Kata banyak orang, “Kalau mau sukses, harus produktif,” dan “kalau mau produktif, harus kerja keras.”
Kerja
keras hampir selalu identik dengan kesibukan yang super padat,
telepon genggam yang selalu berdering setiap saat, dan mengerjakan
setumpuk dokumen yang tak kunjung selesai. Benarkah demikian?
Saya
melihat bahwa ada perbedaan antara SIBUK dengan PRODUKTIF. Seseorang
yang sibuk biasanya dianggap sebagai pekerja yang produktif. Padahal,
kalau kita jeli melihat, seseorang bisa saja sangat sibuk, namun tidak
produktif. Di mana bedanya?
Bagi saya, PRODUKTIF adalah ketika
kita mengerjakan sesuatu yang menciptakan nilai (value). Nilai di
sini bisa berupa manfaat, uang, makna, dan hasil positif lainnya.
Sementara SIBUK akan selalu menghabiskan waktu, tenaga, dan upaya,
namun tidak selalu menciptakan nilai, makna, manfaat, ataupun uang.
3 Sumber Daya Yang Tidak Sama Dihargai
Kita sebenarnya punya 3 sumber daya yang berharga untuk menunjang hidup kita: (1) uang, (2) waktu luang, dan (3) kebebasan.
Saat
ini kita cenderung hidup dalam masa di mana uang dianggap sebagai
sumber daya yang paling utama dan paling diperhatikan sebagai pusat
motivasi untuk kita bekerja. Pada saat yang sama, kita cenderung tidak
menghargai waktu luang dan kebebasan dengan nilai yang sama utamanya
dengan uang. Ketika seseorang meminta waktu kita, misalnya, tentu
kita jauh lebih mudah mengabulkan permintaan tersebut dibanding
seandainya seseorang meminta uang kita.
Kalau kita memulai
kesadaran tentang berharganya ketiga sumber daya ini, maka kita bisa
juga merintis pola hidup dan bekerja yang baru. Dan, lebih
menyenangkan.
Saya menyebutnya sebagai: PRODUKTIF tanpa SIBUK.
Sistem Produktivitas Pribadi
Tony
Buzan, seorang pakar tentang otak, kecerdasan, dan kreativitas,
pernah mengajukan pertanyaan yang menarik, yang cukup menggugah saya
untuk meragukan efektivitas pendidikan formal: “Seandainya Anda adalah
seorang Dewa Pendidikan, yang berkuasa atas bagaimana sekolah-sekolah
menyusun kurikulumnya. Mana yang akan diajarkan terlebih dahulu? A.
Berbagai pelajaran sekolah yang penting bagi kehidupan, seperti
matematika, ekonomi, dll, atau B. Bagaimana cara belajar dan menggunakan
otak kita agar mampu menyerap berbagai proses belajar?”
Bagi
saya secara logis, jawaban yang benar adalah B dahulu baru A. Namun
Tony Buzan juga bilang bahwa sebagian besar kurikulum pendidikan
formal di dunia, tidak terlebih dahulu mengajarkan cara menggunakan
perangkat keras (hardware) utama kita yaitu otak, malah
cenderung langsung memberikan berbagai pelajaran, dari mulai yang
bersifat hafalan hingga yang menggunakan logika.
Saya setuju
dengan pendekatan bahwa kita perlu belajar bagaimana cara belajar
dahulu, sebelum kita belajar tentang berbagai mata pelajaran.
Demikian
pula dalam bekerja, bila yang dituju adalah efektivitas, efisiensi
dan produktivitas, maka penting untuk mempelajari dahulu bagaimana
cara dan sistem bekerja yang baik, sebelum mempelajari bidang
pekerjaan kita sesuai deskripsi kerjanya. Untuk itu, saya pun lantas
mengumpulkan berbagai tips dan pengalaman dari berbagai pakar
produktivitas, dan saya bereksperimen dengan berbagai sistem bekerja.
Terus
terang, sebagian metode terasa terlalu rumit. Saya suka sistem yang
sederhana tapi ampuh. Dan dari pengalaman tersebut, berikut saya
sajikan beberapa hal yang saya praktekkan, dan mampu melesatkan
produktivitas saya. Tanpa saya menjadi super sibuk.
Keampuhan Tulis Tangan
Di
tengah era serba teknologi ini, saya mengalami bahwa ternyata kembali
memanfaatkan menulis tangan membantu saya untuk memisahkan berbagai
distraksi elektronik, dan justru bisa memfokuskan energi dan perhatian
lebih baik.
Sebutlah sistem ini sebagai “sistem pena dan notes”.
Bilamana Anda akan menggunakan sistem ini, pena dan notes tersebut
akan digunakan untuk 3 buah kegiatan:
1. Menangkap Ide
Bawalah
pena dan notes ini kemana pun Anda pergi, setiap saat. Berbagai ide
cemerlang serta bermacam hal penting yang sering terlupakan, biasanya
muncul di pikiran secara tak terduga, sekilas, dan sepintas. Dengan
ini, Anda bisa menangkapnya dengan segera dan tidak harus mengandalkan
otak untuk mengingat-ingatnya kembali.
2. Membuat Daftar Tugas – Lengkap
Segera
ketika tiba di rumah/kantor, pindahkan berbagai tugas dan ide yang
perlu Anda tindaklanjuti ke sebuah daftar besar, katakanlah namanya
“Daftar Tugas – Lengkap”. PERINGATAN: jangan sekali-kali bekerja langsung berdasarkan daftar ini kalau Anda tidak ingin terjebak jadi “Produktif Super Sibuk”.
3. Membuat Daftar Tugas – Harian
Setiap
hari, tuliskan TUGAS TERPENTING hari ini. Cukup 1-3 tugas saja yang
Anda ambil dari Daftar Tugas – Lengkap. Daftar baru yang berisi 3 TT
(Tugas Terpenting) ini kita sebut “Daftar Tugas – Harian”. Bagaimana
menentukan mana 1-3 Tugas Terpenting? Pilih berdasarkan mana yang
paling mempengaruhi produktivitas, kepuasan hati, dan kebahagiaan
Anda secara signifikan. Bila dalam satu hari Anda berhasil
menyelesaikan 1-3 tugas ini, tentu waktu luang sisanya bisa Anda
gunakan untuk menikmati hidup, atau melanjutkan tugas terpenting
selanjutnya yang ada dalam Daftar Tugas – Lengkap.
Penting vs. Tidak Penting
- Dahulukan di Awal Hari – Setiap hari, dahulukan awal hari Anda untuk mengerjakan 1-3 Tugas Terpenting yang ada di dalam Daftar Tugas – Harian Anda. Sisihkan waktu 30 menit hingga 2 jam di awal hari, untuk menyelesaikan ini terlebih dahulu sebelum melakukan yang lain.
- Distraksi – Matikan berbagai pengalih perhatian. Salah satu tip paling produktif bagi saya adalah: putuskan sambungan Anda ke internet bila sedang bekerja. Hanya sambungkan diri bila memang sedang perlu memakainya. Percayalah, godaan terlalu kuat dari bawah sadar akan menyebabkan kebocoran efisiensi yang luar biasa. Matikan dahulu internet, e-mail, facebook, chat, browser, dan koneksi Blackberry Anda saat mengerjakan Daftar Tugas – Harian.
- Meeting – Sebisa mungkin, hindari rapat dan pertemuan yang tidak perlu. Begitu banyak waktu terbuang dalam berbagai rapat yang tidak produktif. Bila mungkin, koordinasikan pekerjaan Anda via e-mail dan telepon. Bila harus meeting, sebelumnya agenda rapat sudah harus diterima semua pihak, dan pastikan ada rencana tindak lanjut yang jelas bagi setiap pihak.
- Delegasi – lihat kembali Daftar Tugas – Lengkap Anda, dan delegasikan berbagai hal yang bisa dipercayai kepada orang lain agar Anda lebih mampu mengelola waktu dan energi Anda.
- Otomatisasi – gunakan voicemail, website, blog untuk menampilkan informasi yang cenderung berulang dalam profesi Anda. Sebagai contoh, saya tidak pernah lagi memberikan penjelasan tentang terapi Penyembuhan Holistik serta bagaimana caranya membuat janji terapi, karena semua informasi serta prosedur pendaftaran pasien/klien sudah lengkap tersedia di website. Mudah, kan? Coba pikirkan ide yang serupa dalam profesi Anda masing-masing
Menyeimbangkan Kerja & Bermain
- Mencontreng – setiap tugas yang Anda selesaikan dalam daftar, langsung bubuhkan tanda contreng di sebelahnya. Ini akan memperkuat rasa produktif dalam diri sepanjang hari, dan juga di akhir hari ketika Anda mengingat kembali hari Anda.
- Formula 30/10 – ini sangat berguna bagi saya pribadi. Saya setel timer di komputer saya sehingga saya bekerja dengan fokus penuh selama 30 menit, setelah itu saya berikan diri saya hadiah 10 menit (untuk bermain internet, browsing, cek email, meditasi, baca buku, dll).
- Waktu Khusus – Anda tidak selalu harus terhubung ke internet 24 jam, kan? Memang bagi kita yang memang hobi, itu adalah ide yang menyenangkan. Namun itu jugalah salah satu sumber kebocoran produktivitas. Anda bisa jadwalkan waktu-waktu tertentu sepanjang hari di mana Anda memang berkutat dengan e-mail, YM, facebook, browser, dll.
- Kosongkan Inbox dan Istirahatkan Pikiran – Demi kesehatan mental dan komputer Anda, setiap saat kosongkan inbox e-mail Anda dengan folder terpisah antara (1) Hapus, (2) Langsung Reply, (3) Arsip, dan (4) Follow Up. Demi kesehatan lahir batin Anda, luangkan waktu untuk melatih 7 jenis meditasi di tempat kerja yang sudah kita bahas sebelumnya di sini agar Anda merawat energi dan keselarasan diri untuk tetap kreatif dan produktif.
Pengaruh Kepribadian dan Kebiasaan
Dalam kehidupan, kita menemukan berbagai pola perilaku kerja yang dekat sekali dengan kepribadian manusia yang bersangkutan.
Mereka
yang hidup serba terencana, detail, dan menulis segalanya, biasanya
sangat produktif, tetapi juga sangat sibuk. Di satu sisi mereka
menghasilkan banyak uang, tetapi di sisi lain sangat kekurangan waktu
luang dan kebebasan.
Mereka yang hidup serba mengalir, tanpa
rencana, dan tak menulis tugas terpentingnya, biasanya sangat
menikmati hidup. Mereka tidak sibuk karena punya banyak waktu luang
dan kebebasan, tetapi tidak jarang menjadi kurang produktif dalam
menciptakan nilai, nafkah, dan makna hidup.
Bagi saya pribadi,
sistem ini memberikan keseimbangan antara kebutuhan saya untuk
menghasilkan uang, waktu luang, dan kebebasan. Sistem yang tetap
produktif, tanpa harus jadi super sibuk.
Tentunya saran-saran di
sini tidak selalu sesuai dengan setiap profesi dan bidang pekerjaan.
Saya bukan penganut perubahan besar dan ekstrem. Bagaimana kalau Anda
memulai dulu dengan satu ide yang menarik bagi Anda, dan dengan setia
menggunakannya selama satu bulan, lalu menambah satu ide lagi di
bulan berikutnya?
Semua ini bisa Anda aplikasikan tentu bila Anda
punya semangat yang mendasari profesi dan pekerjaan Anda. Menemukan
cinta terhadap pekerjaan Anda adalah bahan bakar yang esensial untuk
bergerak menuju “Produktif tanpa Sibuk”.
Menghargai Produktivitas, Bukan Kesibukan
Saya
teringat bagaimana di masyarakat, produktivitas dan kesuksesan
seseorang sering sekali dinilai berdasarkan seberapa sibuk dia bekerja.
Saya
mendambakan, demi kewarasan dan kesehatan kita bersama, kita bisa
melonggarkan apresiasi berlebih terhadap kesibukan dan mulai lebih
memperhatikan produktivitas serta keselarasan hidup.
Maukah Anda membantu saya merintis kesadaran ini, cukup dengan memulainya pada kehidupan Anda sendiri?
Selamat berlatih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar