“Kelebihan orang berpikir yang beriman adalah bagaimana
ia mampu memanfaatkan potensi dirinya untuk keutamaan sesama dan memaksimalkan
kesabarannya ketika menghadapi ujian.”
Tuhan
menciptakan manusia untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan, bukan untuk meraih
kegagalan. Untuk itu manusia dianugerahi berbagai potensi luar biasa yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya. Pertanyaannya, kalau sukses adalah fitrah kita
mengapa kenyataannya masih banyak manusia yang hidup dalam berbagai kesulitan ?
Mengapa banyak yang hidup jauh dari apa yang disebut dengan kesuksesan dan
kemuliaan ? Bukankah seharusnya hidup kita serba berkelimpahan, serba
berkecukupan, penuh kemudahan, kebahagiaan dan hidup mulia? Tetapi mengapa
kenyataannya tidak selalu demikian?
Mohon
dipahami bahwa fitrah manusia merupakan pemberian khusus Allah kepada setiap
manusia yang menyertai proses kelahirannya di dunia. Fitrah ini merupakan unsur
“lahut” atau ke-Tuhanan yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Namun,
dalam perjalanan hidupnya sehari-hari, banyak manusia yang berjalan menjauhi
fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya. Mereka mengotori sendiri
unsur ke-Tuhanan atau “lahut” yang mahasuci itu, melalui berbagai perbuatannya
sendiri yang menyimpang dari syariat yang ditetapkan Tuhan. Itulah mengapa
banyak manusia yang semakin jauh dari fitrahnya.
Bagaimana
agar kita dapat meraih kembali hak “illahiah” kita sebagai sebaik-baik makhluk
ciptaan-Nya ? Kuncinya adalah kembali pada jati diri kita yang fitri dan suci.
Kembali pada kesadaran akan fitrah kita sebagai makhluk spiritual murni yang suci akan mendorong kita untuk terus beramal
saleh dan mendatangkan sikap hidup yang aman dan amanah.
Kita
perlu memahami bahwa insan sukses mulia adalah mereka yang dapat memberdayakan
segenap potensi kecerdasan yang ada dalam dirinya secara seimbang. Yakni
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kekuatan
fisiknya yang sempurna. Dengan kembali kepada fitrah secara
individual-personal, kita dapat meningkatkan berbagai kecerdasan yang ada dalam
diri kita dan memberdayakannya untuk meningkatkan hubungan kita dengan Allah
Swt atau “habl min Allah” dan hubungan kita dengan sesama atau “habl min
al-nas”. Inilah prinsip keseimbangan hidup yang dapat melahirkan pribadi unggul
dan beriman dalam kehidupan.
”Tuhan telah menganugerahkan mukjizat luar biasa dalam
diri kita. Maka kenali dan temukanlah cara-cara untuk mengembangkan mukjizat
dalam diri kita agar menjadi keunggulan dalam kehidupan.”
Kebermaknaan
hidup kita bukan diukur dari apa yang kita dapatkan, melainkan nilai hidup kita
diukur dari sejauh mana kita mampu mengembangkan potensi kemampuan diri untuk
memberikan manfaat bagi sesama kehidupan. Sebagaimana dinasihatkan Rasulullah
SAW dalam salah satu hadits, “Khairunnas anfa’uhum linnas” atau “sebaik-baik di
antaramu adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain”. Maka lebih baik bercita-citalah yang tinggi dan berpikiran maju, karena
setiap langkah kita di muka bumi ini haruslah langkah-langkah bagi kemajuan dan
kesejahteraan.
Penuhi
takdir terbaik kita sebagai sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya. Landasi dengan
niat yang lurus dan cara yang sesuai dengan tuntunan-Nya. Jika ini yang kita
lakukan, yakinlah pada akhirnya setiap aktivitas kehidupan kita akan
mendekatkan kita menjadi orang-orang pilihan dalam pandangan-Nya. Lebih
lengkapnya, temukan inspirasinya dalam buku Life Balance Ways, karya Eko Jalu
Santoso yang diterbitkan Elex Media Komputindo. Salam Mulia !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar