Sabtu, 31 Desember 2011

Harta Adalah Amanah dan Ujian

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS Al-Munaafiquun [63] : 9)


Tidak dapat kita bantah bahwa harta merupakan salah satu pangkal kehidupan. Dasar asasi bagi segala rupa pekerjaan dan penegak keutuhan rumah tangga. Di dalam cara mencarinya hendaklah tetap berpegang pada prinsip kebenaran agar kita tidak jatuh pada kesesatan, hati dan aqidah tetap terbentengi dengan kebaikan. Sadarilah, harta benda, kedudukan dan kesempatan yang kita miliki adalah amanat Allah yang wajib kita pelihara dan kita tunaikan dengan baik.

Muhammad Mahdi An-Naraqi dalam “Jami’us Sa’adah” menulis: “Penyakit dunia yang paling parah yang berkaitan dengan potensi syahwat adalah harta.” Karena itu orang yang rakus membutuhkan harta dan tidak merasa puas suatu ketika ia akan mencapai tingkat kefakiran dan tingkat pelampauan batas, yang akibatnya akan sangat merugikan. Ia tidak dapat memisahkan antara faidah dan penyakit. Bahkan ia tak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukannya, sehingga ketika kehilangan hartanya, ia menduduki sifat kefakiran, dan ketika mendapatkannya ia menduduki sifat kaya.

Dengan dua keadaan ini ia mendapat ujian. Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan tentang tercelanya harta serta kehinaan mencintainya secara berlebihan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al-Munaafiquun [63] : 9). Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS Al-Anfaal [8] : 28).

Tepat apa yang dikatakan oleh seorang bijak: “Harta itu seperti ular yang di dalamnya ada racun penawar. Yang berbahaya adalah racunnya dan yang berfaidah adalah penawarnya. Barangsiapa yang mengetahui keduanya akan dapat menyelamatkan diri dari keburukannya dan dapat mengambil manfaat serta kebaikannya. Manusia baik secara pribadi, keluarga, ataupun masyarakat, walaupun dapat meraih apa yang diinginkannya tetapi ketika cara mendapatkannya tidak sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, maka pasti akan mengalami kehancuran. Jiwa tidak merasa terpuaskan. Hidup selalu dihantui rasa takut yang menggelisahkan. Itulah orang-orang yang menjadikan harta dunia sebagai Tuhan.

Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilah (Tuhan)-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS Al- Jaatsiyah [45] : 23).

Ketahuilah sahabat, bila kita secara individu maupun masyarakat terlalu berlebihan memberikan prioritas pada urusan materi (harta), tidak mungkin cenderung kepada moralitas yang menuntut ketaatan sepenuhnya pada hukum-hukum kehidupan yang telah digariskan. Orang yang mengesampingkan segala urusan selain uang dan uang dalam perjuangan hari-harinya, tidak dapat berpegang pada etika keadilan dan kebenaran, dan cenderung pada kesalahan. Catatlah dalam hati bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan. Buah dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta (dunia) akan membawa pelakunya pada beberapa keadaan, di antaranya adalah:

1. Mencintainya akan mengakibatkan mengagungkannya.
2. Mencintainya akan menyibukkan kehidupannya, hingga lalai terhadap kewajibannya.
3. Pecinta dunia akan mendapat azab yang berat dan disiksa di tiga negeri, yaitu: di alam dunia ia diazab dengan kerja keras untuk mendapatkannya; di alam barzakh ia diazab dengan perpisahan dari apa yang dicintainya; dan di alam akhirat ia akan diazab untuk mempertanggungjawabkan tentang dunia yang dimilikinya.

Hanya kepada Allah sajalah kita mohon perlindungan. Dia-lah yang tidak ada kekuasaan melebihi kekuasaan- Nya. Tidak ada yang mampu menghancurkan apa yang telah dibangun-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi petunjuk bagi siapa yang telah disesatkan-Nya. Kepada-Nya-lah kembali segala apa yang diciptakan-Nya.

Ya Allah pemilik seruan yang sempurna, peneguh hati yang kerap terlena. Janganlah Engkau biarkan hati kami terlena oleh rayuan dunia yang fana. Mudahkan diri ini untuk selalu mensyukuri setiap kenikmatan yang kami terima. Hindarkan diri kami Ya Rabb dari orang-orang yang selalu berbuat durjana. Kuatkan diri kami untuk selalu melakukan perbuatan yang mulia. Janganlah Engkau campakkan kami menjadi hamba-hamba yang terhina.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar