Pada saat
ini, kartu kredit sudah menjadi alat pembayaran yang cukup sering digunakan di
masyarakat. Namun demikian, banyak diantara pengguna kartu kredit yang terjebak
dalam pemakaiannya.
Sebetulnya, tak ada masalah dengan kartu kredit itu sendiri. Yang jadi masalah disini adalah kalau pemakaian kartu kredit itu tidak sesuai dengan apa yang sudah disarankan, bahkan oleh penerbit kartu kredit itu sendiri.
Sebetulnya, tak ada masalah dengan kartu kredit itu sendiri. Yang jadi masalah disini adalah kalau pemakaian kartu kredit itu tidak sesuai dengan apa yang sudah disarankan, bahkan oleh penerbit kartu kredit itu sendiri.
Sekarang,
apakah Anda adalah satu dari sekian orang yang punya masalah dengan pemakaian
kartu kredit? Untuk mengetahuinya, lihat apakah salah satu kondisi dibawah ini
mirip dengan keadaan Anda sekarang:
Saldo hutang kartu kredit Anda sudah
mendekati batas.
Anda selalu membayar tagihan kartu kredit
Anda dari uang yang seharusnya digunakan untuk tujuan lain.
Anda suka terlambat membayar tagihan.
Anda ditelepon oleh bank penerbit untuk
segera membayar tagihan, atau Anda didatangi oleh seorang yang ramah yang
berprofesi sebagai debt collector.
Anda menunda kunjungan ke dokter, menunda
pembelian pulsa isi ulang, menunda ini dan itu, semua hanya karena anggaran
keuangan Anda sangat ketat.
Bila Anda di-PHK atau kehilangan penghasilan,
maka Anda tidak akan bisa melunasi tagihan kartu kredit Anda. Jika salah satu
dari kondisi diatas mirip dengan apa yang Anda alami sekarang, maka bisa jadi
keuangan Anda sedang mengalami masalah yang sangat serius. Karena itu, saya akan
memberikan tiga langkah agar Anda bisa keluar dari hutang-hutang kartu kredit
itu.
LANGKAH 1 : BAYAR, BAYAR, BAYAR
LANGKAH 1 : BAYAR, BAYAR, BAYAR
Suatu
hari di bulan Januari lalu, seorang ibu muda bernama Tuti, 29 tahun, datang ke
tempat saya dengan membawa persoalannya. Sebagian besar yang ingin ia bicarakan
adalah masalah pengelolaan anggarannya, yaitu bagaimana mengatur pemasukan dan
pengeluarannya (ibu muda ini punya penghasilan tidak sampai Rp 2 juta). Setelah
itu, pembicaraan kami juga menyinggung mengenai masalah kartu kreditnya. Ia
punya tiga kartu kredit, yang masing-masing memiliki saldo hutangnya
sendiri-sendiri. Setiap bulan, ia biasa membayar minimum untuk masing-masing
tagihannya. Pada saat ini saldo hutangnya sebesar hampir Rp 1,5 juta.
"Apakah
pada saat ini Anda punya uang untuk membayar semua itu?"
"Maksud
Anda, bayar lunas, begitu?" tanyanya.
"Betul,
bayar lunas."
Tuti ragu
sebentar. "Yah, ada, sih.", katanya.
"Tapi?"
tanya saya.
"Tapi
itu."
"Tapi
apa?" tanya saya.
"Tapi
nggak seberapa."
"Oh,
ya?" kata saya sambil melihat lagi ke jumlah tagihannya. "Berapa uang
tunai yang Anda miliki sekarang?"
"Sekitar
Rp 1 juta. Itu juga untuk persediaan dana cadangan."
Saya
berpikir, kalau dia membayar tagihan kartu kreditnya dengan uang yang ada
sekarang, maka ia tidak akan punya sisa untuk persediaan dana cadangannya. Dana
cadangan sebesar Rp 1 juta saja tidak cukup besar, apalagi kalau uang itu masih
dipakai untuk membayar tagihan kartu kredit.
"Begini
saja" kata saya. Saya lalu mengambil sebuah kertas, dan membuat empat
kolom. Pada kolom pertama, saya memintanya menulis nama dari masing-masing bank
penerbit kartu kreditnya. Pada kolom kedua, saya minta ia untuk menulis jumlah
yang masih menjadi hutangnya pada setiap kartu. Pada kolom ketiga, saya minta
ia menulis berapa suku bunga yang dibebankan oleh masing-masing bank penerbit.
Di kolom keempat, saya memintanya menulis berapa pembayaran minimal yang harus
ia bayar pada setiap tagihan. Dibawah ini adalah hasilnya:
Bank Penerbit --- Saldo Hutang --- Suku Bunga ---
Jumlah Pembayaran Minimal
Bank A --------------- 529.100 --------------- 2,75% --------------- 52.910
Bank B --------------- 717.513 --------------- 2,50% --------------- 71.752
Bank C --------------- 203.000 --------------- 3,10% --------------- 50.000
Jumlah ------------ 1.449.613 -------------------------------------- 174.662
Bank A --------------- 529.100 --------------- 2,75% --------------- 52.910
Bank B --------------- 717.513 --------------- 2,50% --------------- 71.752
Bank C --------------- 203.000 --------------- 3,10% --------------- 50.000
Jumlah ------------ 1.449.613 -------------------------------------- 174.662
Pertama-tama, Anda bilang bahwa Anda tidak punya cukup uang untuk membayar tagihan ini secara lunas. Betul?"
"Betul."
"Kalau
begitu, kita akan mencicil saja," kata saya. "Berapa penghasilan Anda
setiap bulan?"
"Rp
1,8 juta per bulan."
"Oke.
Apa yang harus Anda lakukan sekarang adalah dengan menyisihkan jumlah uang
tertentu setiap bulan, untuk digunakan membayar Tagihan Kartu Anda. Tentunya,
jumlah itu harus lebih besar daripada jumlah yang harus Anda bayar untuk
pembayaran minimum Anda."
"Minimum
saya Rp 175 ribu."
"Kalau
begitu, Anda harus menyisihkan jumlah yang lebih besar dari pembayaran minimum
Anda. Ini supaya hutang Anda bisa cepat habis, sehingga Anda tidak akan terus
menerus terkena bunga. Bukan begitu?"
Tuti
mengangguk. Disini ia setuju dengan saya.
"Berapa
yang harus saya sisihkan setiap bulan?" tanyanya.
"Terserah
Anda," kata saya. "Dua ratus, tiga ratus, makin besar makin baik.
Tapi saran saya, coba saja Anda sisihkan sebesar 30 persen dari penghasilan
Anda."
Tuti
berpikir sebentar. "Penghasilan saya sekitar Rp 1,8 juta sebulan."
Saya
menghitung di kalkulator. "Tigapuluh persennya berarti Rp 540 ribu per
bulan"
"Hah!!???"
Tuti melongo.
"Besar
sekali. Masak sebesar itu yang harus saya sisihkan untuk membayar hutang?"
"Anda
mau cepat habis tidak hutangnya? Kalau hutang itu tidak cepat habis, Anda akan
terus kena bunga. Kuncinya disini adalah bahwa hutang Anda harus dibuat makin
kecil dan makin kecil."
Tuti
berpikir sebentar. "Okelah"
"Terus
bagaimana pembagiannya?" kata Tuti lagi. "Apa saya harus bagi uang Rp
540 ribu untuk membayar semua kartu secara sama besar?"
"Tidak,
Bu Tuti. Begini. " kata saya. "Pertama-tama, bayar semua kartu Anda
secara minimal."
Tuti
melihat lagi ke kertasnya. "Itu berarti, total adalah Rp 174.662."
"Betul.
Sekarang berapa sisanya? Rp 540.000 dikurang 174.662?"
Tuti
menghitung di kalkulatornya. "Rp 365.338"
"Oke
gunakan sisa uang Rp 365.338 itu untuk digunakan membayar kartu yang suku
bunganya paling besar."
"Lho
bukan yang saldo hutangnya paling besar?"
"Bukan,
Bu Tuti. Yang suku bunganya paling besar."
Tuti
menoleh ke kertasnya. Kartu yang suku bunganya paling besar adalah yang di Bank
C. Bunganya 3,10 persen per bulan.
"Kebanyakan
orang mengira bahwa prioritas pertama harus ditujukan ke kartu yang saldo
hutangnya paling besar. Sebetulnya tidak, prioritas pertama harus ditujukan ke
kartu yang men-charge suku bunga yang paling besar. Ini karena suku
bunga adalah biaya yang harus Anda bayar. Jadi, wajar kalau Anda membayar kartu
yang suku bunganya paling besar terlebih dahulu." Kata saya.
Tuti
berpikir sebentar.
"Tapi
kartu saya yang C ini saldo hutangnya adalah Rp 203.000. Padahal jatah sisa
uangnya tadi Rp 365 ribu"
"Masih
ada sisa berarti," kata saya.
"Dikemanain,
nih, sisanya?" tanyanya.
"Untuk
membayar kartu yang membebankan suku bunga besar berikutnya," kata saya.
Demikian pembaca. Tuti akhirnya bisa menghabiskan hutang kartu kreditnya dalam waktu empat bulan. Sebagai alternatif, bila Tuti ingin membayar kartu kreditnya secara penuh, ia juga bisa mencari aset lain yang ia miliki untuk bisa dijual, dan uangnya bisa digunakan untuk membayar hutang-hutangnya.
Jadi
pembaca, bayar tagihan kartu Anda secara lunas. Kalau Anda tidak punya uang,
cari aset apa yang bisa Anda jual untuk membayar tagihan itu. Ini karena
tagihan Anda akan berbunga, dan bunga itu akan berbunga lagi. Begitu
seterusnya. Semua aset yang Anda miliki harus digunakan untuk meringankan -
bahkan menghapus - hutang Anda. Bila Anda tidak bisa membayar tagihan Anda
secara lunas, maka anggarkan sekitar 30 persen dari penghasilan Anda setiap
bulan, dan gunakan itu untuk membayar tagihan kartu kredit Anda secara minimal,
dan gunakan sisanya untuk membayar kartu yang suku bunganya paling besar.
LANGKAH 2 : GALI LUBANG TUTUP LUBANG
LANGKAH 2 : GALI LUBANG TUTUP LUBANG
Bayar
tagihan Anda dengan mengambil hutang baru. Ini populer dengan sebutan
"gali lubang tutup lubang." "Wah, Pak Safir nggak bener
nih," begitu mungkin pikir Anda. "Masak saya harus nutup utang dengan
berhutang lagi pada yang lain," begitu pikir Anda lagi.
Saya
ingatkan disini bahwa tujuan strategi "gali lubang tutup lubang"
adalah untuk meringankan beban hutang Anda. Strategi ini tidak akan membuat
saldo hutang Anda berkurang, tapi meringankan beban bunga yang harus Anda
bayar. Jadi, strategi ini bisa digunakan tidak hanya dalam membayar hutang
kartu kredit, tetapi juga dalam hutang-hutang Anda yang lain. Strategi
"gali lubang tutup lubang" akan efektif asalkan ada dua syarat yang
terpenuhi:
1. Jumlah pinjaman Anda yang baru TIDAK LEBIH dari saldo
pinjaman Anda yang lama.
2. Suku bunga dari pinjaman Anda yang baru HARUS LEBIH
KECIL daripada suku bunga pinjaman yang saat ini sedang Anda bayar.
Lihat, gali lubang tutup lubang tidak selalu jelek, kan? Dengan memenuhi kedua syarat tersebut diatas, maka Anda bisa meringankan beban hutang Anda. Begitu juga dalam pemakaian kartu kredit.
Bagaimana
prakteknya dalam pembayaran kartu kredit Anda? Kalau Anda punya saldo hutang
kartu kredit, maka pada saat ini ada beberapa bank yang menawarkan jasa
pemindahan saldo hutang dengan suku bunga yang lebih kecil. Dimana disini Anda bisa
memindahkan saldo hutang kartu kredit Anda kepada bank tersebut, dan untuk
selanjutnya Anda cukup membayar tagihan itu dengan suku bunga yang lebih rendah
dibanding suku bunga pada kartu kredit Anda. Jadi, keuntungannya disini Anda
akan mendapatkan 'pemotongan' suku bunga. Lumayan, kan?
Tapi
harus diingat bahwa strategi ini adalah cuma solusi sementara, dimana tujuan
Anda adalah untuk meringankan beban hutang kartu Anda. Biar bagaimanapun, Anda
tetap perlu membayar tagihan hutang Anda. Dan perlu diperhatikan juga, supaya
jangan langsung percaya dengan suku bunga rendah yang ditawarkan oleh bank-bank
tersebut. Perhatikan dan baca baik-baik penawaran yang diberikan oleh bank
tersebut, sebelum Anda mengambil keputusan untuk memindahkan saldo hutang kartu
kredit Anda.
LANGKAH 3 : BAYAR SETIAP TAGIHAN DENGAN LUNAS, DAN ATUR PEMAKAIAN ANDA
LANGKAH 3 : BAYAR SETIAP TAGIHAN DENGAN LUNAS, DAN ATUR PEMAKAIAN ANDA
Disiplinkan
diri Anda. Pada saat tagihan datang, dan Anda memang memiliki uangnya, bayar
saja tagihan Anda secara lunas. Jangan biasakan tidak membayar tagihan Anda
secara lunas. Bila Anda tidak membayar tagihan kartu Anda secara lunas, maka
bunganya bisa 'membunuh' Anda pelan-pelan.
Ingat,
kartu kredit cuma sebuah cara untuk meminjam uang bank selama sekitar 25-30
hari. Setelah itu Anda tetap harus membayar secara tunai. Bila Anda bisa
membayar tagihannya secara lunas, bagus. Tapi bila tidak, maka akan lebih baik
bila Anda menghentikan dulu pemakaian kartu Anda.
Tambahan
lagi, kalau memang tidak kepepet sekali, jangan gunting kartu Anda. Ingat, ada
suatu saat dalam kehidupan Anda dimana Anda berada dalam keadaan darurat, dan
tidak punya uang tunai untuk membayar suatu transaksi. Mungkin malam-malam Anda
perlu pergi ke ruang Gawat Darurat di RS. Disini kartu kredit Anda bisa berguna
kalau Anda tidak membawa cukup uang tunai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar