“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah
semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, Padahal mereka telah
melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.”
QS. Al-Mujadilah [58]:6.
QS. Al-Mujadilah [58]:6.
Apa itu Muhasabah
Menurut bahasa, muhasabah berasal dari bentuk
kata kerja haasaba yuhaasibu diambil dari haasiba, hasibtusy-syai-a, ahsibuhu
husbaanan, dan hisaaban, artinya apabila engkau menghitungnya; hisab dan
muhasabah artinya bila engkau menghitung sesuatu.
Menurut bahasa arti muhasabah sama dengan
intropeksi, yaitu hadirnya sebuah kesadaran untuk melihat keadaan diri. Istilah
yang lain adalah menghitung-hitung keburukan aib diri sendiri, merenunginya,
dan terus mencoba melakukan perubahan sikap dan prilaku kearah yang lebih baik.
Kenapa Kita Harus Bermuhasabah
Sahabat, perjalanan hidup manusia melaju dengan
cepat menuju Allah. Hendaklah kita selalu mengadakan perhitungan untung rugi
(muhasabah) dari apa yang kita kerjakan. Sebab setiap gerak dari kehidupan kita
tak satupun yang luput dari penglihatan Allah. Dalam menjalani kehidupan,
betapa seringnya kita tertipu dan menipu diri sendiri, kita mengira bahwa kita
diam, sedangkan waktu terus berjalan. Kita mengira telah berbuat baik, padahal
ternyata hanyalah patamorgana. Hidup adalah perjalanan, meniti detik ke jam,
menata hari ke pekan, melewati pekan menuju bulan. Dan akhirnya tahunpun
berganti.
Sebuah proses dalam mengisi ruang yang telah
Allah sediakan dan juga Allah tentukan. Dalam satu hari, perjalanan waktu
menyisakan banyak peristiwa, dan setiap orang berbeda-beda dalam meninggalkan
jejak. Ada yang meninggalkan jejak kebaikan dan tidak sedikit orang yang
meninggalkan jejak keburukan.
Setiap peristiwa pun berbeda pula corak dan
ragamnya, sesuai dengan jejak yang ditinggalkannya. Beruntunglah orang yang
telah menorehkan tinta kebaikan dan kemudian orang-orang sesudahnya mengikuti
jejak kebaikannya. Ia bukan hanya mendapat tambahan pahala tetapi namanya tetap
harum betapapun waktu telah berganti masa. Dan merugilah orang yang
meninggalkan jejak keburukan, karena ia bukan saja tidak mendapat tempat dihati
manusia sesudahnya, tetapi juga tak mendapat kebahagiaan di akhiratnya.Maka
dalam pergantian hari dan waktu yang terlewati amatlah rugi jika kita tidak
mengingatnya kembali. Paling tidak jedalah sesat untuk memikirkan langkah
berikut agar tidak terlalu banyak kesalahan berikutnya.
Intropeksilah sesaat sebelum melangkah dan
sesaat setelah melangkah. Karena setiap langkah yang terayun, setiap hari yang
terlewat dan setiap nafas yang menghembus kelak Allah akan di mintai
pertanggung jawaban di akhirat. Allah berfirman:
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?.Qs.Al-Qiyamah [75];36
Dalam ayat dan surah yang lain Allah juga
berfirman:
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada kami?.(Qs. Al-Mu’minun [23]:115)
Renungkan dua ayat diatas dengan jelas,
mengingatkan agar kita tidak main-main dan selalu berbenah diri. Agar kelak di
hari pertanggung jawaban (akhirat) kita tidak menjadi orangorang yang menyesal.
Urgensi Muhasabah
Muhasabah (introspeksi) adalah masalah yang
sangat penting, karena tanpa intropeksi jiwa manusia tidak akan menjadi baik.
Dan ia adalah jalan yang di tempuh oleh orang-orang mukmin, ciri khas para ahli
tauhid dan pertanda orang-orang yang khusu’.
Bermuhasabah akan menuntun kita kearah taubat
kepada Allah. “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya. (Qs. Al-A’raf [7]:201).
Beberapa hal yang menjadi alasan kenapa kita
harus bermuhasabah (introspeksi) diri:
1. Karena ada kehidupan kekal setelah dunia Kita
hidup bukan hanya sekedar hidup tetapi untuk yang Maha Hidup. Dan kita ada
bukan hanya sebatas ada. Maka aturan main dalam hidup harus sesuai dengan
aturan yang menciptakan hidup, Dialah Allah Swt.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Swt. Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah
kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka
lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hasyr
[59]:18-19).
Ayat ini mengisyaratkan pentingnya memperhatikan
apa yang sudah kita perbuat untuk kehidupan hari esok (akhirat). Artinya; apa
yang kita lakukan di dunia ini semata-mata bukan untuk kepentingan sesaat,
tetapi harus berorientasi pada kehidupan yang abadi. Karena pada hakekatnya
manusia diciptakan oleh Allah untuk sebuah kekekalan (akhirat), bukan untuk
kesementaraan (dunia). Dan adapun dunia tempat kita hari ini, hanyalah
persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian.
2. Karena adanya keharusan berserah diri sebelum
datang azab Penyesalan selalu ada di belakang hari dan kita tidak akan bisa
kembali seperti awal kita melangkah. Maka agar jangan timbul penyesalan
dibelakang hari, ada baiknya kita ini bangunkan kesadaran setelah sekian lama
terlelap dalam keterlenaan dan kehinaan. Kembalilah kepada Allah, menyesalah,
beristighfarlah, bertaubatlah:
“Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). QS. Az- Zumar [39]:54).
Dunia adalah tempat mengumpulkan bekal dan
akhirat adalah tempat menerima balasan.
3. Karena segala amalan akan di perlihatkan Oleh
Allah Jika kehidupan kita seperti hewan, bersalah sebanyak apapun tidak di
catat sebagai dosa. Maka bolehlah kita melakukan apa saja yang kita mau. Tetapi
ketahuilah, kita baru niat saja Allah sudah tahu, apalagi berbuat. Dan repotnya
lagi segala perbuatan kita kelak akan diperlihatkan oleh Allah di hari
pembalasan, bahkan waktu itu kita sudah melupakannya. Perhatikan ayat-ayat
Allah yang merupakan kebenaran pasti tentang tersingkapnya semua perbuatan kita
di hari pembalasan nanti:
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, Padahal mereka telah melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. QS. Al-Mujadilah [58]: 6.
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya
dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. QS.
Al-Zalzalah [99]: 6-8.
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian
masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS.
Al-Baqarah [2];281.
“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat
orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan
mereka berkata: “Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan
yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan
mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak
Menganiaya seorang juapun”. QS. Al-Kahfi [18];49
4. Karena adanya peringatan Allah akan siksa-Nya
Salah satu fungsi Al-Quran adalah memberi peringatan (Nadziro), disamping
memberi kabar gembira (Basyiro). Peringatan untuk orang-orang yang durhaka,
mereka akan mendapatkan azab dan neraka adalah sebagai tempat kediamannya. Juga
kabar gembira buat orang-orang yang beriman dan bertaqwa bahwa mereka akan
mendapat kesenangan, dan surga adalah balasannya.
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati
segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah
dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang
jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Qs. Ali Imran [3]; 30.
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal (nya).
Qs. An-Naazi’aat [79];37-
Bagaimana Cara Bermuhasabah
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan tentang cara-cara
bermuhasabah. Beliau katakan sebagai berikut:
1. Di mulai dengan menghisab diri dari
amalan-amalan yang fardhu, jika ada kekurangan maka di lengkapi.
2. Menghisab diri dari amalan-amalan yang di
larang Allah, jika ada amalan terlarang yang pernah di kerjakan, maka segera
bertaubat, perbanyak istighfar, perbanyak amalanamalan kebaikan karena ia akan
menghapus kejelekan.
3. Menghisab diri atas tingkah laku gerakan
anggota badan, ucapan lisan, langkah kaki, sentuhan dan pukulan, kenapa dan
karena siapa serta bagaimana semua itu di kerjakan?.
Tiga komponen di atas menjadi prioritas utama
saat kita memulai mengoreksi diri. Dan itu merupakan pangkal semua kebaikan.
Macam-macam Muhasabah
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa muhasabah
(intropeksi) ada dua macam.
Pertama Muhasabatun Nafs sebelum berbuat dan kedua; Muhasabatun Nafs sesudah berbuat.
Pertama Muhasabatun Nafs sebelum berbuat dan kedua; Muhasabatun Nafs sesudah berbuat.
1. Muhasabatun Nafs sebelum berbuat (beramal).
Ialah sikap seorang hamba ketika akan melakukan sesuatu, dia tidak bergegas
melakukannya sehingga menjadi jelas baginya, bahwa yang dilakukannya adalah
lebih tepat atau lebih baik ketimbang meninggalkannya.
Ada empat tahapan perenungan dalam mengintropeksi diri sebelum berbuat:
a. Apakah perbuatan yang akan di lakukan dapat di kuasainya atau tidak.
Ada empat tahapan perenungan dalam mengintropeksi diri sebelum berbuat:
a. Apakah perbuatan yang akan di lakukan dapat di kuasainya atau tidak.
b. Apakah melakukannya lebih baik dari pada
meninggalkannya.
c. Apakah dia melakukannya karena Allah atau
bukan.
d. Apakah sarana yang dapat membantunya untuk
merealisasikannya.
Muhasabah jenis pertama ini dimulai dari tahapan pemikiran, kehendak dan tekad. Jenis muhasabah ini sangat penting untuk menempatkan amal perbuatan agar menjadi ikhlas.
2. Muhasabatun Nafs setelah berbuat. Jenis ini
terdapat tiga macam, yaitu:
a. Intropeksi atas ketaatan yang tidak memenuhi hak Allah SWT dan tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Seperti: mengerjakan sholat tanpa kekhusuan, mencemari puasa dengan prilaku maksiat dan lain-lain.
a. Intropeksi atas ketaatan yang tidak memenuhi hak Allah SWT dan tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Seperti: mengerjakan sholat tanpa kekhusuan, mencemari puasa dengan prilaku maksiat dan lain-lain.
b. Intropeksi atas perbuatan yang
meninggalkannya adalah lebih baik dari pada mengerjakannya, hal ini biasanya
berkenaan dengan perbuatan durhaka atau menyibukkan diri dengan hal-hal yang
tidak di utamakan sehingga meninggalkan hal yang lebih utama.
c. Intriopeksi atas semua perbuatan yang mubah
(boleh) dan perbuatan yang merupakan kebiasaan, mengapa sampai dikerjakan.
Apakah karena Allah dan untuk kepentingan akhirat?. Jika demikian, maka
beruntunglah dia. Akan tetapi jika hanya kerena dunia semata dan kepentingan
sesaat, maka merugilah ia.
Komentar Para Salafussholeh Umar Ibn Khatthab ra
:
“Hisablah dirimu sebelum kamu di hisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu di timbang, karena sesungguhnya kamu melakukan hisab terhadap dirimu sendiri pada hari ini (dunia), akan lebih memudahkan bagi kamu saat menjalani hisab hari esok (akhirat)”.
“Hisablah dirimu sebelum kamu di hisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu di timbang, karena sesungguhnya kamu melakukan hisab terhadap dirimu sendiri pada hari ini (dunia), akan lebih memudahkan bagi kamu saat menjalani hisab hari esok (akhirat)”.
Imam Hasan Basyri :
“Tidak ada satu haripun dimana sang pajar masih terbit menyingsing kecuali ia berkata; “Wahai anak Adam (manusia), aku adalah makhluk baru dan atas semua amalanmu menjadi saksi. Maka jadikanlah aku sebagai bekal. Sebab jika aku berlalu, aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat”.
“Tidak ada satu haripun dimana sang pajar masih terbit menyingsing kecuali ia berkata; “Wahai anak Adam (manusia), aku adalah makhluk baru dan atas semua amalanmu menjadi saksi. Maka jadikanlah aku sebagai bekal. Sebab jika aku berlalu, aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat”.
Maimun bin Mahram rh :
“Tidaklah seorang hamba telah menjadi orang yang bertaqwa, kecuali dirinya
selalu mengoreksi (hisab) melebihi koreksinya seorang mitra terhadap sesama
mitranya”.
Imam Ja’far Bin Muhammad as-Shidiq :
“Siapapun yang akhir dari dua hari yang di lewatinya buruk, maka ia adalah orang yang terkutuk. Siapapun yang tak melihat adanya pertambahan kebaikan dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan. Dan siapapun yang dirinya berkekurangan, maka kematian lebih baik dari pada kehidupan.
Al Imam Ahmad menuturkan:
Dari wahbin berkata:“ tertulis dalam hikmahnya keluarga Nabi Dawud:; “Sudah seharusnya orang yang berakal untuk tidak lalai dari empat saat:
1. Satu saat untuk bermunajat kepada Rabbnya.
2. Satu saat untuk mengoreksi (hisab) dirinya
3. Satu saat untuk bersepi merenungi kesalahan-kesalahannya dan
4. Satu saat lagi bersepi untuk menghias dirinya dengan mempercantik kepribadiannya.
Dari wahbin berkata:“ tertulis dalam hikmahnya keluarga Nabi Dawud:; “Sudah seharusnya orang yang berakal untuk tidak lalai dari empat saat:
1. Satu saat untuk bermunajat kepada Rabbnya.
2. Satu saat untuk mengoreksi (hisab) dirinya
3. Satu saat untuk bersepi merenungi kesalahan-kesalahannya dan
4. Satu saat lagi bersepi untuk menghias dirinya dengan mempercantik kepribadiannya.
Sesungguhnya pada saat inilah ada pertolongan
untuk saatsaat yang lain sekaligus sebagai penentram hati.
Apa Manfaat Muhasabah
Beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya dari orangorang yang selalu bermuhasah, diantaranya:
Beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya dari orangorang yang selalu bermuhasah, diantaranya:
1. Seseorang akan mengetahui aib dan kekurangan yang ada pada dirinya, hingga mau memperbaikinya.
2. Mengetahui titik kelemahan untuk diperkuat,
sehingga menuntun kesadaran untuk bertaubat sebelum datangnya ajal (kematian)
tiba.
3. Mengetahui hak-hak Allah atasnya, karena
dasar muhasabah ialah menghisab diri dari mengabaikan hak-hak Allah SWT.
4. Menyadari bahwa segala perbuatan akan di
mintai pertanggung jawaban di akhirat.
5. Membenci hawa nafsu dan mewaspadainya. Dan
melaksanakan ketaatan serta menjauhi kemaksiatan, agar menjadi ringan hisab di
hari akhirat nanti.
Dari kelima hikmah tersebut, tujuan yang diambil adalah bahwa dengan muhasabah kita dapat mengenal keterbatasan diri, agar kita dapat mencapai nilai tertinggi kemanusiaan, yaitu; nafsul muthmainnah (jiwa yang tenang). Dan dengan bermuhasabah kita dapat melepaskan diri dari jeratan dua nafsu yang merusak, yaitu; nafsul lawwamah (jiwa yang tidak stabil) dan nafsul ammaroh bi‘s-su’ (jiwa yang memiliki tabiat selalu memerintahkan keburukan).
Bermuhasabahlah ! “Siapa Kita di Sisi Allah”
Sahabat, ada orang yang di sukai banyak orang, ada orang yang di benci banyak orang, ada yang banyak orang kenal dan ada yang tidak dikenali seorangpun. Ada yang selalu di puji oleh orang banyak, ada yang selalu di caci dan di umpat oleh banyak orang. Kita sedih apabila ada yang membenci diri kita, kita sedih apabila kita sendirian. Kita gembira bila banyak teman di sisi kita, dan kita gembira bila di puji dan di sebut kebaikan kita. Inikah manusia termasuk diri ini?. Bergelimang dengan kelalaian dan kealpaan, bangga dengan pujian dan sanjungan. Pernahkah kita berpikir apa tanggapan Allah atas diri kita?. Ketika kita melalaikan waktu sholat, ketika kita lewati hari-hari dengan kesia-siaan, ketika kita lebih sering memperhatikan aib orang lain ketimbang diri kita.
Sahabat, ada orang yang di sukai banyak orang, ada orang yang di benci banyak orang, ada yang banyak orang kenal dan ada yang tidak dikenali seorangpun. Ada yang selalu di puji oleh orang banyak, ada yang selalu di caci dan di umpat oleh banyak orang. Kita sedih apabila ada yang membenci diri kita, kita sedih apabila kita sendirian. Kita gembira bila banyak teman di sisi kita, dan kita gembira bila di puji dan di sebut kebaikan kita. Inikah manusia termasuk diri ini?. Bergelimang dengan kelalaian dan kealpaan, bangga dengan pujian dan sanjungan. Pernahkah kita berpikir apa tanggapan Allah atas diri kita?. Ketika kita melalaikan waktu sholat, ketika kita lewati hari-hari dengan kesia-siaan, ketika kita lebih sering memperhatikan aib orang lain ketimbang diri kita.
Bila kita terjepit kesulitan, kita mendesak
Allah agar segera memperkenankan doa kita. Dan ketika kita dapat rezeki yang
berlimpah ruah, tiada ucapan terima kasih apalagi syukur kepada-Nya. Sungguh,
kita terlalu sensitive dan mengambil berat apa yang menusia lain nilai tentang
diri kita, sedangkan penilaian Allah kita abaikan dan kita sia-siakan.
Kita tahu; walau bagaimana derajat di dunia ini, satu hari nanti pasti kembali keperut bumi. Kita tahu, ketika kita melakukan maksiat di bumi ini, satu hari nanti pasti dapat azab dalam perut bumi. Kita tahu, walau banyak manapun tertawa di muka bumi ini, satu saat nanti akan menangis di perut bumi.
Kita tahu, sebagaimana bermegah-megah dengan
memakan dan meminum yang haram, satu saat nanti pasti akan menjadi makanan
cacing dan ulat. Kita tahu, sebanyak apapun harta yang kita kumpulkan, satu
saat nanti tetap akan hidup dalam gelap gulita di perut bumi. Kita tahu, walau
bagaimanapun berlagak takabur di atas bumi ini, satu saat nanti akan tetap
dihinakan di perut bumi. Kita tahu walau bagaimana banyaknya sahabat di atas
bumi ini, satu saat nanti pasti akan sendirian dalam perut bumi.
Dan kita tahu, walau sadar hati membaca tulisan
ini, tak mudah untuk merubah diri, lalu, mari kita jawab; siapakah kita disisi Allah..
Ikhtitam (Penutup)
Baiklah sahabat, akhir dari pembalasan materi
ini, marilah kita khusukkan qalbu, hadirkan tekad yang kuat untuk membasmi
pengaruh yang dapat mengotori hati. Sibukkan diri untuk mengetahui segala aib
dan cela. Sebab bila Allah akan menunjukkan kebaikan atas diri hamba-Nya,
niscaya Dia akan menunjukkan aibnya. Introspeksilah kedalam diri sebelum kita
berbuat, apa untung rugi yang akan kita dapati. Jaga kesehatan qalbu kita
dengan memperbanyak dzikir, basahi lidah kita dengan mentadabburi ayat Allah,
ketuklah selalu pintu ampunan dengan beristighfar kepada-Nya. Terangi qalbu
dengan ilmu, bersihkan diri dengan amal dan basuh keduanya dengan iman.
Hadirkan kesabaran dalam mengikuti perintah-
Nya. Dan setelah semuanya itu telah kita lakukan, bertawakkallah kepada Allah,
hadirkan kesungguhan hati untuk bersandar hanya kepada-Nya. Insya Allah
kejernihan qalbu akan dapat kita raih.
Ya Allah, tunjukanlah kepada kami kebenaran
sebagai kebenaran dan karuniakanlah kepada kami kemauan untuk mengikutinya. Dan
tampakkanlah kepada kami kebathilan sebagai kebathilan, serta karuniakanlah
kami kemauan untuk menjauhinya. Engkaulah Ya Allah, pemilik seruan yang
sempurna, peneguh hati yang kerap terlena. Jangan Engkau biarkan hati kami
terlena oleh rayuan dunia yang fana. Mudahkan diri ini untuk selalu mensyukuri
kenikmatan yang kami terima. Hindarkan diri Kami Ya Rabb dari orang-orang yang
selalu berbuat durjana. Kuatkan diri kami untuk selalu melakukan perbuatan yang
mulia. Janganlah Engkau campakkan kami menjadi hamba-hamba yang terhina.
Ya Rabbi, kami memohon kepada-Mu. Mudahkanlah
segala urusan yang selalu mendatangkan kebaikan. Berikan kami kemampuan yang
dapat menghadirkan keridhaan-Mu. Lapangkanlah dada kami untuk selalu menerima
segala aturan-Mu. Wahai Dzat yang segala kekuatan ada pada-Mu. Tidak ada kemudahan
kecuali Engkau yang telah menjadikannya mudah.
Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui segala apapun
yang terjadi pada diri kami. Segala apapun yang Engkau berikan pasti itulah
yang terbaik menurut kehendak-Mu. Berikan kami kekuatan untuk bersabar atas segala
ketetapan-Mu. Doronglah jiwa kami untuk selalu bersyukur atas segala
pemberian-Mu. Perbaikilah urusan agama kami yang merupakan pelindung seluruh
perkara.
Perbaikilah urusan duniaku sebagai tempat
mencari kehidupanku. Dan jadikanlah hidupku sebagai tempat penambah daftar
kebaikan bagiku. Serta jadikanlah kematianku sebagai tempat istirahatku dari
perbuatan maksiat dan kejahatanku. Ya Allah, Engkau Yang Maha Rahman, pilihkan
kami sesuatu yang membuat Engkau memilih kami sebagai hamba yang bersyukur. Pilihkan
jalan hidup kami yang membuat Engkau memilih kami sebagai hamba yang bersabar.
Jadikanlah setiap langkah yang kami pilih, langkah yang sesuai dengan
pilihan-Mu.
Ya Rabb, jangan hadirkan keraguan di dalam diri
kami untuk memilih apa yang Engkau tetapkan. Hadirkan rasa istiqamah yang dalam
agar kami dapat mentaati setiap ketentuan yang pilihan-Mu. Janganlah Engkau
biarkan hati kami hanya condong kepada keduniaan setelah Engkau hujamkan
kesadaran.
Ya Allah, hanya kepada Engkau segalanya kami
serahkan, ampuni jika selama ini kami menjadi hamba yang tak pandai bersyukur,
ampuni jika ibadah kami penuh dengan ketidakikhlasan.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar