oleh gejala-gejala gangguan fisik seperti jantung berdegub kencang, nafas tersenggal-senggal, keringat dingin, gemetar yang hebat, bahkan kadang-kadang sampai pingsan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan tidak tahu faktor-faktor yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Kecemasan ini sering disebut free-floating, karena tidak jelas faktor yang menyebabkannya. Para ahli berpendapat bahwa penyebab gangguan ini lebih bersifat internal daripada eksternal.


Phobia adalah gangguan kecemasan yang lebih spesifik, yang timbul bila menghadapi rangsangan tertentu saja, seperti jenis serangga tertentu, tempat yang tinggi, tempat yang tertutup, dan sebagainya. Salah satu penyebab dari phobia adalah serangan rasa panik atau pengalaman-pengalaman yang menakutkan di masa lampau.


Bila individu cenderung selalu terdorong memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia pikirkan dan melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan, maka ia mengalami gangguan obsesif-kompulsif. Walau penyebab gangguan kecemasan ini sulit untuk diketahui, tetapi reaksi mereka menunjukkan bahwa individu-individu tersebut mempunyai perasaan tidak mampu dalam menghadapi situasi-situasi yang mereka pandang mengancam.


Gangguan Mental Karena afektif

Gangguan-gangguan afektif adalah gangguan-gangguan terhadap suasana hati (mood). Bila mengalami gangguan ini, orang akan menunjukkan reaksi seperti amat tertekan batinnya (depresif) dan kadang-kadang menunjukkan reaksi riang gembira yang agak berlebihan (manic). Bila seseorang sedang mengalami gangguan manic yang agak ringan, yang disebut hipomania, orang tersebut akan kelihatan energik, entusiastik, dan penuh kepercayaan diri. Ia mengerjakan banyak tugas dan membicarakan banyak ide besar tanpa memperhitungkan segi praktis atau kelayakannya. Bila gangguan sudah cukup berat, ia akan bernyanyi-nyanyi, berteriak-teriak, memukul-mukul tembok, dan terus sangat aktif selama beberapa jam. Mereka mudah marah kalau diganggu dan tindakannya dapat bersifat merusak. Menurut DSM-III, gejala perilaku menyimpang yang biasanya disebut manic-depressive, diberi nama gangguan bipolar (a bipolar disorder), karena suasana hati berpindah-pindah dari kutub yang satu ke kutub yang lain dalam suatu kontinum.

Schizophrenia

Ciri umum gangguan ini adalah :  

  • Gangguan-gangguan pada pikiran dan perhatian penderita 
  • Gangguan-gangguan pada persepsi. Dunia ini seakan-akan nampak lain di mata penderita
  • Gangguan-gangguan pada fungsi efek atau perasaan. Mereka sering terlihat depresif dan menarik diri dari lingkungan
  • Menarik diri dari kenyataan. Penderita sering berkhayal sendiri dan tenggelam dalam dunia batinnya sendiri
  • Mengalami delusi dan halusinasi. Penderita merasa yakin bahwa sesuatu akan terjadi pada dirinya (delusi) dan kadang-kadang diikuti oleh pengalaman-pengalaman individu (merasa melihat atau mendengar sesuatu) yang tidak dialami oleh orang lain. Bila keyakinan yang timbul adalah seolah-olah ada orang yang mengejar-ngejar dirinya (merasa mau dibunuh misalnya), maka penderita mengalami delusi persekusi. Bila penderita yakin bahwa ia mempunyai kekuatan atau kemampuan luar biasa, ia mengalami delusi grandeur.

Gangguan Mental Karena kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola-pola perilaku yang bersifat mal-adaptif atau merugikan si pelaku dalam hubungannya dengan orang lain. Beberapa bagian dari gangguan kepribadian adalah :

  • Kepribadian narsistik, yaitu rasa kagum yang berlebihan terhadap diri sendiri, merasa selalu berhasil dan superior, selalu mencari perhatian dan pujian, dan tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain 
  • Kepribadian tergantung, yaitu pasif luar biasa, tidak mampu mengambil suatu keputusan, ada kecenderungan rendah diri, dan kebutuhan yang kuat untuk selalu ditolong orang lain
  • Kepribadian antisosial atau yang biasa disebut dengan Psikopat, yaitu kecilnya rasa tanggung jawab, rendahnya nilai-nilai moral, dan dianggap tidak memiliki suara hati, tidak mempunyai perhatian terhadap orang lain, selalu memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai rasa bersalah walaupun perilakunya merugikan orang lain. Para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian ini disebabkan oleh pola asuhan yang salah ketika masih kanak-kanak. Tetapi temuan baru di bidang biologis menunjukkan bahwa kemungkinan individu-individu ini sejak lahir telah membawa cacat yang disebut underreactive autonomic nervous system atau sistem syaraf otonom yang kurang relatif.

Gangguan Mental karena obat-obatan berbahaya
Obat-obat berbahaya seperti narkotika, alkohol, ganja, dan pil-pil psikotropika, bila tidak digunakan menurut petunjuk dokter, dapat menimbulkan akibat-akibat yang sangat serius pada diri pemakai. Ciri-ciri utama dari obat-obatan tersebut adalah mempengaruhi sistem syaraf pusat, baik menekan maupun merangsang syaraf pusat, serta mengembangkan toleransi tubuh. Penggunaan dalam takaran berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fisik serius yang dapat menimbulkan kematian. Bila syaraf-syaraf otak rusak karena penggunaan obat-obat berbahaya ini, maka akan timbul gejala-gejala perilaku seperti pada psikosis. Gejala-gejala ini disebut psikosis obat (drug psychosis).


Penyebab gangguan Mental

Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.


Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat.


A. SKIZOFRENIA SEBAGI BENTUK GANGGUAN JIWA

Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan “The American Psychiatric Association/APA” di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Berdasarkan data di AS:


1) Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut;


2) Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy);


3) 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri);


4) Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya.


B. FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain:


Faktor genetik;

Virus;
Auto antibody;
Malnutrisi.

Sejauh manakah peran genetik pada skizofrenia? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut:


a. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.


b. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.


Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.


Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.


Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:


a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;


b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;


c) Komplikasi kandungan; dan


d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.


Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.


C. PENYEBAB UMUM GANGGUAN JIWA

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.


Data di bawah ini merupakan taksiran kasar jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di Indonesia dengan penduduk 130 juta orang.


Psikosa fungsional 520.000

Sindroma otak organik akut 65.000
Sindroma otak organik menahun 130.000
Retradasi mental 2.600.000
Nerosa 6.500.000
Psikosomatik 6.500.000
Gangguan kepribadian 1.300.000
Ketergantungan obat 1.000

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somato genik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat kecelakaan.


Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, keradangan dan sebagainya) kemudian menadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:


A. Faktor-faktor somatik (somato genik)

a. Neroanatomi

b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
e. Faktor-faktor pre dan peri – natal

B. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)


a. Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)


b. Peranan ayah


c. Persaingan antara saudara kandung


d. Inteligensi


e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat


f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah


g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu


h. Keterampilan, bakat dan kreativitas


i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya


j. Tingkat perkembangan emosi


k. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)


C. Faktor Sosial


a. Kestabilan keluarga


b. Pola mengasuh anak


c. Tingkat ekonomi


d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan


e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai


f. Pengaruh rasial dan keagamaan


g. Nilai-nilai


1. Faktor keturunan

Pada mongoloisme atau sindroma Down (suatu macam retardasi mental dengan mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain) terdapat trisoma (yaitu tiga buah, bukan dua) pada pasangan Kromosoma No. 21.


Sindroma Turner (dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar, infantilisme sexual) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosima sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan “terikat pada sex” (“sex linked”), artinya bahwa efek genetik itu hanya terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma X : bila satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik, maka terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkan pria dengan XYY lebih cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam?


2. Faktor Konstitusi

Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologik seluruhnya, termasuk baik yang diturunkan maupun yang didapati kemudian; umpamanya bentuk badan (perawakan), sex, temperamen, fungsi endoktrin darurat syaraf jenis darah Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik, umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, paras muka yang cantrik ataupun jelek, sex wanita atau pria, fungsi hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat syaraf yang cepat reaksinya atau yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup seseorang.


3. Cacat Kongenital

Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang brat. Akan tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.


Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan (proteksi berlebihan). Penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak. Singkatnya : kromosoma dan “genes” yang defektif serta banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas,tetapi gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terahdap stres.


4. Perkembangan Psikologik yang salah

a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya;


b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau


c. disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal. Kita akan membicarakan beberapa faktor dalam perkembangan psikologik yang tidak sehat


5. Deprivasi dini

Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri, terpisah dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan, terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat mengakibatkan retardasi mental.


Eprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang lemah” pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan yang berhenti. Untuk perkembangan psikologik rupanya ada “masa-masa gawat”. Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan intelektual, emosional dan sosial yang normal


6. Pola keluarga yang petagonik

Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranna yang penting dalam pembentukan kepriadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang pato genik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.


Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan mengajarkan anak itu pola-pola yang tidak sesuai.


Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard moral yang kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya yang berantakan, tuntutan yang bertentangan.


D. FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI (PENCETUS) GANGGUAN JIWA


1. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjanya


Hanya memikirkan dirinya sendiri, hanya tidak menuntut saja, lekas berekcil hati, tidak tahan kekecewaan. Ingin menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Kurang rasa bertanggung jawab. Cenderung menolak peraturan dan minta dikecualikan.


2. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”


Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas menyerah. Bersikap pasif dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi “anak emas” dan menerima saja segala perintah.


3. Penolakan (anak tidak disukai)


Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan orang tua dan mencari bantuan kepada orang lain. Tidak mampu memberi dan menerima kasih-sayang.


4. Menentukan normanorma etika dan moral yang terlalu tinggi


Menilai dirinya dan hal lain juga dengan norma yang terlalu keras dan tinggi. Sering kaku dan keras dalam pergaulan. Cenderung menjadi sempurna (“perfectionnism”) dengan cara yang berlebihan. Lekas merasa bersalah, berdosa dan tidak berarti.


5. Disiplin yang terlalu keras Menilai dan menuntut dari pada dirinya juga secara terlalu keras


Agar dapat meneruskan dan menyelesaikan sesuatu usaha dengan baik, diperlukannya sikap menghargai yang tinggi dari luar.


6. Disiplin yang tak teratur atau yang bertentangan


Sikap anak terhadap nilai dan normapun tak teratur. Kurang tetap dalam menghadapi berbagai persoalan didorong kesana kemari antara berbagai nilai yang bertentangan. Perlu diingat bahwa hubungan orangtua-anak selalu merupakan suatu interaksi (saling mempengaruhi), bukanlah hanya pengaruh satu arah dari orangtua ke anak


7. Masa remaja


Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian, sebagai masa “badai dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadapi dengan pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan sexual. Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain, sekarang ia harus belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa tanggung jawab yang lebih besar pula.


Perubahan-perubahan ini mengakibatkan bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri. Tidak jarang terjadi “krisis identitas” (Erikson, 1950). Ia hasu memantapkan dirinya sebagai seorang individu yang berkepribadian lepas dari keluarganya, ia harus menyelesaikan masalah pendidikan, pernikahan dan kehidupan dalam masyarakat. Bila ia tidak dibekali dengan pegangan hidup yang kuat, maka ia akan mengalami “difusi identitas”, yaitu ia bingung tentang “apakah sebenarnya ia ini” dan “buat apakah sebebarnya hidup ini”. Sindroma ini disebut juga “anomi”, remaja itu merasa terombang ambing, terapung-apung dalam hidup ini tanpa tujuan tertentu. Banyak remaja sebenarnya tidak membernontak, akan tetapi hanya sekedar sedang mencari arti dirinya sendiri serta pegangan hidup yang berarti bagi mereka. Hal “badai dan stres” bagi kaum remaja ini sebagian besar berakar pada struktur sosial suatu masyarakat. Ada masyarakat yang membantu para remaja ini dengan adat- stiadatnya sehingga masa remaja dilalui tanpa gangguan emosional yang berarti.


Kebanyakan kebutuhan kita hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan orang-orang lain. Jadi cara kita berhubungan dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan hidup kita. Kegagalan untuk mengadakan hubungan antar manusia yang baik mungkin berasal dari dan mengakibatkan juga kekurang partisipasi dalam kelompok dan kekurangan identifikasi dengan kelompok dan konformitas (persesuaian) yang berlebihan dengan norma-norma kelompok (seperti dalam “gang” atau perkumpulan-perkumpulan rahasia para remaja). Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kemampuan utama dalam hidup dan dalam menyesuaikan diri memerlukan “penerapan” tentang beberapa masalah utama dalam hidup, seperti pernikahan, ke-orangtua-an, pekerjaan dan hari tua. Di samping kemampuan umum ini dalam bidang badaniah, emosional, sosial dan intelektual, kita memerlukan persiapan bagi masalah. Masalah khas yang mungkin sekali akan dihadapi dalam berbagai masa hidup kita.


8. Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah


Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern, di negara-negara dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal “ke-sementara-an” (“transience”), “ke-baru-an” (“novelty”) dan “ke-aneka-ragaman” (“diversity”). Dengan demikian individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”).


Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”). Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah menjadi tandus) ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri (umpanya negara dengan pimpinan diktatorial, diskriminasi rasial.religius yang hebat, ketidak-adilan sosial, dan sebagainya). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang dihadapinya.


9. Genetika


Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa; terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter.


Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalamigangguan jiwa.


10. Neurobiological


Menurut Konsep Neurobiological gangguan jiwa sangat berkaitan dengan keadaan struktur otak sebagai berikut:


Abnormalities in the structure of the brain or in its activity in specific locations can cause or contribute to psychiatric disorders. For example, a communication problem in one small part of the brain can cause widespread dysfunction. It is also known that the following network of nuclei that control cognitive, behavioral, and emotional functioning ae particularly implicated in psychiatric disorders :


ü The cerebral cortex, which is critical in decision making and higher-order thinking, such as abstract reasoning.


ü The limbic system, which is involved in regulating emotional behavior, memory, and learning.


ü The basal ganglia, some of which coordinate movement


ü The hypothalamus, which regulates hormones through out the body and behaviors such as eating, drinking, and sex.


ü The locus ceruleus, which manufactures neurons, which regulate sleep and are involved with behavior and mood.


ü The substantia nigra, dopamine-producing cells involved in the control of complex movement, thinking, and emotional responses.


Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada klien yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal (Andreasen, 1991). Menurut Candel, Pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad). Adanya Hiperaktivitas Dopamin pada klien dengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian, neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada klien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, Memory reiforcement, Siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme.


Neurotransmitter lain berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan yaitu GABA.(Gamma Amino Butiric Acid). Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bias disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica gangguan kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide)serta perubahanperubahan karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.


11. Biokimiawi tubuh


Biochemistry. Several brain chemicals have been implicated in schizophrenia, but research to date points most strongly the following :


ü AN excess of the neurotransmitter dopamine.


ü An imbalance between dopamine and other neurotransmitters, particularly serotonin.


ü Problems in the dopamine receptor systems several research strategies support the role of dopamine in schizophrenia. For instance, drugs that increase levels of dopamine in the brain can produce psychosis. Drugs that reduce dopamine function have antipsychotic effects as well. This is seen in the antipsychotic drugs that reduce the number of postsynaptic receptors that interact with dopamine.


Birth Events. Many attempts have been made to study the influences of maternal nutrition, infection, placental insufficiency, anoxia, hemorrhage, and trauma before at birth as possible causes of schizophrenia.


12. Neurobehavioral


Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada timbulnya gejalagejala gangguan jiwa, misalnya:


ü Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi gangguan psikomotorik.


ü Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor


ü Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (Short time).


13. Stress


Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus dengan koping yang tidak efektif akan mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan. Menurut Singgih (1989:184), beberapa penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai berikut :


a. Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa anak.


b. Ketidak sanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang dapat diterima umum.


c. Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan


d. Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause


e. Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu


f. Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema


g. Penyakit kronis misalnya; shifilis, AIDS


h. Trauma kepala dan vertebra


i. Kontaminasi zat toksik


j. Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.


14. Penyalah gunaan obat-obatan


Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsessor melalui obat-obatan yang memiliki sipat adiksi (efek ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan persefsi, gangguan proses berfikir, gangguan motorik dsb.


15. Psikodinamik


Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon orang tua yang maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi dan rasa tidak percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi dan withdral. Disamping hal tersebut di atas banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis, psikologis, sosial, lingkungan (environmental). Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebabsebab gangguan jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri. Mengetahui sebab-sebab gangguan jiwa penting untuk mencegah dan mengobatinya.


Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :


a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic


b. Sebab-sebab kejiwaan/ psikologik


c. Sebab-sebab yang berdasarkan kebudayaan.


Untuk mengetahui mana penyebab yang asli dan mana yang bukan perlu diketahui dua istilah: sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi rentan/peka terhadap suatu gangguan jiwa (genetik, fisik atau latar belakang keluarga/ sosial. Sebab yang menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung menyebabkan gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan/ kematian, cendera berat, perceraian dan lain-lain.


16. Sebab Biologik


Keturunan — Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.

Jasmaniah—beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia
Teperamen—Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
Penyakit dan cedera tubuh—Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.
Irama sirkardian tubuh—Circadian Rhythms : The recognition that human activities and behaviors such as sleeping, eating, body temperature, menses, and mood are cyclical and tend to be correlated with certain external environmental stimuli is not new. Recently, biological research has hypothesized that these body rhythms are governed by internal circadian pacemakers located in specific areas of the brain and that they ae subject to change by specific external cues.

17. Sebab Psikologik


Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.


a. Masa bayi —Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 th – 3 th. , dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu:


ü Cara mengasuh bayi—Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.


ü Cara memberi makan—Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan dilindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.


b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)—Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Hal-hal yang penting pada saat ini adalah:


ü Hubungan orang tua – anak—Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak.


ü Perlindungan yang berlebihan—Menunjukkan anak atau memaksakan kehendak/ mengatur dalam segala hal, mengakibatkan kepribadian sianak tidak berkembang secara wajar waktu dewasa, memiliki krpribadian yang mantap, cenderung mementingkan diri sendiri dan akibatnya kurang berhasil sebagai orang tua.


ü Perkawinan tak harmonis dan kehancuran rumah tangga—Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.


ü Otoritas dan Disiplin— Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan anak, diberikan dengan cara yang baik, tegas dan konsisten, sehingga anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang diluar kemampuan sianak, dipaksakan, dengan cara yang keras dan kaku, menyebabkan anak akan melawan memberontak atau menuntut berlebihan. Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan yang keras, akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari mungkin menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan (perfeksionis).


ü Perkembangan seksual — Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara jelas, terus terang, wajar dan objektif terhadap masalah seksual pada anak akan mengembangkan sikap yang positif. Reaksi orang tua yang menyebabkan anak menganggap sek adalah tabu, menjijikan, memalukan dan sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual dikemudian hari.


ü Agresi dan cara permusuhan— Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan pola-pola yang berguna. Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak akan mengekang, sehingga timbul tingkah laku yang mengganggu. Agresi dan permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan sikap defens dan mau menag sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan menyebabkan anak menjadi nakal dan terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketertiban.


ü Hubungan kakak-adik — Persaingan yang sehat antara adik – kakak merupakan hal yang wajar dan menjadi dasar untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Persaingan yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih, menghukun tanpa meneliti, prasangka, kompensasi berlebihan dan sebagainya) akan merupakan dasar terbentuknya sifat –sifat yang merugikan. orang tua harus besikap dan menjadi penengah bagi anak-abaknya. Jangan menjadi pendorong timbulnya persaingan tidak sehat ini.


ü Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan — Kematian, kecelakaan, sakit berat, penceraian, perpindahan yang mendadak, kekecewaan yang berlarut-larut dan sebagainya akan mempengaruhi perkembangan kepribadian, tapi juga tergantung pada keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau suasana saat itu) apakah mendukung atau mendorong dan juga tergantung pada pengalamannya dalam menghadapi masalah tersebut.


c. Masa Anak sekolah —Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Masalah-masalahn penting yang timbul:


ü Perkembangan jasmani — Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan komprensasi yang positif atau komprensasi negatif.


ü Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi — Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh sianak.


d. Masa Remaja — Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tandatanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan pergolakan yang hebat. pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu fihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain fihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentrik bersifat menetang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja.


e. Masa Dewasa muda—-Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa. Masalahmasalah yang penting pada masa ini adalah:


ü Hubungan dengan lawan jenis —Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua beberapa faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :


ü Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan


ü Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidak sanggupan mempunyaai anak


ü Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru dalam tingkahlaku / berpikir)


ü Masalah-masalah keuangan


ü Gangguan-gangguan dari keluarga


ü Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan


Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri pemilihan yang semata-mata dipaksa/ disuruh / kompensasi atau karena “kesempatan dan kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah tersinggung.


f. Masa dewasa tua — Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul:


ü Menurunnya keadaan jasmaniah


ü Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering kesepian


ü Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.


ü Penurunan fungsi seksual dan reproduksi,


Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.


g. Masa Tua —Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini. Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang dilingkungannya.Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat.


18. Sebab sosio kultural


Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut:


ü Cara-cara membesarkan anak — Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.


ü Sistem Nilai—Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.


Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada


Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan yang merugikan masyarakat.


Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi


Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal.


Perpindahan perpindahan kesatuan keluarga


Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup mengganggu.


Masalah golongan minoritas


Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan tindakan akan yang merugikan orang banyak.


E. PROSES PERJALANAN PENYAKIT


Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain:


1) Fase Prodomal


ü Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun


ü Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.


2) Fase Aktif


ü Berlangsung kurang lebih 1 bulan


ü Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi


3) Fase Residual


ü Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.


F. TAHAPAN HALUSINASI DAN DELUSI YANG BIASA MENYERTAI GANGGUAN JIWA


Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain:


1. Tahap Comforting :


Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar


dari ancaman.


2. Tahap Condeming :


Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (Withdrawl)


3. Tahap Controling :


Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terusmenerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.


4. Tahap Conquering :


Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.


G. PSIKOPATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada susunan saraf pusat (otak) pasien skizofrenia? Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.


Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi di atas, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar