Selasa, 27 Desember 2011

ABASA (عَبَسَ = memasamkan muka)

‘Abasa (عَبَسَ) berasal dari ‘abasa (عَبَسَ) - ya‘bisu (يَعْبِسُ) - ‘absan (عَبْسًا) dan ‘abusan (عَبُوْسًا). Menurut Al-Asfahani di dalam Mu‘jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an, ‘abasa (عَبَسَ) berarti qutubul-wajhi min daiqis-sadri (قُطُوْبُ الْوَجْهِ مِنْ ضَيْقِ الصَّدْرِ = bersungut-sungut, memasamkan muka karena sempit dada). Di dalam Alquran kata itu disebut tiga kali, dua kali di dalam bentuk ‘abasa (عَبَسَ) (S. Al-Muddatstsir [74]: 22) dan satu kali di dalam bentuk ‘abusan(عَبُوْسً).


Kata ‘abasa (عَبَسَ) yang pertama terdapat di dalam (S. Al-Muddatstsir [74]: 22), tsumma ‘abasa wa basara (ثُمَّ عَبَسَ وَبَصَرَ = kemudian ia bermasam muka dan memberengut). Ayat itu memberi penjelasan tentang sikap orang kafir yang dalam hal ini adalah Al-Walid bin Al-Mugirah (ayah dari Khalid bin Walid). Ia pernah mendengar Nabi saw. membaca Alquran dan ia ingin mencela serta mencari kelemahannya, tetapi ia tidak berhasil sehingga mukanya cemberut dan masam.


Kata ‘abasa (عَبَسَ)  yang kedua terdapat di dalam S. ‘Abasa (80): 1, ‘abasa wa tawalla an ja’ahu al-a‘ma (عَبَسَ وَتَوَلَّى أَنْ جَاءَهُ الأَعْمَى = masam mukanya dan dia berpaling karena telah datang kepadanya seorang buta). Kata itu kemudian menjadi nama surat tersebut.


Menurut sementara mufasir, ayat ini turun sehubungan dengan kedatangan seorang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum, anak paman Siti Khadijah, kepada Nabi saw. ketika beliau sedang sibuk berdakwah kepada para pembesar Quraisy Mekah yang sangat diharapkannya dapat menerima Islam sehingga membawa pengaruh besar terhadap pengislaman masyarakat secara umum. Abdullah bin Ummi Maktum yang tidak melihat pemuka-pemuka tersebut berulang-ulang berkata, “Ya Rasulullah, bacakan dan ajarkan kepadaku apa-apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.” Itu benar-benar mengganggu Nabi sehingga beliau berpaling dan bermuka masam. Sikap Nabi Saw. yang demikian itu mendapat teguran dari Allah Swt.


As-Sayuti di dalam Ad-Dur al-Mantsur mengatakan bahwa secara lahiriah ayat itu tidak menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah Nabi Saw., tetapi hanya kabar semata-mata dan tidak jelas siapa yang dikabarkannya. Namun, yang jelas orang itu bukan Nabi Saw. karena bermasam muka bukanlah sifat Nabi Saw., baik terhadap musuh apalagi terhadap orang mukmin yang sudah mendapat petunjuk.


Kata ‘abusan (عَبُوْسًا =  bermasam muka) di dalam S. Al-Insan (76): 10 merujuk pada sikap orang yang ketakutan pada hari kiamat, karena pada hari itu Allah menunjukkan kemurkaannya terhadap orang-orang yang berdosa dan berbuat jahat. Ayat itu berkaitan dengan orang-orang yang berbuat kebajikan dan sangat takut akan azab Tuhan yang akan terjadi nanti pada suatu saat, di mana orang-orang bermuka masam karena banyaknya kesukaran yang mereka alami. (Nurbaiti Dahlan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar