Pada
dekade ini banyak data dan buku yang membahas tentang arti dan esensi
manusia. Itu semua mengindikasikan bahwa bahasan tentang manusia memang
sangat rumit dan menarik, sepanjang hidup dan sepanjang sejarahpun yang
namanya manusia tidak akan ada habisnya untuk di bahas. Sampai sekarang
manusia modern belum mampu menyimpulkan secara kolektif tentang arti
mengenai dirinya sendiri.
Jika pertanyaan manusia tidak terjawab dan
jika manusia tidak di mengerti dan didefinisikan secara meyakinkan maka
pendidikannya, betapapun modernnya tidak akan menghasilkan kesuksesan
yang sempurna dan bermanfaat yang sesungguhnya.
Apakah manusia itu…? Harus menjadi apakah ia..? apakah tujuan akhirnya dan
apakah kebutuhan-kebutuhannya..? ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus di pertimbangkan karena sangat berkorelasi dengan pendidikan
manusia, pembangunan ekonomi, social dan kulturnya. Masalah eksistensi
dan proses kemajuan manusi harus menjadi tujuan utama setiap peradaban
yang ingin membangun manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian
eksistensi proses kemajuan manusia harus ditentukan dan di analisa
sebelum masalah-masalah lainnya dan sebelum dorongan-dorongan yang
berkaitan dengan agama, ideology,filsafat dan politik.
Proses kemajuan manusia tergantung pada pada kemampuannya untuk melampaui
empat penjara atau empat kekuatan deterministic. Sebelum ia menjadi
manusia dalam arti yang sebenarnya (Insan). Ia terpenjara didalam empat
penjara. Hanya dengan membebaskan dirinya dari cengkraman
kekuatan^kekuatan ini sajalah ia dapat menjadi manusia dalam arti kata
yang sebenarnya.
Akan tetapi manusia dalam dimensi kedua adalah realitasnya, yaitu realitas
sebagai insan. Tipe manusia ini, berbeda dengan tipe umum, memiliki
karakteristik khusus yang berlainan antara orang satu dengan orang
lainnya sesuai dengan tingkatan realitas atau esensinya. Jadi bila kits
menyebut insan, kita tidak memaksudkannya sebagai penduduk dunia pada
umumnya – yakni tiga milyar makhluk berkaki dua yang sekarang hidup di
muka bumi.
Jadi tidak semua manusia adalah insan, namun mereka mempunyai
potensialitas untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari
kemanusiaan ini. Walaupun demikian setiap manusia mencapai taraf insan
dalam kehidupannya dalam batasbatas tertentu. Individu-individu tertentu
dapat bergerak ke arah taraf-taraf yang lebih tinggi dalam prows
menjadi insan. Bagaimanapun, kemanusiaan dapat dipandang sebagai terus
maju ke arah realitasnya.
Basyar adalah makhluk yang sekedar berada (being) Sedang insan adalah makhluk
yang men-jadi (becoming), yang terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Insan berbeda dari basyar dan fenomena lainnya karena is seorang
makhluk yang “menjadi”. Apakah arti dari pernyataan ini? Ini berarti
bahwa hanya manusia raja yang dapat “menjadi’ maju) dan bukan fenomena
lainnya di dalam Islam. Sebagai misal, semut dan serangga lainnya tidak
pernah dapat melampaui keadaannya atau eksistensinya; ia menggali lubang
dengan cara yang sama sebagaimana ia melakukannya 15 juta tahun yang
lampau di Afrika.
Tidak usah memandang di mana, kapan dan bagaimana,
semut selalu dalam keadaan yang sama, sudah begitu pasti dan tidak dapat
berubah-ubah. Manusia dalam keadaannya sebagai basyar juga tidak akan
mengalami perubahan; ia akan tetap menjadi makhluk berkaki dua yang
berjalan tegak di muka bumi. Secara demikian ia akan memiliki definisi
yang sama sepanjang zaman, terlepas dari di mana dan kapan saja. Suatu
gambaran yang menarik dari tipe manusia semacam ini dilukiskan dalam
suatu karya fiksi ilmiah.
Fiksi tersebut melukiskan tentang seorang sarjana besar dari planet bumi yang
berkunjung ke planet Mars. Setelah mendarat di Mars ia mulai melakukan
penyelidikan di sekitarnya dan menemukan jalan-jalan dan tempattempat
yang menarik. Suatu hari ketika ia berjalan-jalan ia memperhatikan
sebuah pengumuman di dinding suatu perguruan tinggi. Pengumuman itu
mengatakan bahwa seorang profesor planet Mars terkemuka, yang baru saja
mengunjungi planet bumi, akan memberikan kuliah istimewa tentang
makhluk-makhluk aneh yang ada di muka bumi. Si sarjana dari bumi lantas
ingin menghadiri kuliah tersebut untuk mendengar apa yang kiranya akan
dikatakan oleh sang profesor dari Mars tentang manusia.
Mula-mula ia menunjukkan bahwa terdapat bukti kuat untuk membuktikan adanya
kehidupan di atas bumi sebagaimana juga dinyatakan oleh sarjana-sarjana
Mars lainnya. Kemudian ia memulai pembicaraan dengan mengatakan bahwa
manusia adalah mahkluk yang cukup maju, sama sekali berlainan dari
makhluk-makhluk yang telah diketahui sebelumnya. la mengatakan walaupun
manusia sulit untuk dilukiskan, manusia dapat dibandingkan dengan sebuah
cerek bermata dua dengan empat pegangan. Makhluk yang bernama manusia
ini berlarian ke sana-ke mari di atas bumi. Makhluk-makhluk ini sangat
cepat dan kejam dan seringkali mempunyai nafsu dan mania yang aneh untuk
saling membunuh.
Kadang kala saya (sang profesor dari Mars)
memperhatikan sejumlah besar manusia dari berbagai bagian dunia berdiri
berhadap-hadapan dan berperang dengan kejam dan nafsu belas dendam.
Dilengkapi dengan persenjataan modern, manusia merobek-robek dan
mencincang lawannya dan senantiasa meninggalkan pemandangan yang sangat
mengerikan di belakang mereka. Mula-mula saya kira mereka berperang
karena berebut makanan, tetapi kemudian ketika saya melihat mereka yang
masih hidup meninggalkan medan peperangan tanpa memperdulikan
mayat-mayat yang telah disembelih, saya baru menyadari bahwa tindakan
membunuh itu sendiri yang nampaknya merupakan kepuasan bagi manusia.
Walaupun mereka tidak mempunyai alasan logis mengapa mereka harus saling
membunuh demikian kejam, mereka menghabiskan sebagian besar waktu,
energi dan bakat mereka untuk menciptakan perlengkapan dan peralatan
untuk membunuh dan memusnahkan lawan. Bila mereka telah selesai
membunuh, merampok, membakar, dan menghancurkan harta milik orang lain,
mereka lantas merayakan perbuatan mereka dengan kebanggaan dan
kebahagiaan. Mereka akan membaca puisi dan menyanyikan lagulagu heroik.
Sedangkan mengenai makanan, mereka bukanlah kanibal, sebagaimana saya katakan di
depan. Dengan alat-alat yang mencuat dari tubuhnya yang aneh, mereka
mengambil dan mengumpulkan bahan makanan yang enak dan segar, misalnya
buah-buahan yang segar dan harum, tanaman-tanaman yang berbau semerbak,
sayuran dan berbagai gandum serta beras. Daging yang mereka makan datang
dari hewan ternak maupun binatang buas. Kemudian mereka bawa
bahan-bahan makanan yang segar dan menyehatkan itu ke rumah mereka. Di
sana mereka kemudian meletakkan bahan makanan di atas ke dalam
panci-panci, dicampur dengan bumbu-bumbu yang rasanya aneh dan keras,
dimasak atau direbus, atau dipanggang, atau dididihkan atau dibakar di
atas api. Kemudian mereka akan menelan makanan-makanan itu ke dalam
perut mereka dengan lahapnya dan dengan nafsu besar.
Tetapi tidak lama
kemudian mereka jatuh sakit, menangis dan mengeluh. Namun mereka
mempunyai ahli-ahli yang dinamakan dokter yang siap mengambil
barang-barang menyakitkan dari perut mereka. Dokterdokter selalu sibuk
mengambil barang-barang tertentu dari tubuh mereka. Dokter-dokter adalah
sangat penting, karena selalu diperlukan. Kendatipun manusia nampak
sudah sangat maju dalam peradabannya, ia tetap merupakan makhluk yang
sering sakit dan malang karena menderita penyakitpenyakit dan musibah
yang aneh.
Ini adalah gambaran yang agak nista tentang manusia, tetapi ini adalah
gambaran atau definisi sebenarnya tentang apa yang kita maksud dengan
basyar. Bila kita pelajari sejarahnya, sejarah dari
perbuatan-perbuatannya yang nista, maka akan ternyata bahwa ia bahkan
merupakan makhluk yang lebih inferior, tidak jauh berbeda dari kera,
nenek moyangnya yang utama yang muncul dipermukaan bumi sekitar lima
puluh ribu tahun yang silam. Hanya pakaian, makanan dan tempat tinggal
serta senjatanya saja yang sudah berubah, bukan jenis-jenis maupun
kondisinya serta hakekatnya yang rendah. Gengis Khan yang memerintah
suatu suku yang buas, atau para kaisar masa lalu, yang menguasai
imperium dan peradaban besar, sesungguhnya tidak berbeda dari para
penguasa modern di dunia dewasa ini. Perbedaan satusatunya adalah bahwa
penguasa-penguasa masa dulu tidak memiliki persenjataan modern yang
ampuh, yaitu alat-alat dan metode pembunuhan massal dan pemusnahan
cepat, karena mereka memang hidup pada dunia yang belum maju.
Penguasa
masa lalu tidak ragu-ragu mengatakan bahwa mereka sengaja ingin
membunuh. Penguasa-penguasa modern yang berperadaban juga telah
melakukan pembunuhan, akan tetapi mereka menyatakan bahwa mereka
melaksanakannya demi perdamaian. Hanya retorika pidato, penipuan,
pengelabuan dan rasionalisasi sajalah yang telah berubah begitu halus,
tetapi esensi kemanusiaan ternyata sama saja. Dewasa ini kejahatan,
kepalsuan, kelancungan, pembunuhan sadisme dan kekejaman di muka bumi
tidak saja sama, tetapi malahan lebih banyak dari masa lampau. Semua ini
kelihatannya merupakan pengejawantahan basyar pada bentuknya yang sudah
begitu pasti, makhluk manusia dalam dimensi fisisnya yang tidak
berubah-ubah.
Akan tetapi manusia di dalam esensinya, sebagai suatu kebenaran yang tinggi,
terdiri dari kualitas-kualitas ideal dan luhur yang kita harus berusaha
mencapainya. Kualitaskualitas ini sayangnya, bagaimanapun juga, tidak
terdapat di dalam keadaan kita sebagai basyar; namun kita dapat
menciptakannya di dalam diri kita bersamaan dengan kemauan kita untuk
bergerak ke arah taraf men-jadi atau menyempurnakan. Men-jadi (becoming)
adalah bergerak, maju, mencari kesempurnaan, merindukan keabadian,
tidak pernah menghambat dan menghentikan proses terus-menerus ke arah
kesempurnaan. Ini harus menjadi azas melajunya kemanusiaan, yakni
senantiasa dalam proses mengalir.
Dalam ayat Qur’an “bahwa segala sesuatu kembali ke asalnya”, azas men-jadi
ini menunjukkan evolusi tanpa henti dari manusia ke arah Yang Tanpa
Batas. Kata “ilaihi” pada asalnya berarti kepadaNya, bukan di dalam-Nya.
Dan ini adalah gagasan pokok saya tentang men-jadi: yakni bergeraknya
manusia secara permanen ke arah Tuhan, ke arah Kesempurnaan Ideal.
Sedangkan sufisme yang menafsirkan ilaihi sebagai di dalamNya,
menyatakan bahwa manusia dapat menjangkau Tuhan.sebagaimana yang di
teriakkan oleh al-hallaj.
Tulisan ini dapat di simpulkan bahwa ada dua model manusia di alam semesta ini,
yaitu Manusia yang secara tekstual adalah Basyar (manusia secara umum)
dan Manusia dalam arti yang sebenarnya…yaitu manusia yang mempunyai
kapasitas dan kapabilitas melebihi dari potensi manusia yang
secara kodrati. (manusia yang hanya bisa makan,minum,tidur,melakukan
sex dan beranak pinak) yang sangat beda dengan manusia yang dalam arti
yang sebenar-benarnya (Insan) yaitu manusia mampu membaca hidup dan
mengerti akan hakikat dirinya serta mempunyai tujuan hidup jangka
panjang. (manusia yang dinamis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar